Sukses

Sektor Industri Butuh 600 Ribu Tenaga Kerja Tiap Tahun

Dengan kebutuhan tenaga kerja di sektor industri yang besar, mencapai sekitar 600 ribu orang per tahun, keberadaan SDM kompeten menjadi faktor sangat penting dalam mendukung pertumbuhan industri.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) fokus mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) industri yang kompeten dan memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan industri, termasuk melalui penyelenggaraan sekolah vokasi pada jenjang sekolah menengah.

Salah satu sekolah menengah Kemenperin, yaitu SMK-Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor (SMK-SMAK Bogor) memiliki kompetensi berbeda dibandingkan dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lainnya. Keunggulan dari sekolah ini, lulusannya memiliki kompetensi setara dengan Diploma 1 atau D1.

“Dengan kebutuhan tenaga kerja di sektor industri yang besar, mencapai sekitar 600 ribu orang per tahun, keberadaan SDM kompeten menjadi faktor sangat penting dalam mendukung pertumbuhan industri. Sehingga Kemenperin melalui unit pendidikannya menyelenggarakan pendidikan setara D1 sebagai wujud nyata kerja sama antara pemerintah, institusi pendidikan, dan dunia industri,” papar Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin Arus Gunawan di Jakarta, Jumat (30/9).

Arus menjelaskan, pelaksanaan Pendidikan di SMK-SMAK Bogor selaras dengan komitmen BPSDMI Kemenperin untuk memperkecil competency gap antara dunia industri dengan dunia pendidikan.

“Pembelajaran di SMK-SMAK Bogor diselenggarakan selama empat tahun, sehingga kompetensinya setara dengan D1, bahkan lebih karena yang dipelajari sebagian besar merupakan mata pelajaran yang disampaikan di tingkat perguruan tinggi,” katanya.

Jenjang D1 merupakan program pendidikan yang memiliki masa belajar paling singkat dibandingkan dengan program diploma lainnya. SMK yang dapat menerapkan program setara D1 adalah SMK yang telah memenuhi syarat dan kualitas dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Selain penyelenggaraan program pendidikan setara D1, SMK yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat ini juga menduduki peringkat pertama untuk SMK terbaik berdasarkan nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang dirilis oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) selama tiga tahun berturut-turut dari 2020 sampai 2022.

 

2 dari 4 halaman

Jalur Penerimaan Vokasi Industri

Menurut Arus, keberhasilan ini tidak terlepas dari peran SDM, sarana prasarana, sistem PPDB, dan juga kurikulum. SMK-SMAK Bogor dilengkapi dengan sarana prasarana lengkap sesuai dengan tuntutan industri.

“Kemudian, Kemenperin juga menyelenggarakan sistem penerimaan siswa baru yang sangat selektif melalui jalur Jalur Penerimaan Vokasi Industri (JARVIS), baik JARVIS Prestasi, JARVIS Bersama dan JARVIS Mandiri, sehingga terpilih siswa-siswa yang berkualitas sebagai SDM industri” jelasnya.

Wakil Manajemen Mutu SMK-SMAK Bogor, Rusman mengatakan, kegiatan belajar di sekolah tersebut menggunakan kurikulum yang terintegrasi antara Kemendikbud serta Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan sudah diselaraskan dengan kebutuhan industri.

Pembelajaran dilaksanakan dengan metode dual system dengan proporsi 70% praktik dan 30% teori yang berlangsung selama empat tahun, termasuk program magang di industri selama enam bulan.

“Berdasarkan testimoni yang disampaikan oleh industri, lulusan SMK-SMAK Bogor memiliki kompetensi lebih dari cukup untuk menghadapi dunia industri, bahkan dibandingkan dengan lulusan D3. Mereka dapat beradaptasi dengan cepat terkait bidang pekerjaannya, dan cepat menerima dan mengeksekusi arahan,” ungkapnya.

 

3 dari 4 halaman

PMI Manufaktur Indonesia Tembus 51,7 Poin, Ini Faktornya

Indeks Purchasing Purchasing Managers’ Index atau PMI Manufaktur Indonesia dilaporkan mencapai mencapai 51,7 pada Agustus 2022. Angka ini menguat dari angka 51,3 di bulan sebelumnya.

Pencapaian ini dinilai menunjukan jika kondisi pengoperasian sektor manufaktur Tanah Air terus membaik dalam 12 bulan terakhir.

PMI Manufaktur Indonesia dinilai terus menunjukkan peningkatan, di tengah menurunnya indeks tersebut di negara-negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan (49,8 di Juli 2022 menjadi 47,6) dan Jepang (52,1 pada Juli 2022 menjadi 51,5).

S&P Global menunjukkan, terjadi perbaikan yang cukup kuat di sektor manufaktur dalam empat bulan terakhir.

Hal ini didukung dengan produksi yang naik selama tiga bulan berturut-turut, dan menjadi gabungan tercepat dalam tujuh bulan.

Kemudian, terjadi peningkatan permintaan dan ekspansi pesanan baru pada laju tercepat dalam 6 bulan.

“Peningkatan indeks PMI Manufaktur didorong oleh kenaikan penjualan dari permintaan domestik. Hal ini sebagai tanda bahwa upaya pemulihan ekonomi dari hantaman pandemi telah menunjukkan dampaknya,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Kamis (1/9/2022).

Tekanan inflasi di sektor manufaktur juga berkurang, ditandai dengan kenaikan harga input dan output yang lebih rendah.

Kenaikan indeks PMI Manufaktur Indonesia juga turut andil dalam peningkatan penciptaan lapangan kerja pada bulan Agustus.

Dengan adanya kenaikan volume pekerjaan baru, terjadi kenaikan jumlah bisnis yang belum terselesaikan pada bulan Agustus.

4 dari 4 halaman

Bertahan Positif

Laporan menyebutkan bahwa keseluruhan sentimen bisnis di sektor manufaktur Indonesia tetap bertahan positif di tengah harapan akan pemulihan berkelanjutan pada permintaan.

Menanggapi hal tersebut, Menperin kembali mengingatkan perlunya antisipasi terhadap kondisi geopolitik Rusia-Ukraina yang memicu persoalan krisis pangan dan krisis energi.

Dua hal ini berpengaruh terhadap pasokan komoditas bagi sektor manufaktur. “Sektor industri manufaktur terus mengalami peningkatan investasi. Saya optimis tren ini akan berlanjut hingga akhir tahun. Karena itu kami upayakan agar hambatan-hambatan investasi yang ada bisa kami atasi,” ujar Menperin.

Selanjutnya, Kemenperin juga bertekad untuk terus memacu konsumsi domestik dengan memastikan produk-produk industri dalam negeri diserap sebesar-besarnya.

Salah satunya dengan belanja pemerintah melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

“Saya berpesan kepada para pelaku industri untuk terus meningkatkan kapasitas dan utilisasinya, membuat penyesuaian-penyesuaian, dan memastikan perusahaan industri mengambil manfaat dari kebijakan ini,” pesan Menperin.

Ekonom S&P Global Market Intelligence Laura Denman menyebutkan, pertumbuhan yang lebih jelas pada output dan total pemintaan baru menunjukkan kesehatan ekonomi di masa mendatang.

Perusahaan juga menyebutkan kondisi permintaan yang lebih kuat. Tekanan harga akibat inflasi juga diharapkan terus berkurang karena dampak Covid-19 yang terus menurun. Namun begitu, kepercayaan bisnis secara keseluruhan menurun dari posisi bulan Juli.