Liputan6.com, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan bahwa ekspor pangan dari Ukraina dan Rusia telah meningkat sejak kesepakatan ekspor biji-bijian pada 22 Juli 2022.
Namun, ekspor pupuk yang sangat dibutuhkan dari Rusia masih kurang meskipun sudah didorong oleh perjanjian ekspor. Hal ini dikarenakan biaya pengiriman yang masih menjadi masalah.
Dilansir dari Associated Press, Rabu (14/9/2022) Kepala perdagangan PBB Rebeca Grynspan, mengatakan bahwa Rusia melaporkan peningkatan ekspor pangan hingga 12 persen dari Juni hingga Juli 2022.
Advertisement
Meski sudah ada kemajuan, PBB masih mengkhawatirkan ekspor pupuk yang dibutuhkan pada bulan Oktober dan November mendatang, yang terbaru untuk musim tanam di wilayah utara.
Pada konferensi pers daring PBB dari Jenewa, Grynspan menyebut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB melaporkan penurunan harga pangan turun secara global pada Agustus untuk bulan kelima berturut-turut.
Tapi dia menyatakan keprihatinan bahwa penurunan ini belum terlihat di pasar domestik, dan negara-negara berkembang terutama masih berjuang dengan harga pangan yang tinggi serta inflasi, devaluasi mata uang hingga kenaikan suku bunga.
Sementara itu, koordinator PBB untuk kesepakatan pengiriman biji-bijian Ukraina, yakni Amir Abdulla mengatakan ada 129 kapal bermuatan penuh yang membawa lebih dari 2,8 juta ton biji-bijian telah meninggalkan tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina.
Dengan turunnya harga biji-bijian, kata Abdulla, PBB telah melihat bahwa pihak yang menimbun biji-bijian untuk dijual dengan harga tinggi sekarang menjualnya di satu atau dua negara.
"Mudah-mudahan itu akan menurunkan sebagian dari harga lokal itu," katanya melalui pernyataan video dari Istanbul.
PBB Juga Berupaya Dorong Ekspor Amonia dari Rusia
Selain ekspor biji-bijian dari Rusia dan Ukraina, Grynspan juga mengungkapkan bahwa PBB sedang melakukan semua upaya untuk memungkinkan ekspor amonia dari Rusia, bahan utama pupuk, untuk mencapai pasar dunia.
Diketahui bahwa Ukraina adalah salah satu pengekspor gandum, jagung, dan minyak bunga matahari terbesar di dunia, tetapi perang Rusia-Rusia yang pecah pada 24 Februari dan blokade laut di pelabuhan-pelabuhannya telah menghentikan pengiriman.
Beberapa biji-bijian Ukraina diangkut melalui Eropa dengan kereta api, jalan dan sungai, tetapi harga komoditas penting seperti gandum dan jelai telah melonjak sebelum kesepakatan ekspor biji-bijian, yang disebut Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebagai perjanjian yang belum pernah terjadi sebelumnya antara dua negara yang terlibat dalam konflik.
Advertisement
Dihantui Krisis Pangan Dunia, Begini Kondisi Stok Beras di Indonesia
Krisis pangan menghantui dunia. Pemerintah bersiap dan memastikan terus menjaga dan meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Berbagai upaya terus dilakukan, mulai dari sisi supply terkait dengan peningkatan produksi, upaya diversifikasi pangan, efisiensi distribusi pangan, penggunaan teknologi untuk meningkatkan produksi dan kualitas pangan, hingga penguatan stok pangan nasional.
Ini menjadi bahasan para pejabat negara dalam Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) tentang Kebijakan Pangan yang berlangsung, Rabu (29/6/2022).
Hadir Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, Kepala Badan Pangan Nasional, Kepala BNPB, Dirut BULOG.
Kemudian sejumlah Pimpinan K/L membahas kondisi terkini terkait dengan situasi pangan nasional dan antisipasi krisis global di bidang pangan, serta berbagai upaya yang akan dilakukan untuk menjaga ketahanan pangan nasional.
"Rapat kali ini merupakan tindak lanjut dari arahan Bapak Presiden terkait dengan ketersediaan pangan strategis, yang sampai bulan Juli ini relatif aman, baik dari sisi pasokan maupun stabilitas harga” kata Menko Airlangga ketika membuka Rakortas yang diselenggarakan secara hybrid di Loka Kretagama, Kantor Kemenko Perekonomian.
Terkait dengan Beras, Indonesia memiliki ketersediaan pangan yang memadai hingga akhir tahun 2024.
Bahkan dalam tiga tahun terakhir, Indonesia sudah tidak lagi melakukan impor beras. Dalam Rakortas tersebut juga mengisyaratkan bahwa Indonesia akan segera melakukan ekspor beras.
"Berdasarkan data dan neraca yang dipaparkan pada Rapat Internal dengan Bapak Presiden, stok per Desember 2021 adalah 7 juta ton dan stok Bulog lebih dari 1 juta ton, artinya kalau ekspor 200.000 ribu ton masih aman,” kata Menko Airlangga.
Jokowi: Krisis di Depan Mata, 345 Juta Penduduk Dunia Alami Kerawanan Pangan
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan semua negara menghadapi ancaman krisis pangan, energi, dan keuangan akibat perubahan iklim dan dinamika geopolitik global.
Bahkan, kata dia, sebanyak 345 juta penduduk dunia mengalami kerawanan pangan yang sangat serius.
"Krisis kemanusiaan ada di depan mata kita, 345 juta penduduk dunia di 82 negara mengalami kerawanan pangan yang sangat serius," kata Jokowi saat memberi sambutan di Pembukaan Dies Natalis ke-59 Institut Pertanian Bogor (IPB) secara virtual, Kamis (1/9/2022).
Dia menyampaikan bahwa kenaikan indeks harga pangan global sudah mencapai rekor tertinggi. Jokowi menyebut, biaya logistik di jalur laut juga melonjak hingga tiga kali lipat.
"Meningkatnya biaya produksi pupuk yang berdampak pada peningkatan biaya produksi pangan dan pertanian," ucapnya.
Jokowi menuturkan, persoalan pangan dan pertanian harus menjadi perhatian, khususnya bagi perguruan tinggi. Menurut dia, perguruan tinggi harus mampu merespons tantangan tersebut dan menciptakan ekosistem yang kondusif bagi tumbuhnya kreativitas dan inovasi.
"Ikut mendorong percepatan hilirisasi industri, mencetak lebih banyak sosok technopreneur dan sociopreneur," ujar Jokowi.
Dia menilai kondisi global saat ini merupakan momentum yang tepat bagi IPB untuk menjadi garda terdepan dalam menyelesaikan masalah pangan dan pertanian di Indonesia. Jokowi mendorong IPB menghasikan lebih banyak inovasi.
"IPB harus bisa menghasilkan lebih banyak inovasi, memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa, mewujudkan ketahanan kemandirian, dan kedaulatan pangan," tutur Jokowi.
Dia mengatakan potensi potensi besar di sektor pangan harus dikembangkan lebih optimal, ditingkatkan kualitas dan daya saingnya, dan dikembangkan inovasinya. Hal ini agardapat menghasilkan produk-produk pangan substitusi impor, produk-produk pangan yang kompetitif, dan berdaya saing
"Sumber-sumber pangan lokal harus dikembangkan. Kurangi ketergantungan pada satu jenis komoditas pangan tertentu. Ciptakan kemandirian pangan di setiap daerah di berbagai wilayah Indonesia," pungkas Jokowi.
Advertisement