Sukses

Tolak Kompor Listrik Gratis, Penjual Mie Ayam: Kalau Buat Dagang Boros!

Pemerintah membuat program migrasi penggunaan kompor gas ke kompor listrik

Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka mengurangi impor gas LPG, pemerintah membuat program migrasi penggunaan kompor listrik. Caranya dengan membagikan kompor induksi atau kompor listrik dua tungku dengan kapasitas 1.000 watt secara gratis kepada masyarakat.

Juwita, pedagang mie ayam di Jakarta mengaku akan menolak pemberian kompor gratis tersebut. Sebab dia khawatir biaya untuk listriknya naik dari yang sekarang.

"Saya enggak setuju karena listriknya pasti gede," kata Juwita saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa (20/9).

Meski sudah lama menjual mie ayam di depan rumahnya, namun Juwita mengaku pembelinya datang satu persatu. Sehingga jika harus migrasi ke kompor listrik tidak akan efektif. Mengingat kompor listrik membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa digunakan.

Selain itu penggunaan kompor listrik akan sering nyala-mati sesuai dengan datangnya pembeli . Tentunya hal ini akan lebih banyak menyedot pemakaian listrik. Di sisi lain listrik yang digunakan di rumahnya hanya 1.300 VA.

"Kalau buat dagang boros listrik. Paling kalau isi token Rp 50.000 cuma 3buat hari. Kalau sekarang token Rp 50.000 bisa buat 5 hari," tuturnya.

Untuk itu dia lebih memilih menggunakan kompor gas LPG yang lebih efisien dan lebih hemat. Dia hanya perlu mengeluarkan uang Rp 20.000 per minggu untuk kebutuhan jualan dan memasak untuk keluarga.

"Kalau pakai LPG gas yang 3 kg bisa seminggu untuk dagang sama kebutuhan masak di rumah," kata dia.

 

2 dari 4 halaman

Bagikan Kompor Listrik Gratis

Diberitakan sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, pemerintah akan membagikan kompor listrik kepada masyarakat secara gratis.

Hal ini sebagai upaya transisi penggunaan kompos berbasis LPG yang selama ini digunakan masyarakat.

"Iya dibantu (kompor listrik oleh pemerintah)," kata Arifin saat ditemui di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta Pusat, Senin (19/9).

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana juga memastikan migrasi penggunaan kompor induksi akan dibantu oleh pemerintah. Pengadaan kompor listrik akan dibagikan secara cuma-cuma baik saat proses uji coba maupun ketika migrasi bersama penggunaan kompor listrik.

"Iya gratis lah, kan namanya masih uji coba. Nanti pas implementasinya pasti gratis," kata Dadan di tempat yang sama.

 

3 dari 4 halaman

Emak-Emak Ogah Migrasi ke Kompor Listrik Meski Gratis, Ini Alasannya

Pemerintah berencana membagikan kompor listrik secara cuma-cuma agar masyarakat beralih dari kompor gas LPG. Tujuan Nya agar pemerintah bisa mengurangi konsumsi LPG yang selama ini masih impor dan disubsidi pemerintah.

Program yang tengah diujicobakan PLN di sejumlah daerah dengan membagikan kompor listrik dengan daya 1.000 watt kepada masyarakat. Namun program tersebut menuai penolakan dari kalangan ibu rumah tangga. Erna, warga Kota Bandung menolak migrasi ke kompor listrik.

Alasannya, kompor listrik yang ada saat ini memiliki daya yang besar. Sementara daya listrik di rumahnya hanya 1.300 VA.

"Kompor listrik dayanya gede-gede. Dayanya 1.000 sampai 2.000-an dan rumah aku cuma 1.300. Ya habis dipakai masak token aku," kata Erna saat berbincang dengan merdeka.com, Jakarta, Selasa (20/9).

Menurutnya, penggunaan kompor listrik sebaiknya ditujukan kepada masyarakat kelas menengah atas. Selain daya yang dipakai lebih besar, mereka juga tidak terlalu masalah dengan hal tersebut.

Sebaliknya, bagi masyarakat kelas bawah, tentu tidak akan siap. Sebab mereka harus menambah daya listrik dan tagihan listriknya akan lebih tinggi dari biasanya.

"Kalau tambah daya kan hitungannya buat bayar listrik jelas lebih gede," kata dia.

 

4 dari 4 halaman

Tak Setuju

Hal senada juga diungkapkan Ratna. Ibu 2 anak ini menolak jika pemerintah membagikan kompor gratis untuk migrasi dari kompor LPG.

"Saya tidak setuju sama program itu," kata Ratna saat dihubungi merdeka.com, Selasa (20/9).

Warga Kabupaten Bandung ini menilai migrasi ke kompor listrik bagi warga di daerah belum tepat. Sebab di tempatnya tinggal masih sering ada pemadaman listrik.

Meskipun setiap ada pemadaman ada informasi, namun hal itu bisa mengganggu aktivitas rumah tangga yang menggunakan kompor listrik. Selama listrik mati, dia tidak bisa memasak untuk makan keluarga.

"Listrik di sini tuh kadang nyala, kadang mati. Kalau lagi mati listrik jadi enggak bisa masak kan. Di sini kalau mati listrik dari jam 9 bisa sampai sore," tuturnya.

"Kecuali listriknya on terus," imbuh Ratna.