Sukses

Rupiah Terus Anjlok ke 15.148 per Dolar AS, Risiko Resesi Jadi Penekan

Hari ini rupiah diperkirakan bergerak di kisaran level 15.000 per dolar AS hingga 15.250 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa pagi masih melemah. Pelemahan nilai tukar rupiah hari ini seiring kekhawatiran terhadap risiko resesi global akibat kenaikan suku bunga.

Pada Selasa (27/9/2022), Rupiah melemah 18 poin atau 0,12 persen ke posisi 15.148 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.130 per dolar AS.

Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama menjelaskan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS didorong oleh sentimen kenaikan suku bunga The Fed yang masih menjadi isu utama.

"Risiko resesi dikarenakan oleh tingginya nilai suku bunga menyebabkan kekhawatiran sehingga dolar AS sebagai aset safe haven terkerek naik," ujar Revandra dikutip dari Antara.

The Federal Reserve baru saja menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) lagi pada pertemuan September ini. The Fed diproyeksikan akan menaikkan suku bunga hingga di kisaran 4,25-4,5 persen pada akhir 2022.

"Dengan inflasi AS yang masih jauh dari target 2 persen, The Fed disebut masih akan agresif dalam menaikkan suku bunga sehingga mata uang lain yang dipasangkan dengan dolar AS masih akan terus tertekan," kata Revandra.

Reli dolar AS tidak menunjukkan tanda-tanda melambat mencapai tertinggi baru 20 tahun didukung pernyataan pejabat bank sentral AS yang hawkish tanpa henti ketika mencoba mengendalikan inflasi.

Indeks dolar AS mencapai level tertinggi baru dua dekade. Indeks dolar AS melonjak 0,81 persen menjadi 114,1 pada akhir perdagangan Senin 26 September 2022, menyusul lonjakan 1,65 persen pada sesi sebelumnya.

Revandra memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level 15.000 per dolar AS hingga 15.250 per dolar AS.

 

2 dari 3 halaman

Sri Mulyani Prediksi Banyak Negara Resesi di 2023

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap tingkat pertumbuhan ekonomi banyak negara mulai melemah. Pelemahan ini terjadi sejak kuartal II 2022.

Atas kondisi demikian, sejumlah negara diprediksi mengalami resesi di 2023. Alasannya, tren pelemahan pertumbuhan ekonomi sejak kuartla II, akan terus terjadi hingga akhir tahun 2022.

"Tren terjadinya peelemahan sudah terlihat mulai Q2 di berbagai negara dan akan semakin dalam pada Q3 dan Q4, sehinga prediksi mengenai pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan termasuk kemungkinan terjadi resesi mulai muncul," ungkapnya dalam konferensi pers APBN KITA, Senin (26/9/2022).

Dalam situasi ekonomi global yang tengah bergejolak sampai Agustus 2022, Indonesia mencatatkan pertumbuhan positif di kuartal II 2022. Ekonomi Indonesia tumbuh 5,4 persen.

"Kita lihat hampir semua negara kondisi pertumbuhan kuartal II-nya melemah dibanding kuartal I secara sangat ekstrem," ujarnya.

Misalnya, China dan Amerika Serikat yang mengalami koreksi. Ditambah Inggris dan beberpaa negara lainnya yang mengalami koreksi pertumbuhan ekonomi. Tren ini diprediksi masih berlanjut di kuartal III dan Kuartal IV tahun 2022.

 

3 dari 3 halaman

PDB Indonesia

Dari sisi PDB ia mengungkap Indonesia jadi salah satu negara yang telah menyentuh 7,1 persen diatas level sebelum pandemi. Artinya, sudah ada tanda pemulihan dari dampak oandemi Covid-19.

"Negara-negara yang lebih tinggi dari kita hanya China, Vietnam dari ASEAN 6 dan G20. Yang lain juga relatif sudah recover, tapi masih banyak yaang negaranya masih pada level sama atau hanya sedikit lebih baik dari kondisi pra pandemi,"terangnya.

Hal yang lebih buruk dihadapi oleh Meksiko dan Thailand. Dimana posisi PDB nya masih berada di bawah level sebelum pandemi.

"Bahkan Meksiko, Thailand dan Jepang, GDP levelnya hari in masih dibawah pre pandemi level. Artinya GDP sekarang masih lebih rendah dibandingkan tahun 2019 sebelum pandemi terjadi. Jadi artinya mereka sama sekalibelum pulih," ujar dia.