Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Erick Thohir melalui Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, buka suara soal usul Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan, yang meminta perusahaan BUMN menyediakan alokasi Rp 100 triliun per tahun untuk menyerap hasil panen petani.
Arya mengatakan, Erick Thohir telah merespon positif permintaan tersebut, dan tengah mempersiapkan kebijakan untuk menindaklanjutinya.
Baca Juga
Timnas Indonesia Menang Lawan Arab Saudi, Erick Thohir: Berkat Introspeksi Pemain dan Shin Tae-yong
Erick Thohir Tetap Berencana Evaluasi Timnas Indonesia dan Shin Tae-yong Meski Sukses Gasak Arab Saudi 2-0 dan Naik ke Posisi 3
Brace ke Gawang Arab Saudi Jadi Pembuktian Marselino Ferdinan di Timnas Indonesia
"Iyalah, enggak apa-apa kita ambil, bagus itu. Pak Erick lagi siapin 2-3 minggu ini," ujar Arya saat ditemui di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (26/9/2022).
Advertisement
Untuk skema penugasannya, ia melanjutkan, Erick Thohir nantinya bisa saja menugasi perusahaan BUMN yang bergerak di bidang pangan semisal Perum Bulog hingga Holding Pangan ID FOOD.
"Nanti akan ditunjuk BUMN. Bisa Bulog, bisa Holding Pangan, lihat kondisi nanti," ungkap dia.
Sebelumnya, Mendag Zulkifli Hasan mengusulkan pemerintah melalui perusahaan BUMN mengalokasikan dana sebesar Rp 100 triliun per tahun untuk menyerap hasil panen petani. Dana ini setidaknya diuji coba dalam 3 tahun ke depan.
Upaya ini menurutnya bisa mensejahterakan petani. Menurut rencana Mendag, petani nantinya hanya fokus pada sisi produksi, sementara, negara melalui BUMN bertugas menyerap hasil panennya. Misalnya, bisa berlaku untuk hasil tani dari beras, kedelai, hingga jagung.
Usulan ini diakuinya telah sampai ke Presiden Joko Widodo. Menurutnya, usulan ini sejalan dengan perhatian Jokowi agar pemerintah atau BUMN menyerap hasil petani lokal.
"Kemarin saya usulkan, pak usulkan kalau bisa Rp 100 triliun untuk 3 tahun ini, pertahun, dengan BUMN itu apakah RNI atau mana yang membeli. Sehingga petani itu produksi saja," kata Mendag dalam Kinerja 100 Hari Menteri Perdagangan, Minggu (25/9/2022) kemarin.
Sebagai tindak lanjut, Mendag Zulkifli mengatakan selanjutnya akan melakukan dialog semgan Badan Pangan Nasional, Bulog, dan BUMN pangan. Meski, ia tak mengungkap kapan waktu diskusi tersebut.
"Kemarin sudah disetujui, ini nanti kita akan duduk bareng," ujar dia.
"Saya sudah kontakan akan bicarakan bareng-bareng dengan badan pangan, Bulog, dengan BUMN kita duduk bersmaa semoga bisa terlaksana mudah-mudahan tergantung nanti uangnya ada apa enggak," tambahnya.
Â
Â
Â
Genjot Produksi
Mendag Zulkifli Hasan mengatakan kalau ada 2 masalah yang dihadapi petani saat ini. Pertama soal peningkatan produktivitas, dan kedua, soal kepastian pembelian hasil panen.
Dengan alokasi dana dari pemerintah, BUMN bisa menyerap hasil panen petani, dan petani tinggal fokus di ranah produksi. Tak hanya itu, harga serapan hasil panen juga disebut akan diatur untuk memberikan keuntungan kepada petani.
"Sebenarnya petani itu 2 saja masalahnya, 1 produktivitas. Karena kita tidak meneliti, kampus-kampua pertanian kita ini gak ada. Orang yang di pertanian itu jadi politisi, jadi pengamat ekonomi, gak ada yang meneliti pertanian. Oleh karena itu beli aja. Untuk meningkatkan itu, bibitnya, kita bantu bibitnya. Apakah kedelai jagung, beras, apa saja," paparnya.
"Yang kedua, setelah panen dibeli, nah itu perlu BUMN dikasih uang, misalnya jagung. Kalau dipanen (kemudian dijual hanya laku) Rp 3.000, rugilah, produksinya kecil karena yang diluar negeri pakai GMO kita bibit biasa," tambah dia.
Â
Advertisement
Kalah Jauh
Menurutnya, produktivitas dalam negeri masih kalah jauh dari produksi luar negeri. Dengan teknologi yang sama, kemungkinan akan meningkatkan juga skala produksinya.
Perbandingannya, dengan bibit biasa di dalam negeri, hanya menghasilkan 4 ton per hektare. Sementara, di luar negeri bisa menghasilkan 8-9 ton per hektare.
Dari sisi penyerapan, misalnya, ada kepastian harga pembelian. Jika jagung dipatok pembeliannya oleh BUMN Rp 5.000 per kilogram, menurutnya akan banyak petani yang tertarik.
"Kalau nanti jagungnya kelebihan, bisa dijual, karena ada yang beli. Pemerimtah bisa beli Rp 5.000-5.500, jualnya 5.000 atau 4.500, gapapa tapi diekspor. Pemerintah gak keluar bea, gak ngimpor kan, diekspor dapat dolar, yang untung petani. Petani bisa makmur maju," paparnya.