Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiahyang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi melemah seiring fokus pelaku pasar pada pertemuan Federal Reserve (Fed) pada pekan ini.
Kurs rupiah pagi ini melemah 19 poin atau 0,13 persen ke posisi 14.974 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.955 per dolar AS.
Baca Juga
"Saat ini memang pasar masih lebih fokus kepada The Fed yang kemungkinan menaikkan Fed Fund Rate 75 bps menjadi 3,25 persen dan respon apa yang akan dilakukan oleh BI," kata Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Rully Arya dikutip dari Antara, Senin (19/9/2022).
Advertisement
Pelaku pasar memperkirakan bank sentral AS akan tetap agresif ketika menaikkan suku bunga acuannya. Investor memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga 75 basis poin pada pertemuan September ini dengan beberapa peluang kenaikan 100 basis poin.
Dengan kenaikan suku bunga The Fed, lanjut Rully, Bank Indonesia diprediksi juga akan menaikkan suku bunga acuannya atau BI 7-Day Reverse Repo Rate.
"Kami memperkirakan BI akan menaikkan 25 bps pada RDG pekan ini, sehingga BI7DRR menjadi 4 persen," ujar Rully.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 22-23 Agustus 2022 lalu memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan alias BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) dari 3,5 persen menjadi 3,75 persen.
Suku bunga deposit facility juga dinaikkan sebesar 25 bps menjadi tiga persen dan suku bunga lending facility turut ditingkatkan sebesar 25 bps menjadi 4,5 persen.
Keputusan tersebut disebut sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi dan inflasi harga pangan bergejolak atau volatile food.
Selain itu kenaikan suku bunga acuan juga dilakukan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat.
Rully memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level 14.925 per dolar AS hingga 14.985 per dolar AS.
Pada Jumat (16/9) lalu, rupiah ditutup melemah 57 poin atau 0,38 persen ke posisi 14.955 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.898 per dolar AS.
Advertisement
Rupiah Berpotensi Melemah pada Perdagangan Senin 19 September 2022
Pada perdagangan Jumat (16/9/2022) Rupiah ditutup melemah 54 poin walaupun sempat melemah 55 poin di level Rp 14.952. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 14.897.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Senin, 19 September 2022.
“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.930 hingga Rp 14.970,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Jumat, 16 September 2022.
Secara Internal, hal ini dipengaruhi pasca naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi, ekonom merasa pesimis pertumbuhan ekonomi Kuartal Ketiga 2022 lebih tinggi dari Kuartal Kedua 2022 sebesar 5,44 persen.
Hal ini terlihat dari berbagai data seperti sektor manufaktur dan perdagangan yang semakin pulih dibarengi dengan inflasi yang melonjak.
“Artinya .aktivitas ekonomi masyarakat sudah lebih baik pasca Covid-19, namun dengan kenaikan harga-harga akibat naiknya harga BBM Bersubsidi maka konsumsi masyarakat kembali stagnan,” jelas Ibrahim.
Dari kenaikan harga BBM Bersubsidi maka pertumbuhan ekonomi di Kuartal Ketiga 2022 kemungkinan tidak sesuai dengan perkirakan pemerintah di 5,5 persen bahkan diperkirakan hanya di 5,1 persen sampai 5,4 persen.
Kendati begitu, masih terdapat ketidakpastian yang terus diwaspadai pemerintah karena berbagai perubahan terjadi bukan hanya dari bulan ke bulan, tetapi seringkali bahkan dari hari ke hari.
Sebagai contoh, dalam satu minggu terakhir harga minyak dunia sudah turun di bawah 100 dolar AS per barel, tepatnya sekitar 85 dolar AS per hari ini.
Maka demikian, di tengah ketidakpastian yang ada, perekonomian domestik akan tumbuh cenderung ke batas atas rentang 5,1 persen sampai 5,4 persen pada keseluruhan tahun ini.
Adapun proyeksi tersebut seiring dengan belanja subsidi dan kompensasi energi pemerintah sebesar Rp 500 triliun pada tahun ini untuk menjaga daya beli masyarakat dan memastikan pemulihan ekonomi, khususnya konsumsi agar tetap bisa berjalan.
Indeks Dolar AS Menguat
Di sisi lain, Dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya, hal ini didorong oleh Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional yang memperingatkan pada Kamis malam tentang perlambatan ekonomi global yang akan datang.
Kepala ekonom Bank Dunia, Indermit Gill mengatakan dia khawatir tentang "stagflasi umum," periode pertumbuhan rendah dan inflasi tinggi.
Kekhawatiran resesi global tumbuh dengan banyak bank sentral secara agresif memperketat kebijakan moneter untuk memerangi inflasi pada tingkat bersejarah.
The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan 75 basis poin minggu depan, dan Bank of England terlihat kemungkinan akan menaikkan suku bunganya untuk pertemuan ketujuh berturut-turut.
Penilaian ekonomi yang suram ini telah membebani mata uang yang dianggap lebih berisiko, dengan dolar sebagai penerima manfaat utama.
Pengajuan mingguan untuk klaim pengangguran AS turun untuk minggu kelima berturut-turut, menurut data Departemen Tenaga Kerja pada Kamis yang menunjukkan pasar tenaga kerja yang sehat mampu mendorong pengeluaran Amerika bahkan ketika Federal Reserve mencoba untuk mengekangnya dengan kenaikan suku bunga.
Advertisement