Sukses

Neraca Perdagangan RI Surplus 28 Bulan Berkat CPO, BI Komitmen Jaga Pertumbuhan

BPS mencatat, Indonesia sukses mempertahankan surplus neraca perdagangan 28 bulan beruntun pada Agustus 2020, dengan nilai positif USD 5,76 miliar

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia sukses mempertahankan surplus neraca perdagangan 28 bulan beruntun pada Agustus 2020, dengan nilai positif USD 5,76 miliar. Secara keseluruhan tahun pada Januari-Agustus 2022, RI membukukan surplus neraca dagang hingga USD 34,92 miliar.

Catatan tersebut tidak bisa dilepaskan dari ekspor minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO), yang tidak dikenai pungutan ekspor hingga masih tingginya harga komoditas tersebut di pasar global.

Menatap perolehan itu, Bank Indonesia (BI) memandang surplus neraca perdagangan tersebut telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas kebijakan terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal serta mendukung pemulihan ekonomi nasional," ujar Direktur Eksekutif sekaligus Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono dalam keterangan tertulis, Jumat (16/9/2022).

Erwin memaparkan, surplus neraca perdagangan Agustus 2022 bersumber dari peningkatan surplus neraca perdagangan non migas di tengah penurunan defisit neraca perdagangan migas.

Pada Agustus 2022, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat USD 7,74 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar USD 7,31 miliar.

Perkembangan tersebut ditopang oleh kinerja ekspor non migas sebesar USD 26,19 miliar pada Agustus 2022, lebih tinggi dibandingkan dengan USD 24,20 miliar pada bulan sebelumnya.

 

2 dari 3 halaman

Ekpsor CPO

Menurut Erwin, meningkatnya kinerja ekspor non migas terutama bersumber dari ekspor komoditas berbasis sumber daya alam, seperti CPO yang didukung oleh penguatan kebijakan pemerintah.

"Termasuk perpanjangan pembebasan pungutan ekspor CPO dan harga komoditas global yang masih tinggi," imbuh dia.

Menilik laporan BPS, Erwin melanjutkan, ekspor produk manufaktur, termasuk besi dan baja serta mesin dan perlengkapan elektrik juga tercatat meningkat. Ditinjau dari negara tujuan, ekspor nonmigas ke China, Amerika Serikat, dan India menunjukkan peningkatan.

"Adapun impor non migas meningkat pada hampir seluruh komponen, sejalan dengan terus berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik," ungkap Erwin.

Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas tercatat menurun dari USD 3,09 miliar pada Juli 2022 menjadi USD 1,98 miliar pada Agustus 2022, seiring dengan kenaikan ekspor migas dan penurunan impor migas.

3 dari 3 halaman

Rekor 28 Bulan Beruntun, Neraca Perdagangan RI Surplus USD 5,7 Miliar di Agustus 2022

Indonesia kembali mencatat surplus neraca perdagangan pada Agustus 2022, memperpanjang rekor selama 28 bulan berturut-turut. Kali ini, neraca perdagangan surplus sekitar USD 5,76 miliar.

Capaian ini diperoleh lantaran angka ekspor per Agustus 2022 yang sebesar USD 27,91 miliar masih lebih tinggi dibanding nilai impor pada bulan yang sama, sebesar USD 22,15 miliar.

Kendati demikian, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor tersebut mengalami kenaikan sebesar 3,77 persen secara bulanan atau month to month (MtM) dibanding Juli 2022, yang sebesar USD 21,35 miliar.

"Secara tahunan, angka impor Agustus 2022 juga meroket 32,81 persen dibanding Agustus 2021 yang sebesar 16,68 persen," terang Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, Kamis (15/9/2022).

Untuk ekspor sendiri, Indonesia membukukan angka ekspor sebesar USD 27,91 miliar pada Agustus 2022. Angka tersebut naik 30,15 persen secara tahunan atau year on year (YoY) dibanding Agustus 2021.

Setianto mengatakan, ekspor Indonesia secara month to month naik 9,17 persen dibanding bulan sebelumnya, yakni sebesar USD 25,56 miliar pada Juli 2022.

"Dilihat secara year on year, ekspor di bulan Agustus meningkat sebesar 30,15 persen dibandingkan Agustus 2021 yang sebesar USD 21,44 miliar," jelas dia.

Adapun nilai USD 27,91 miliar ini terdiri dari ekspor barang nonmigas dan migas. Untuk komoditas non migas meningkat 8,24 persen secara bulanan, sementara untuk migas meningkat 25,59 persen secara month to month.