Liputan6.com, Jakarta Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menilai, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang dikelola PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) nantinya bila sudah beroperasi akan memberikan banyak manfaat, termasuk pembukaan lapangan kerja.
Tak hanya bagi masyarakat Indonesia, Menhub menyebut Kereta Cepat Jakarta-Bandung pun bakal membuka kesempatan kerja bagi pekerja China. Sekaligus jadi pintu bagi tenaga kerja lokal untuk mencuri ilmu dari Tiongkok.
Baca Juga
"Hal yang lain, kesempatan kerja, kita lakukan di sini. China juga mendapatkan kesempatan kerja di sini, kita juga diharapkan mendapatkan satu kesempatan untuk belajar. Terutama bagi siswa-siswa kita sendiri," ujar Menhub Budi Karya di Stasiun Tegalluar, Kabupaten Bandung, Sabtu (1/10/2022).
Advertisement
Oleh karenanya, Menhub pun menghimbau kepada KCIC agar ada transfer teknologi dan ilmu pengetahuan, khususnya dalam mengoperasikan kereta cepat, dari China ke Indonesia.
"Saya juga minta ilmuwan kita dilibatkan di sini, sehingga pengetahuan yang baik ini bisa bermanfaat bagi dunia konstruksi Indonesia, dan juga perguruan tinggi," pinta dia.
Di sisi lain, Menhub antusias terhadap pengoperasian Kereta Cepat Jakarta Bandung. Rangkaian kereta cepat atau Electric Multiple Unit (EMU) ini disebut mampu berjalan dengan kecepatan 350 km per jam.
"Satu kebanggaan bahwa Indonesia adalah negara pertama di ASEAN yang memiliki kereta cepat," sebutnya.
Sehingga, ia menambahkan, waktu tempuh Jakarta-Bandung maupun sebaliknya yang tadinya bisa mencapai 2-3 jam, bisa terpangkas menjadi hanya 52 menit saja.
"Saya tadi ke Padalarang guna memastikan perjalanan dari Jakarta menuju Bandung dengan waktu yang baik, yaitu Jakarta-Padalarang 30 menit, dan dari Padalarang ke Bandung 22 menit. Sehingga totalnya 52 menit, dengan headway 26 menit. Sama juga nanti feeder-nya juga 26 menit," bebernya.
PMN Kereta Cepat Jakarta Bandung Belum Cair, Ini Alasannya
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkap alasan penyertaan modal negara (PMN) untuk proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung tak kunjung cair. Alasannya, angka final pembengkakan biaya Kereta Cepat Jakarta Bandung belum ditentukan.
Untuk diketahui, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI sebelumnya direncanakan mendapat PMN Rp 4,1 triliun untuk proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung. Belakangan, kabarnya alokasi dana pemerintah itu urung diberikan.
Arya mengatakan, cairnya PMN akan menunggu hasil hitungan terbaru audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Meski sebelumnya sudah ada angka pembengkakan sementara yang disampaikan.
"Masih menunggu keputusan Komite KCJB," kata dia dalam Ngopi BUMN di Kementerian BUMN, Kamis (29/9/2022).
Setelah ada angka final pembengkakan biaya atau cost overrun, baru selanjutnya diputuskan berapa dana PMN dibutuhkan. Menurut catatan Liputan6.com, pembengkakan biaya sementara berada di angka USD 1,176 miliar.
"Makanya ditunggu (besaran final pembengkakan biaya), setelah itu keluar baru ada keputusan, Komite KCJB akan memutuskan berapa yang sebenarnya dibutuhkan. Kalau belum keluar kan kita belum boleh (dapat PMN), tapi mengusulkan kan boleh," terangnya.
"Soal nanti dikurangi atau seperti apa kan terserah," tambahnya.
Â
Advertisement
Butuh Dana Rp 3,2 Triliun
Pembengkakan biaya (cost overrun) proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) masih jadi perhatian. Terbaru, dibutuhkan dana sekitar Rp 3,2 triliun untuk menambal biaya tersebut.
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan kalau pembengkakan biaya tersebut masih dalam proses audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Menurut rencana, biaya ini akan ditambal lewat Penyertaan Modal Negara (PMN) dan pinjaman.
"Jadi cost overrun kan kita sedang audit BPKP kan, kita minggu depan ada rapat komite, ya kita biayailah ada dari PMN yang melalui perpres sama dari pinjaman juga, ktia sedang skema-kan," ujarnya saat ditemui di Sarinah, Rabu (28/9/2022).
Maka, melalui pertemuan di pekan depan itu akan menghasilkan angka yang dibutuhkan. "Ada exercise kedua sedang kita bahas minggu depan harusnya kita keluar dengan angka excercise, baru ktia ajukan PMN untuk 2022 ini," ungkapnya.
Untuk diketahui, PMN akan disuntik ke PT KAI (Persero) sebagai pelaksana proyek tersebut. Ini jadi porsi yang harus dipenuhi KAI dalam upaya penambalan proyek KCJB. Angkanya, disebut sebesar Rp 3,2 triliun.
"Kebutuhan PMN dari pemerintah mungkin sekitar Rp 3,2 (triliun) kurang lebih," ungkapnya.