Liputan6.com, Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Balitbang ESDM) mengeluarkan hasil studi terkait komparasi penggunaan antara kompor gas berbasis LPG 3 kg dan 12 kg, dengan kompor listrik.
Kompor listrik memang memakan biaya awal lebih tinggi untuk pembelian perangkatnya, namun ongkos pemakaiannya jauh lebih murah dan lebih ramah lingkungan.
Sebagai catatan, kompor listrik sendiri dibedakan antara kompor induksi dan infrared. Perbedaannya, kompor induksi menggunakan elektromagnet dalam menghantarkan panas, sementara kompor infrared merupakan merupakan alat masak yang menggunakan halogen untuk menghasilkan panas.
Advertisement
Mengutip hasil penelitian Balitbang ESDM, Senin (19/8/2022), baik kompor gas yang menggunakan tabung LPG maupun kompor induksi dan infrared masing-masing punya faktor risiko keselamatan dalam pemakaiannya.
Risiko keselamatan dengan kompor gas antara lain berupa adanya api yang menyala, kebocoran gas, hingga polusi CO dan NO2. Di sisi lain, kompor listrik baik induksi maupun infrared juga punya risiko keselamatan, berupa radiasi medan magnet frekuensi menengah (induksi) dan radiasi infrared (kompor infrared).
Secara efisiensi dalam hal memasak, kompor induksi jadi pemenang dengan efektivitas 70-86 persen. Diikuti infrared dengan 60-83 persen, dan kompor gas hanya sekitar 40 persen.
Kecepatan daya panas yang dihasilkan kompor induksi juga jadi yang tertinggi, lantaran diklaim sangat cepat menghantarkan panas. Di sisi lain, kecepatan panas infrared relatif cepat, dan kompor gas sedang-sedang saja.
Untuk harga, kompor gas memang masih jadi yang termurah dengan harga paling rendah di kisaran Rp 87.000. Sedangkan kompor induksi dijual di angka Rp 300.000 lebih, dan infrared Rp 375.000 ke atas.
Â
Biaya
Namun, ongkos energi kompor induksi dan infrared untuk pengeluaran bulanannya relarif lebih murah ketimbang kompor gas, yang membutuhkan biaya antara Rp 6.000-11.600 per kg untuk pembelian gas LPG 3 kg dan 12 kg. Sementara kompor induksi dan infrared hanya memakan biaya Rp 415-1.445 per kWh.
Sebagai perbandingan harga antara penggunaan kompor gas bertenaga LPG 3 kg dengan kompor induksi, bila mengikuti asumsi faktor konversi 1 ton LPG sama dengan 8,5246 BOE, maka penggunaan rata-rata 3,8 kg tabung gas melon per bulan sama dengan 82,1 kWh per bulan.
Hasilnya, pemakaian kompor induksi 2.000 W untuk rumah tanggal dengan tarif dasar listrik (TDL) 450 VA bakal menghemat biaya hingga Rp 45.756 per bulan dibandingkan gas melon.
Kendati begitu, usia rata-rata kompor gas ternyata masih lebih awet ketimbang kompor listrik, yakni 15 tahun berbanding 10 tahun (untuk induksi dan infrared).
Hal lain yang juga membedakan kompor gas dengan kompor listrik, yakni jenis peralatannya bervariasi mulai dari panci hingga wajan. Sedangkan kompor infrared hanya menggunakan base datar, dan induksi memakai base datar dan feromagnetik.
Advertisement
Migrasi LPG 3 Kg ke Kompor Listrik Bakal Hemat Biaya Rp 45 Ribu per Bulan
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengeluarkan hasil studi terkait komparasi penggunaan antara kompor gas berbasis LPG 3 kg dan 12 kg, dengan kompor listrik atau kompor induksi.
Didapatkan bahwa program migrasi kompor listrik akan menurunkan biaya energi di sebagian besar tipe rumah tangga, hingga mencapai Rp 45 ribu lebih per bulan.
