Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah melemah pada Rabu pagi seiring ekspektasi pasar bahwa bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) masih akan agresif menaikkan suku bunga.
Rupiah pagi ini melemah 54 poin atau 0,35 persen ke posisi 15.178 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.124 per dolar AS.
Baca Juga
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Rabu, mengatakan nilai tukar rupiah kelihatannya masih berpotensi tertekan terhadap dolar AS hari ini masih karena sentimen The Fed.
Advertisement
"Pasar masih berekspektasi The Fed masih akan agresif menaikkan suku bunga acuannya hingga akhir tahun. Yield obligasi AS tenor 10 tahun pun terus naik, mencetak level tinggi sejak 12 tahun lalu di kisaran 3,9 persen," ujar Ariston.
Ariston menyampaikan semalam data ekonomi AS yaitu data penjualan rumah baru bulan Agustus masih menunjukkan kenaikan yang bisa diartikan ekonomi AS masih kuat menahan beban kenaikan suku bunga acuan AS.
Angka penjualan rumah baru mencapai 685 ribu unit, lebih tinggi dibandingkan estimasi pasar sebanyak 500 ribu unit.
"Sementara dari dalam negeri, ekonomi Indonesia masih dibebani oleh potensi kenaikan inflasi yang bisa melambatkan pertumbuhan," kata Ariston.
Inflasi
Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi pada September 2022 mencapai 0,77 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm), dengan penyumbang utama kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Pada awal September lalu, pemerintah mengumumkan penyesuaian harga BBM subsidi dan non-subsidi.
Harga Pertalite menjadi Rp10.000 per liter dari sebelumnya Rp 7.650 per liter, harga Solar menjadi Rp 6.800 per liter, dari sebelumnya Rp 5.000 per liter, dan harga Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter, dari sebelumnya Rp 12.500 per liter.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level 15.100 per dolar AS hingga 15.150 per dolar AS.
Pada Selasa (27/9) lalu, rupiah ditutup menguat 6 poin atau 0,04 persen ke posisi 15.124 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.130 per dolar AS.
Advertisement
Rupiah Berpeluang Melemah pada Perdagangan Rabu 28 September 2022
Sebelumnya, pada perdagangan Selasa (27/9/2022) Rupiah ditutup menguat tipis 5 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 40 poin di level Rp 15.124. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 15.129.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Rabu, 28 September 2022.
“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.110 hingga Rp 15.150,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (28/9/2022).
Secara internal, hal ini dipengaruhi oleh adanya ekspektasi dunia akan mencapai jurang resesi secara bersama-sama pada 2023. Resesi tersebut disebabkan oleh inflasi yang tinggi serta tingginya harga pangan dan energi di beberapa negara baik di benua Eropa maupun Amerika Serikat (AS).
Hal tersebut yang menjadikan tingginya inflasi di sejumlah negara sehingga memacu bank sentral di negara-negara maju untuk menaikan suku bunga acuan dan memperketat likuiditas.
“Kebijakan tersebut akan memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi dunia, sehingga negara berkembang pun akan merasakan efek dari kenaikan suku bunga itu," ujar Ibrahim.
Apabila bank sentral di seluruh dunia secara kompak melakukan kenaikan suku bunga yang cukup ekstrim, resesi dunia pada 2023 kemungkinan tidak dapat dielakkan.
Negara-negara maju cukup cepat dan ekstrem sehingga memukul pertumbuhan negara-negara berkembang, karena suku bunga acuan di beberapa negara sendiri sudah tercatat naik sangat agresif.
Sebagai informasi, suku bunga acuan di Inggris telah mencapai 2,25 persen atau naik 200 basis points (bps),kemungkinan masih akan menaikkan dalam tahun ini.
Sedangkan AS telah mencapai 3,25 persen setelah naik sebesar 300 bps. Bahkan jumlah ini akan bisa bertambah karena diperkirakan AS akan menaikan suku bungannya kembali sebanyak 75 basis poin.