Sukses

Miliarder Tuntut McDonald's Rp 151 Triliun, Dituding Rasis Soal Iklan

Gugatan McDonald's terkait tuduhan menolak beriklan dengan media milik pengusaha keturunan kulit hitam.

Liputan6.com, Jakarta - Franchise makanan cepat saji asal Amerika Serikat, McDonald's menghadapi gugatan senilai USD 10 miliar atau setara Rp 151,1 triliun dari miliarder media Byron Allen. 

Gugatan itu terkait tuduhan menolak beriklan dengan media milik pengusaha keturunan kulit hitam. Kasus ini akan disidangkan pada Mei 2023 mendatang.

Dilansir dari CNN Business, Senin (26/9/2022) pengadilan federal di AS memutuskan pekan lalu bahwa Allen dan perusahaannya, Allen Media Group, dapat mengajukan bukti di pengadilan terkait tuduhan pelanggaran undang-undang hak-hak sipil oleh McDonald's.

Allen mengatakan dalam siaran pers, bahwa hanya sebagian kecil dari anggaran iklan senilai USD 1,6 miliar (Rp 24,1 triliun) McDonald's masuk ke media milik pengusaha kulit hitam dan perusahaan telah "menolak untuk beriklan" di jaringannya, yang meliputi Weather Channel dan Comedy. 

Dia juga menuduh McDonald's menurunkan jaringan TV-nya ke "tingkat Afrika-Amerika" yang memiliki anggaran iklan lebih kecil dan menghilangkan pendapatan tahunan saluran senilai jutaan dolar.

"Ini tentang inklusi ekonomi bisnis milik masyarakat keturunan Afrika-Amerika dalam ekonomi AS," ujar Allen.

"McDonald's mengambil miliaran dari konsumen Afrika-Amerika dan hampir tidak mengembalikan apa pun. Defisit perdagangan terbesar di Amerika adalah defisit perdagangan antara perusahaan milik masyarakat kulit putih Amerika dan Amerika Hitam, dan McDonald's bersalah karena melanggengkan perbedaan ini," tandasnya. 

Sementara itu, pengacara McDonald's yakni Loretta Lynch, yang juga merupakan jaksa agung AS selama pemerintahan Obama, menanggapi bahwa bukti akan menunjukkan perusahaan tidak mendiskriminasi pengusaha kulit hitam. 

Lynch juga menyebut klaim Allen tidak berdasar.

"Keluhan mereka adalah tentang pendapatan, bukan ras, dan tuduhan tak berdasar penggugat mengabaikan alasan bisnis sah McDonald's untuk tidak berinvestasi lebih banyak pada saluran mereka dan hubungan bisnis jangka panjang perusahaan dengan banyak mitra yang dimiliki lainnya," jelas Lynch, yang sekarang dalam praktek pribadi dengan firma hukum Paul Weiss.

2 dari 3 halaman

McDonald's Sempat Umumkan Bakal Tingkatkan Periklanan dengan Usaha Milik Keturunan Kulit Hitam

Awal tahun ini, McDonald's mengumumkan bahwa pihaknya akan meningkatkan iklan dengan perusahaan milik pengusaha kulit hitam dari 2 persen menjadi 5 persen pada tahun 2024.

Laporan CNN menyebut, franchises makanan cepat saji itu sebelumnya memiliki sejarah bermasalah dengan tuntutan hukum yang melibatkan ras, termasuk pada tahun 2021, ketika menyelesaikan gugatan yang diajukan oleh pengusaha waralaba keturunan kulit Hitam yang menuduh perusahaan mengarahkannya ke restoran yang kurang menguntungkan di berpenghasilan rendah, terutama karena rasnya.

Namun, McDonald's terus menegaskan pihaknya tidak melakukan diskriminasi dalam aktivitas bisnisnya.

"Diskriminasi tidak memiliki tempat di McDonald's," kata perusahaan itu pada Desember 2021.

"Meskipun kami yakin dengan kekuatan kasus kami, resolusi ini sejalan dengan nilai-nilai McDonald's dan memungkinkan kami untuk terus berfokus pada komitmen kami kepada komunitas yang kami layani," jelas franchise itu.

3 dari 3 halaman

6 Bulan Tutup Karena Perang, Warga Ukraina Kini Bisa Nikmati McDonald's Lagi

Setelah menutup restorannya di Ukraina selama enam bulan karena situasi perang, McDonald's mulai dibuka kembali di beberapa wilayah negara itu.

Dibukanya kembali McDonald's di Ukraina diumumkan oleh wakil presiden senior McDonald's yang dioperasikan secara internasional, Paul Pomroy. 

"Kami telah memutuskan untuk melembagakan rencana bertahap untuk membuka kembali beberapa restoran di Kyiv dan Ukraina barat," kata Paul Pomroy, dalam sebuah surat yang diposting ke situs web McDonald's, dikutip dari CNN Business Jumat (12/8/2022).

Keputusan dibukanya kembali McDonald's menyusul pembicaraan antara franchise tersebut dengan pejabat Ukraina, termasuk spesialis keamanan dan pemasok.

"Selama beberapa bulan ke depan, kami akan mulai bekerja dengan pemasok untuk mengirimkan produk ke restoran, menyiapkan properti fisik untuk melayani pelanggan, membawa tim dan karyawan restoran kembali ke lokasi, serta menerapkan prosedur dan protokol untuk mendukung keselamatan karyawan kami dan pelanggan," tutur Pomroy.

Sebagai informasi, McDonald's memiliki hampir 110 cabang restoran di Ukraina.

Franchise tersebut pun masih membayar karyawannya di Ukraina meskipun ada penutupan karena perang Rusia-Ukraina.

Sementara di Moskow, perang Rusia-Ukraina mendorong McDonald's menutup restoranya secara permanen di negara itu. 

Pada bulan Mei, perusahaan mengatakan akan menjual restorannya di Rusia, dengan mengatakan pada saat itu bahwa "krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh perang di Ukraina, dan lingkungan operasi yang tidak terduga, telah membuat McDonald's menyimpulkan bahwa kepemilikan bisnis yang berkelanjutan di Rusia adalah tidak lagi dapat dipertahankan, juga tidak konsisten dengan nilai-nilai McDonald's.