Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Kamis (29/9/2022) Rupiah ditutup menguat tipis 3 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 30 poin di level Rp 15.263. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 15.266.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Jumat, 30 September 2022.
Baca Juga
“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat tipis di rentang Rp 15.240 hingga Rp 15.300,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat, (30/9/2022).
Advertisement
Secara internal, hal ini dipengaruhi inflasi Indonesia tahun ini bisa mencapai 6,27 persen. Angka ini jauh dari proyeksi pemerintah yang menargetkan inflasi di bawah 5 persen. Selain itu diprediksi Bank Indonesia akan terus menaikkan suku bunga acuan sampai 5 persen di tahun ini.
Sementara itu, musim dingin di belahan dunia Barat diprediksi akan membuat inflasi di negara Barat naik. Di Indonesia sendiri, musim hujan dan libur Natal serta liburan tahun baru 2023 sendiri diperkirakan akan mendorong inflasi.
Inflasi tinggi dan perlambatan ekonomi menjadi tantangan bagi negara-negara di seluruh dunia. Baru-baru ini Bank Dunia menurunkan lagi proyeksi pertumbuhan China dan Asia pada umumnya.
Jika perang Rusia dan Ukraina masih berlanjut, kemungkinan permintaan energi dari Indonesia oleh global masih ada meski terjadi perlambatan dari China. Ini menjadi salah satu alasan pemerintah bisa mempertahankan surplus neraca dagang berbulan-bulan.
Oleh sebab itu, Pemangku kebijakan terus memonitor pergerakan harga komoditas pangan agar dapat segera melakukan antisipasi apabila terjadi lonjakan harga, serta menjaga rantai pasok terutama komoditas pangan.
Indeks Dolar AS Menguat
Dolar AS melanjutkan pergerakannya yang tampaknya tanpa henti lebih tinggi serta intervensi Bank of England ke pasar obligasi menghilang.
Bank of England mengumumkan pembelian obligasi darurat pada Rabu, mencoba untuk menopang pasar emas yang telah merosot, bersama dengan pound, setelah pemerintah Inggris yang baru mengumumkan pemotongan pajak yang substansial, kemungkinan didanai oleh pinjaman yang besar.
Ini akan memberi tekanan pada BoE untuk mengumumkan kenaikan suku bunga substansial pada pertemuan berikutnya di awal November, jika terus mengesampingkan kenaikan darurat.
Penampilan dari pejabat Bank of England David Ramsden, Silvana Tenreyro, dan Huw Pill pada hari Kamis akan diawasi dengan ketat.
Kemudian, Mata uang tunggal juga dibebani oleh eskalasi krisis energi zona euro baru-baru ini, dengan penjaga pantai Swedia mengumumkan telah menemukan kebocoran gas keempat pada pipa Nord Stream yang rusak.
Advertisement
Rupiah Loyo Hampir 5 Persen, Masih Lebih Baik dari Rupee India hingga Ringgit Malaysia
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengklaim stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Hal ini tercermin dari tingkat pelemahan nilai tukar Rupiah atau Depresiasi yang lebih baik ketimbang sejumlah negara berkembang lainnya.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mencatat, nilai tukar pada 21 September 2022 terdepresiasi 1,03 persen secara point to point (ptp) dibandingkan dengan akhir Agustus 2022.
"Perkembangan nilai tukar yang tetap terjaga tersebut ditopang oleh pasokan valas domestik dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, serta langkah-langkah stabilisasi Bank Indonesia," kata Perry dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis (22/9/2022).
Dengan capaian ini, nilai tukar Rupiah sampai dengan 21 September 2022 terdepresiasi 4,97 persen secara year to date (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021. Angka relatif lebih baik dibandingkan mata uang Rupee India yang terdepresiasi sebesar 7,05 persen.
Pun, dengan negara tetangga Malaysia yang mengalami depresiasi sebesar 8,51 persen. Keperkasaan Rupiah juga lebih baik ketimbang Bath Thailand yang terdepresiasi hingga 10,07 persen.
Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Rupiah Kembali Tembus Level Psikologis 15.000 per Dolar AS Usai The Fed Dongkrak Suku Bunga
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembelai melemah dan menembus level psikologis 15.000 per dolar AS pada perdagangan Kamis ini. Pelemahan nilai tukar rupiah ini usai bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menaikkan suku bunga.
Pada Kamis (22/9/2022) pagi, rupiah melemah 19 poin atau 0,13 persen ke posisi 15.016 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.997 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah bakal mendapatkan tekanan dari dolar AS Hari ini dengan kenaikan suku bunga acuan The Fed sebesar 75 bps dini hari tadi dan sikap The Fed yang masih akan mempertahankan pengetatan moneter hingga inflasi AS turun signifikan," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.
Dolar AS melonjak ke level tertinggi baru dalam dua dekade pada akhir perdagangan Rabu 21 September 2022, setelah The Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi dan mengisyaratkan kenaikan yang lebih besar pada pertemuan mendatang.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, mencapai level tertinggi baru 20 tahun di 111,63 setelah kenaikan suku bunga Fed, dan terakhir naik 0,7 persen pada 110,97.
Advertisement
Janji The Fed
Ketua Federal Reserve Jerome Powell berjanji bahwa ia dan sesama pembuat kebijakan akan terus berjuang untuk mengalahkan inflasi, ketika bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar tiga perempat poin persentase untuk ketiga kalinya berturut-turut dan mengisyaratkan bahwa biaya pinjaman akan terus meningkat tahun ini.
Dalam serangkaian proyeksi baru yang serius, The Fed memperkirakan suku bunga kebijakannya naik pada kecepatan yang lebih cepat dan ke tingkat yang lebih tinggi dari yang diperkirakan.
Target suku bunga kebijakan The Fed sekarang berada di level tertinggi sejak 2008 dan proyeksi baru menunjukkannya naik ke kisaran 4,25-4,50 persen pada akhir tahun ini dan berakhir 2023 di 4,50-4,75 persen.
"Dengan keputusan baru ini pasar akan mereposisi portofolio investasinya untuk sementara waktu dan mungkin menarik diri dari aset berisiko sehingga rupiah bisa ikut melemah," ujar Ariston.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level 14.980 per dolar AS hingga 15.050 per dolar AS.