Liputan6.com, Jakarta - Dua perempuan pengusaha muda cabai Katokkon menarik perhatian Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, karena kemampuan mereka mengelola bisnis bernilai miliaran rupiah.
Kedua pengusaha yang disapa Ais dan Ika itu suskes menanam cabai Katokkon tidak di wilayah asalnya, Tana Toraja, melainkan di Jawa Barat, dengan luas lahan sebesar 28 hektar.
Keunikan cabai Katokkon ini pun menjadi daya tarik tersendiri karena dikenal sebagai cabai terpedas di Indonesia.
Advertisement
Dalam acara Upacara Dies Natalis ke-66 Universitas HAsanudin 2022 yang disiarkan secara online, Ais mengungkapkan beberapa detail mengenai bisnis cabai Katokkon yang dikelolanya.
"Saat ini total pembangunan (lahan cabai Katokkon) ada 28 hektar. Dalam satu hektar mampu menghasilkan 30 ton (cabai)," ungkap Ais kepada Mentan.
"30 ton, itu satu hektar ? benar? nggak kebanyakan?," ucap Mentan Syahrul dengan terkejut.
Ais mengatakan, dia mematok harga flat per kilogram untuk cabai Katokkon ini, atau seharga Rp 50 ribu per kg.
"Satu hektar omset kotornya 1,5 M, bapak," beber Ais, saat ditanya berapa banyak penghasilan yang didapatnya dari satu hektar lahan cabai Katokkon.
"Total pegawai kami ada sekitar 50 orang, pak. Untuk (pekerja) milenial ada 10 orang di tim kami," terang Ais dan Ika, saat ditanya Mentan terkait jumlah karyawan ang mengelola bisnis cabai Katokkon mereka.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan Indonesia hingga Juni 2022 mencapai 4,35 persen. Hal ini merupakan inflasi tertinggi sejak tahun 2017. Cabai, bawang, dan telur penyumbang terbesar inflasi.
Tuai Dukungan dari Kementerian Pertanian
Bisnis cabai Katokkon yang dikelola Ais dan Ika pun mendapat dukungan dari Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian.
Dirjen Hortikultura Kementan mengungkapkan, jenis cabai asal Tana Toraja ini memiliki aroma yang harum mewangi serta tingkat kepedasan yang tinggi, sehingga menjadi bahan pangan favorit masyarakat setempat terutama bagi para penggemar rasa pedas.
Uniknya, budidaya cabai ini tengah digandrungi oleh kaum muda dan mampu mengisi pasar wilayah Jabodetabek.
Hal ini menjadi harapan baru pengendali inflasi yang kerap disebabkan oleh harga cabai merah rawit yang rentan berfluktuasi pada saat hari besar agama atau berkurangnya pasokan karena faktor iklim atau serangan OPT, dikutip dari laman resmi Dirjen Hortikultura Kementan, Jumat (16/9/2022).
“Jenis cabai Katokkon yang sedang dikembangkan oleh PT. Arsy ini pasarannya sudah masuk ke wilayah-wilayah Jabodetabek dan sudah banyak digunakan oleh restoran, catering, dan hotel. Di sini yang bekerja kaum milenial dan rata-rata lulusan Perguruan Tinggi yang belum lama lulus, tetapi mereka sudah membuat perusahaan dan bisa melihat peluang usaha yang aspek pemasarannya bagus sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang sangat luar bisa,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto pada saat mengunjungi lahan cabai Katokkon, Minggu 11 September 2022.
Prihasto menyebutkan, bisnis ini bisa menjadi percontohan kaum milenial. Kebanggaan ini disertai inovasi dan kreativitas sehingga dapat membudidayakan komoditas hortikultura yang memiliki nilai tambah luar biasa.
"Jadi anak muda tidak perlu lagi menggantungkan diri untuk mencari pekerjaan tetapi dapat memanfaatkan lahan yang ada dan bekerjasama dengan berbagai pihak untuk melaksanakan sebuah budidaya. Mereka adalah anak muda yang mempunyai semangat dan keinginan disertai untuk maju," terangnya dengan bangga.
"Jika cabai ini sudah bisa dikonsumi secara luas dan ditanam oleh seluruh pihak, baik masyarakat atau kelompok tani maka bukan mustahil menjadi salah satu primadona untuk tanaman cabai. Saya juga berharap Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Republik Indonesia mendukung sehingga program-seperti ini agar meluas khususnya Kabupaten Cianjur," tutur Kepala Dinas Kabupaten Cianjur, Insanuddin Lingga.
Advertisement
Dikelola PT Arsy
Hadirnya cabai ini, menurut Insanuddin, yang dibudidayakan di Cianjur bisa booming dan mampu meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat.
"Kami saat ini sedang mengembangkan cabai Katokkon yang memiliki banyak kelebihan, yaitu lebih pedas daripada cabai rawit umumnya. Kemudian Katokkon sendiri itu perpaduan dari tiga jenis yaitu cabai rawit, cabai merah, dan cabai keriting kemudian harga juga lebih murah dan stabil. Kami sedang mengembangkan di tiga lokasi yaitu di Bogor, Cianjur, Sukabumi, dan saat ini total pengembangan lahan kami sekitar 28 hektare”, ujar Direktur Utama PT Arsy, Canesia Aisah, yang akrab disapa Ais.
Ais memaparkan, cabai kattokan dapat berproduksi 30 ton cabai per hektarnya.
Cabai ini mampu panen hingga 26 kali petik. Dari total panen bisa menghasilkan omzet kotor Rp 1,5 miliar dan mampu menggaji 50 pegawai yang sebagian besar adalah kaum milenial.