Mengutip hasil studi Badan Litbang ESDM, Minggu (18/9/2022), berdasarkan hasil survei Pranadji, Djamaludin, & Kiftiah (2010) terhadap 78 rumah tangga di Kota Bogor, rata-rata pemakaian LPG 3 kg per bulannya sekitar 3,8 tabung.
Bila mengikuti asumsi faktor konversi 1 ton LPG sama dengan 8,5246 BOE, maka penggunaan 3,8 tabung LPG 3 kg per bulan sama dengan 82,1 kWh per bulan.
Hasilnya, pemakaian kompor induksi 2.000 W untuk rumah tanggal dengan tarif dasar listrik (TDL) 450 VA bakal menghemat biaya hingga Rp 45.756 per bulan dibandingkan gas melon.
Sementara untuk rumah tangga yang mengandalkan daya listrik lebih besar, 900 VA juga tetap bisa berhemat dengan meninggalkan tabung gas LPG 3 kg. Beban biaya bulanannya bisa terpangkas hingga Rp 30.169 per bulan dengan kompor listrik.
"Program migrasi kompor induksi akan menurunkan biaya energi di rumah tangga (RT) 450 VA dan 900 VA karena rendahnya tarif dasar listrik saat ini. RT lainnya akan mengalami kenaikan biaya energi untuk memasak, kecuali jika sebelumnya menggunakan tabung LPG 12 kg," tulis Badan Litbang ESDM.
Untuk pengeluaran lain, Badan Litbang ESDM pun menghitung, masing-masing rumah tangga penikmat LPG 3 kg bakal memerlukan biaya investasi migrasi ke kompor induksi antara Rp 2.477.000-5.572.000.
Biaya itu dipakai untuk pengadaan kompor induksi 2.000 W sebesar Rp 600.000-1.720.000, termasuk untuk peralatan masak feromagnetic tiga set senilai Rp 650.000-1.125.000.
Selain itu, masing-masing rumah tangga juga akan mendapat harga diskon 50 persen untuk tambah daya listrik gratis, sebesar Rp 1,5 juta. Kemudian, instalasi saluran kabel khusus 20 meter untuk kompor listrik yang punya beban listrik besar Rp 1.122.000, dan sertifikat laik operasi Rp 105.000.
Menteri ESDM Pelan-Pelan Ganti LPG 3 Kg dengan Kompor Listrik
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengutarakan keseriusan pemerintah dalam melakukan program konversi kompor gas berbahan LPG 3 kg menjadi kompor listrik atau kompor induksi.
Pasalnya, beban anggaran dalam melakukan subsidi untuk tabung melon terus membengkak. Sebagai perbandingan, pada 2021 saja realisasi subsidi LPG 3 kg mencapai Rp 67,62 triliun, termasuk kewajiban kurang bayar Rp 3,72 triliun.
Di sisi lain, outlook subsidi BBM dan LPG 3 kg pada tahun ini mencapai angka Rp 149,37 triliun, atau 192,61 persen dari postur APBN 2022. Menurut catatan Kementerian Keuangan, lebih dari 90 persen kenaikan nilai subsidi berasal dari kesenjangan harga jual eceran dengan harga keekonomian LPG 3 kg yang terlampau tinggi.
Sementara untuk 2023 mendatang, pemerintah juga telah usul tambahan anggaran khusus untuk LPG tabung 3 kg sebesar Rp 400 miliar, sehingga total nilainya di tahun depan menjadi Rp 117,8 triliun.
Menteri Arifin mengatakan, pemerintah bersama PT PLN (Persero) tengah menggencarkan program konversi dari kompor gas menuju kompor listrik. Namun ia sadar, proses peralihan itu tidak akan bisa berjalan secara instan.
"Diminimalkan (penggunaan LPG 3 kg), tapi ini kan it takes time berapa tahun, supaya kita, mau enggak kita impor barang luar terus, kan gamau kan?" ujar Menteri Arifin beberapa waktu lalu, seperti dikutip Minggu (18/9/2022).
Advertisement