Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada Jumat sore ini. Penguatan nilai tukar rupiah ini usai pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal inflasi yang membuat pasar kembali tenang.
Pada Jumat (30/9/2022), rupiah ditutup menguat 36 poin atau 0,23 persen ke posisi 15.227 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.263 per dolar AS.
Baca Juga
"Tenangnya pasar dimanfaatkan oleh para spekulan untuk menjual dolar AS sehingga rupiah di akhir pekan kembali menguat," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dikutip dari Antara.
Advertisement
Presiden Jokowi menyatakan inflasi Indonesia masih cukup terkendali di angka 4,6 persen, yang masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain.
Terkendalinya inflasi antara lain disebabkan oleh keharmonisan hubungan antara otoritas pemegang fiskal (Menteri Keuangan) dengan bank sentral (Bank Indonesia) yang berjalan beriringan, rukun, dan sinkron.
Saat ini dunia berada pada ketidakpastian yang tinggi karena berbagai masalah yang menimpanya, mulai dari pandemi yang belum usai hingga perang di Ukraina yang diperkirakan akan berlangsung panjang.
Terkait situasi tersebut Presiden Jokowi pun mengingatkan kepada Menkeu Sri Mulyani untuk berhati-hati dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Presiden meminta agar APBN digunakan untuk hal yang produktif dan memberikan imbal hasil yang jelas.
Selain karena kondisi internal yang sedang tenang, Ibrahim menilai penguatan kurs Garuda terjadi karena dolar AS yang melemah karena dibantu oleh intervensi Bank Sentral Inggris dan ekspektasi pengetatan agresif oleh Bank Sentral Eropa serta Bank Sentral AS.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi 15.216 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran 15.190 per dolar AS hingga 15.248 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat juga menguat ke posisi 15.232 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya 15.247 per dolar AS.
Wabah virus corona COVID-19 tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, namun berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi negara. Hal ini berdampak bagi bursa saham dan nilai tukar rupiah.
Jaga Inflasi, Jokowi Minta Sri Mulyani dan Bos BI Rukun Terus
Presiden Joko Widodo (Jokowi), meminta agar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia (BI) terus rukun dan konsolidatif dalam rangka mengendalikan inflasi.
Hal itu disampaikan Jokowi dalam UOB Annual Economic Outlook 2023 bertajuk “Emerging Stronger in Unity and Sustainably”, Kamis (29/9/2022).
Jokowi menjelaskan, saat ini semua negara sedang berkonsentrasi pada inflasi. Karena inflasi menjadi momok bagi semua negara, utamanya kenaikan barang dan jasa menjadi ketakutan yang luar biasa.
“Inflasi kita masih di angka 4,6 persen, yang lainnya coba dibandingkan. Kenapa bisa? kita jaga seperti ini, karena menurut saya antara otoritas pemegang fiskal APBN yaitu Menteri Keuangan dengan bank sentral BI beriringan rukun, sinkron,” kata Jokowi.
Jika dibandingkan dengan negara lain, otoritas moneter dan fiskal tidak rukun dan beriringan. Misalnya, bank sentral naikkan bunga, Menteri keuangannya justru menaikan defisit, artinya menaikkan inflasi.
“Yang satu meremehkan inflasi yang satunya menaikkan, karena BI dan Kemenkeu jalan beriringan, sinkron dan APBN nya konsolidatif, menyehatkan, berani memutuskan,” ujar Jokowi.
Sebetulnya banyak yang menyarankan untuk meminta kepada DPR terkait defisit fiskal lebih dari 3 persen. Namun, demi menyehatkan APBN, Presiden Jokowi memutuskan maksimum defisit 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2023.
“Saya berdiskusi dengan Menkeu, kita putuskan di bawah 3 persen saja, yang penting APBN harus sehat. Terakhir selalu saya sampaikan kepada bu Menteri, kita memiliki ambisi. Saya minta betul-betul dijaga hati-hati, bijaksana betul dalam menggunakan rupiah yang kita miliki, tidak jor-joran dan harus betul-betul dijaga,” pungkas Jokowi.
Advertisement