Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkap sejumlah tantangan serius untuk mewujudkan kedaulatan dan ketahanan pangan secara berkelanjutan di Indonesia.
Baca Juga
Selain meningkatnya jumlah penduduk, perubahan iklim serta isu geopolitik, juga minimnya regenerasi petani.
Advertisement
Maklum, sejauh ini jumlah petani di Indonesia masih didominasi oleh orang tua yang usianya di atas 45 tahun dengan menjalankan usaha tani secara konvensional dan sangat dipengaruhi situasi iklim.
Repotnya, generasi muda Indonesia belum benar-benar tertarik untuk menggeluti sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ketersediaan produk pangan pokok.
"Petani di kita ada 33 juta lebih, 70 persen di antaranya berusia lebih dari 45 tahun atau disebut petani kolonial,” tutur Kepala Badan PPSDMP Dedi Nursyamsi, saat menutup pelatihan Agribisnis Smart Farming Batch 3 di Bogor, Kamis (22/9/2022).
Sementara hanya 29 persen petani yang umurnya masih muda alias milenial. Minat generasi muda di bidang pertanian, kata Dedi, cenderung mengalami penurunan dan lebih banyak yang memilih bekerja di kota seperti sektor industri, jasa, dan lainnya.
"Untuk mengatasi persoalan ini kami terus melakukan edukasi kepada anak-anak muda agar tertarik menjadikan petani sebagai profesi. Upayanya bagaimana menjadikan hasil-hasil pertanian sebagai komoditas yang menguntungkan dan menjanjikan," ujarnya.
Badan Penyuluh Pertanian
Ia menambahkan, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian juga telah membangun ekosistem petani milenial yang mengelola pertanian secara terpadu dari hulu hingga hilir.
Selain itu, menggenjot tumbuhnya wirausaha muda di bidang pertanian melalui program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) ini.
"Dan kami telah mencetak pengusaha pertanian milenial, membuat program Agribisnis Smart Farming dengan penerapan teknologi pertanian yang berorientasi agribisnis oleh wirausahawan muda," kata dia.
Mereka juga diberikan akses pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta untuk membentuk kemitraan usaha agribisnis modern.
"Kami berharap ke depan lebih banyak lagi pemuda-pemuda terdidik yang menjadi pelopor dalam usaha pertanian," pungkasnya.
Advertisement
Genjot Produksi Pertanian, Kementan Ajak Petani Andalkan Alsintan
Untuk membantu menggenjot produksi pertanian, Kementan mengajak para petani untuk menggunakan atau memaksimalkan penggunaan alat dan mesin pertanian (Alsintan).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pun mengatakan bahwa penggunaan alat-alat modern sudah tidak bisa dihindari.
"Sekarang sudah era 4.0, era dimana teknologi dimanfaatkan diberbagai sektor. Pertanian juga demikian. Oleh sebab itu, petani harus adaptif terhadap penggunaan teknologi jika ingin pertanian berkembang," tuturnya.
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil, mengatakan sudah saatnya pertanian konvensional ditinggalkan.
"Kita harus mengikuti zaman. Untuk mendukung pertanian yang maju, mandiri dan modern, petani pun harus membuka diri terhadap kemajuan teknologi. Kita tidak bisa mengandalkan cara bertani konvensional. Jika tidak, kita bisa tertinggal," katanya.
Ali menambahkan, penggunaan alsintan akan sangat bermanfaat bagi para petani.
"Sebab alsintan akan membuat losses ditekan, sehingga produksi lebih meningkat. Indeks pertanaman juga bisa digenjot. Karena, aktivitas tanam dan panen akan sangat singkat dengan alsintan," tuturnya.
Sebelumnya, 21 Kelompok Tani (Poktan) dan satu Kelompok Nelayan (Pokyan) di Rote Ndao menerima alat dan mesin pertanian dan perikanan.
Adapun bantuan alat mesin pertanian (alsintan) pra panen yang diterima, yakni satu unit medium traktor (roda empat), lima unit hand traktor (roda dua), lima unit mesin pompa air 4 inchi, dan 10 unit hand sprayer. Sementara alat perikanan, yakni satu unit peralatan pengolahan ikan.
Penyerahan bantuan tersebut dilakukan secara simbolis oleh Bupati Rote Ndao Paulina Haning-Bullu kepada para Ketua Poktan dan Pokyan penerima, di gudang Dinas Pertanian Kabupaten Rote Ndao, di Desa Persiapan Lelain, Kecamatan Lobalain.