Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, krisis global sudah di depan mata. Oleh sebab itu seluruh elemen masyarakat harus bersiap menghadapi krisis.
Menko Luhut menjelaskan, ketegangan yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina dan China dengan Taiwan menyebabkan berbagai krisis seperti energi, pangan dan ekonomi. Dampak dari konflik tersebut pasti akan mempengaruhi Indonesia.
"Kalau kita semua kompak, semua kita satu bahasa dalam keadaan yang sangat krusial ini di mana dunia diramalkan akan memasuki global crisis, perfect Storm akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan ini, kita harus menata negeri kita ini dengan baik," ujar Luhut Binsar Pandjaitan saat menyampaikan pidato dalam perayaan Puncak Hari Maritim, Selasa (27/9/2022).
Advertisement
Kedua, Luhut kembali mengajak masyarakat Indonesia bersatu padu untuk menghadapi tantangan inflasi. Pada konteks ini, ia menyinggung Bank Sentral Amerika atau The Federal Reserve (The Fed) yang sudah berkali-kali menaikan suku bunga acuan.
Luhut kemudian menyinggung inflasi di Indonesia mencapai 4,9 persen, meski core inflasi masih berada di tingkat 2,8 persen. Dari kondisi inflasi yang terjadi, dia menyebutkan sektor pangan merupakan sektor yang paling banyak mengalami inflasi.
"Di pangan masalah inflasinya cukup tinggi. Ayo kita singsingkan baju tangan kita agar kita lebih efisien, lebih kompak, lebih padu menghadapi tantangan yang tidak bisa kita hindari," imbaunya.
Dalam kesempatan tersebut, Luhut juga memberikan penghargaan kepada Dr. Mochtar Kusumaatmadja pada bidang kemaritiman. Luhut menuturkan bahwa peran Mochtar terhadap kedigdayaan Indonesia sebagai bangsa maritim sangat besar. Bahkan perannya tersebut dapat dibuktikan saat Indonesia menjadi bagian dari konvensi hukum laut internasional.
Atas peran tersebut, Ia menyatakan bahwa pemerintah berkomitmen mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai bangsa maritim, dengan catatan seluruh masyarakat Indonesia tetap kompak.
"Kita juga bisa menjadi bangsa yang besar, sekali lagi dalam keadaan situasi dunia saat ini kita harus kompak, apapun tantangan kita akan bisa hadapi," pungkasnya.
Sri Mulyani Prediksi Banyak Negara Resesi di 2023
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap tingkat pertumbuhan ekonomi banyak negara mulai melemah. Pelemahan ini terjadi sejak kuartal II 2022.
Atas kondisi demikian, sejumlah negara diprediksi mengalami resesi di 2023. Alasannya, tren pelemahan pertumbuhan ekonomi sejak kuartla II, akan terus terjadi hingga akhir tahun 2022.
"Tren terjadinya peelemahan sudah terlihat mulai Q2 di berbagai negara dan akan semakin dalam pada Q3 dan Q4, sehinga prediksi mengenai pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan termasuk kemungkinan terjadi resesi mulai muncul," ungkapnya dalam konferensi pers APBN KITA, Senin (26/9/2022).
Dalam situasi ekonomi global yang tengah bergejolak sampai Agustus 2022, Indonesia mencatatkan pertumbuhan positif di kuartal II 2022. Ekonomi Indonesia tumbuh 5,4 persen.
"Kita lihat hampir semua negara kondisi pertumbuhan kuartal II-nya melemah dibanding kuartal I secara sangat ekstrem," ujarnya.
Misalnya, China dan Amerika Serikat yang mengalami koreksi. Ditambah Inggris dan beberpaa negara lainnya yang mengalami koreksi pertumbuhan ekonomi. Tren ini diprediksi masih berlanjut di kuartal III dan Kuartal IV tahun 2022.
Â
Advertisement
PDB Indonesia
Dari sisi PDB ia mengungkap Indonesia jadi salah satu negara yang telah menyentuh 7,1 persen diatas level sebelum pandemi. Artinya, sudah ada tanda pemulihan dari dampak oandemi Covid-19.
"Negara-negara yang lebih tinggi dari kita hanya China, Vietnam dari ASEAN 6 dan G20. Yang lain juga relatif sudah recover, tapi masih banyak yaang negaranya masih pada level sama atau hanya sedikit lebih baik dari kondisi pra pandemi,"terangnya.
Hal yang lebih buruk dihadapi oleh Meksiko dan Thailand. Dimana posisi PDB nya masih berada di bawah level sebelum pandemi.
"Bahkan Meksiko, Thailand dan Jepang, GDP levelnya hari in masih dibawah pre pandemi level. Artinya GDP sekarang masih lebih rendah dibandingkan tahun 2019 sebelum pandemi terjadi. Jadi artinya mereka sama sekalibelum pulih," ujar dia.
Reporter:Â Yunita Amalia
Sumber: Merdeka.com