Sukses

Harga Minyak Dunia Hari Ini Mengucur Turun, Kini di Posisi USD 93 per Barel

Pembatasan COVID-19 yang diperbarui di China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia, juga membebani harga minyak dunia.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun di tengah perdagangan yang berombak. Penurunan harga minyak dunia membalikkan kenaikan sebelumnya karena harga konsumen Amerika Serikat (AS) secara tak terduga naik pada Agustus.

Ini memberikan perlindungan bagi Federal Reserve AS untuk memberikan kenaikan suku bunga besar dan kuat lainnya minggu depan.

Melansir laman CNBC, Rabu (14/9/2022), harga minyak berjangka Brent di November berakhir di posisi USD 93,17 per barel, atau turun 0,88 persen. Harga minyak mentah AS susut 47 sen, atau 0,5 persen, lebih rendah menjadi USD 87,31 per barel.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan, indeks harga konsumen naik 0,1 persen pada bulan lalu setelah tidak berubah pada Juli. Ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan penurunan 0,1 persen.

Rencananya, para pejabat Fed akan bertemu pada Selasa dan Rabu depan. Pertemuan digelar di tengah kondisi inflasi jauh di atas target 2 persen Bank Sentral AS.

"The Fed mungkin harus menaikkan suku lebih cepat dari yang diharapkan yang dapat menyebabkan sentimen 'risk back off' pada minyak mentah dan penguatan lebih lanjut terhadap dolar," kata Dennis Kissler, Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial.

Minyak umumnya dihargai dalam Dolar AS, sehingga greenback yang lebih kuat membuat komoditas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Pembatasan COVID-19 yang diperbarui di China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia, juga membebani harga minyak mentah.

Jumlah perjalanan masyarakat selama liburan Festival Pertengahan Musim Gugur tiga hari di China menyusut.

Bahkan, mengutip data resmi, pendapatan sektor pariwisata juga turun, karena pembatasan terkait COVID membuat orang enggan bepergian.

 

2 dari 3 halaman

Covid-19 China Batasi Harga Minyak

 

Kedua kontrak minyak naik lebih dari USD 1,50 per barel di awal sesi, didukung oleh kekhawatiran atas persediaan yang lebih ketat.

"Prospek struktural pasar minyak tetap ketat, tetapi untuk saat ini, ini diimbangi oleh tantangan permintaan siklis," kata Morgan Stanley dalam sebuah catatan.

Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS turun 8,4 juta barel menjadi 434,1 juta barel pekan lalu, terendah sejak Oktober 1984, menurut data pemerintah, Senin.

Amerika Serikat mungkin mulai mengisi ulang SPR ketika harga minyak mentah turun di bawah USD 80 per barel, kata seorang reporter Bloomberg di Twitter.

Stok minyak komersial AS diperkirakan telah meningkat 800.000 barel pekan lalu, analis memperkirakan dalam jajak pendapat Reuters.

Data inventaris industri mingguan dari American Petroleum Institute (API) akan dirilis pada 16:30. waktu setempat, diikuti laporan pemerintah yang dirilis pada hari Rabu.

"Kami tetap konstruktif pada harga minyak meskipun tantangan terhadap permintaan meningkat, karena sisi pasokan tetap mendukung dengan pertumbuhan output AS yang lebih lambat dari perkiraan dan OPEC+ yang proaktif," ujar Analis Energi di Barclays, Amarpreet Singh dalam sebuah catatan.

 

3 dari 3 halaman

Nuklir Iran

Prospek untuk kebangkitan kembali kesepakatan nuklir Barat dengan Iran tak sesuai harapan. Jerman menyatakan penyesalan jika Teheran tidak menanggapi secara positif proposal Eropa untuk menghidupkan kembali perjanjian 2015.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa kesepakatan tidak akan mungkin terjadi dalam waktu dekat.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak pada hari Selasa berpegang pada perkiraannya untuk pertumbuhan permintaan minyak global yang kuat pada tahun 2022 dan 2023, mengutip tanda-tanda bahwa ekonomi utama bernasib lebih baik dari yang diharapkan meskipun ada hambatan seperti lonjakan inflasi.