Liputan6.com, Jakarta PT Japnas Sinergi Nusantara yang merupakan salah satu bentuk kolaborasi bisnis antar anggota Jaringan Pengusaha Nasional (JAPNAS), menandatangani nota kesepahaman (MoU) inisiasi pembentukan Indonesia Trading House di Tokyo, Jepang pada Rabu 21 September 2022.
"PT Japnas Sinergi Nusantara diberikan amanah sebagai aggregator, kurator sekaligus pelaksana UKM Center di Tokyo. Kepercayaan ini merupakan tanggung jawab besar pada kami dan kami akan berupaya menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya demi tercapainya cita-cita mulia kita bersama,” Direktur Utama PT Japnas Sinergi Nusantara, Henny Fauziah Salman dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (24/9/2022).
Baca Juga
MoU yang ditandatangani oleh Hilman Tisnawan selaku Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tokyo, Yudhi Zufrial selaku General Manager Bank BNI Cabang Tokyo, Sony Syahlan selaku CEO Regional Garuda Indonesia untuk Jepang, Agus Wicaksono selaku Kepala Pertamina Tokyo (PPT Energy Trading Co. Ltd), Arief Wibisono selaku Atase Perdagangan KBRI Tokyo, serta PT Japnas Sinergi Nusantara ini bertujuan untuk meningkatkan Pengembangan Ekspor Indonesia ke Jepang melalui pemanfaatan Indonesia Trading House di Tokyo.
Advertisement
“Indonesia Trade House ini nantinya menjadi pelaksana dari Indonesia SME Center di Tokyo, yang merupakan satu kesatuan platform yang terdiri dari KBRI Tokyo, Kementerian Perdagangan, Bank Indonesia Tokyo, Bank BNI Tokyo, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Tokyo dan Pertamina Tokyo,” lanjut Henny.
Sebagai tindak lanjut dari kerjasama ini, dalam waktu dekat PT Japnas Sinergi Nusantara akan bekerjasama dengan local partner di Jepang mendirikan sebuah perusahaan baru yang berperan sebagai pelaksana Indonesia Trade House di Jepang.
“Sedangkan PT JSN sendiri akan berkolaborasi dengan mitra binaan Bank Indonesia, Bank BNI, Pertamina dan Garuda Indonesia. Tidak hanya itu kami juga bekerjasama dengan Dekranas yang ada di daerah guna memfasilitasi ekspor mereka ke Jepang,” pungkas Henny.
Mitra Dagang
Senada dengan JAPNAS, Duta Besar RI untuk Jepang Heri Akhmadi dalam sambutannya menyampaikan menyambut baik kerjasama pembentukan Indonesia Trade House di Jepang.
“Diharapkan Indonesia Trading House ini dapat menjadi salah satu pelaksana dari Indonesia SME Center in Tokyo terutama untuk penyediaan sarana pergudangan (warehouse) dan wadah bagi para UMKM Indonesia sebagai aggregator pemasaran produk UKM Indonesia ke Jepang,” ungkap Heri.
Saat ini Indonesia merupakan mitra alami Jepang, ditandai dengan hubungan diplomatik sejak 1958 dan Jepang merupakan salah satu mitra dagang dan investor terbesar bagi Indonesia.
Pada tahun 2021, total perdagangan Indonesia dan Jepang mencapai USD 32,5 Milyar atau naik 33,54 persen dibandingkan tahun 2020 sebesar USD 24,3 miliar.
Total Perdagangan tahun 2021 pun sudah melebihi tahun 2019 sebelum pandemi terjadi yaitu USD 31,7 Milyar. Ekspor Indonesia ke Jepang tahun 2021 naik 30,67 persen dan ekspor Jepang ke Indonesia juga naik 37,22 persen. Hal ini menandakan kedua negara tumbuh bersama dan saling membutuhkan.
Untuk menjaga momentum tersebut dan mendorong peningkatan ekspor produk Indonesia ke Jepang khususnya produk UKM, perlu terus dilakukan langkah-langkah inovatif dan kolaboratif diantara seluruh pemangku kepentingan, baik pihak pemerintah maupun swasta.
“Setelah tahun lalu dibentuk Indonesian SME Center in Tokyo, Alhamdulillah pada tahun ini telah terbentuk Indonesia Trading House sebagai langkah konkrit untuk membantu dan mendorong ekspor UKM,“ pungkasnya.
Advertisement
Era Suku Bunga Rendah Berakhir, UMKM Makin Terpukul
Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) menjadi 4,25 persen.
Menanggapi ini, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai berpotensi memukul bisnis sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Pasalnya, pelaku UMKM akan dibebani kenaikan tingkat suku bunga kredit oleh perbankan pasca terdampak parah pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu.
"Setelah naiknya bunga acuan secara agresif, maka bunga pinjaman nasabah umkm akan naik cukup tajam," tegas Bhima kepada Merdeka.com di Jakarta, Jumat (23/9/2022).
Padahal, mayoritas pelaku UMKM di tanah air tengah dibebani kenaikan harga bahan baku pangan hingga ongkos produksi imbas kenaikan harga BBM subsidi beberapa waktu lalu. Sehingga, kenaikan suku bunga acuan tersebut akan memberi beban baru bagi sektor UMKM.
"Sementara sisi permintaan UMKM tidak semua mengalami pemulihan seperti pra pandemi, misalnya umkm disektor manufaktur dan pariwisata," tutup Bhima.