Sukses

SMF Kantongi Laba Bersih Rp 291 Miliar di Kuartal III 2022

SMF terus bergiat dalam mengoptimalkan peran dan fungsinya sebagai fiscal tools Pemerintah dalam mendorong bangkitnya industri perumahan

Liputan6.com, Banyuwangi PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF membukukan laba bersih Rp 291 miliar hingga per kuartal III 2022. Adapun aset yang diperoleh hampir serupa dengan tahun lalu yaitu sekitar 33 triliun

Meski diakui bila pendapatan perusahaan ada penurunan. “Cukup berkurang banyak memang dibandingkan tahun lalu. Namun dari sisi beban, kita juga melakukan berbagai efisiensi sehingga juga mengalami penurunan kurang lebih 50 persen dibandingkan tahun lalu. Dari sisi laba bersih, ini tentunya imbas dari dampak dari kegiatan operasional kita, kita membukukukan laba di 2022 kurang lebih Rp 291 miliar,” ujar Direktur Keuangan dan Operasional PT SMF (Persero) Bonai Subiakto dalam pemaparan kinerja kuartal III di Banyuwangi, Jumat (4/11/2022).

Pada kesempatan tersebut, Bonai pun mengungkapkan bahwa terjadinya penurunan pendanaan itu akhirnya berimbas pada liabilitas yang kemudian juga menurun. Hal itu karena surat utang yang telah jatuh tempo.

“Karena penurunan pendanaan, otomatis liabilitas kita juga menurun karena banyak surat utang kita yang jatuh tempo dan kita tidak segera kita lunasi sehingga liabilitas kita saat ini per September itu adalah 16 sampai 17 triliun,” jelas dia.

Namun, Bonai juga menuturkan bahwa jika dari segi ekuitas perseroan justru mengalami pertumbuhan kurang lebih hingga Rp 2 triliun.

Itu lebih besar dibandingkan tahun lalu karena perseroan mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk Kredit Kepemilikan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP).

 

2 dari 2 halaman

Penerbitan Surat Utang

Perseroan kini terus bergiat dalam mengoptimalkan peran dan fungsinya sebagai fiscal tools Pemerintah dalam mendorong bangkitnya industri perumahan baik dari sisi supply maupun demand sesuai perluasan mandat yang telah diberikan oleh Pemerintah melalui penyaluran pembiayaan perumahan yang berkesinambungan.

Tingkat inflasi yang masih di atas target Bank Indonesia dan tekanan nilai tukar akibat pengetatan uang beredar oleh The Fed memaksa Bank Indonesia untuk menaikkan tingkat suku bunga acuannya, BI 7-day reverse repo rate. Kenaikan tingkat suku bunga acuan tersebut tentu akan berdampak pada kenaikan imbal hasil surat utang negara, yang merupakan patokan bagi cost of fund Perseroan.

Dengan kata lain, cost of fund Perseroan akan ikut naik ketika suku bunga acuan mengalami kenaikan. Lebih lanjut, kebijakan moneter kontraktif Bank Indonesia juga dapat menghambat kinerja intermediasi perbankan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kinerja penyaluran pinjaman Perseroan.

Hingga sampai saat ini sejak 2009, SMF terhitung telah melakukan penerbitan surat utang sebanyak 51 kali dengan total Rp 50,4 triliun.

Rinciannya, 38 kali penerbitan Obligasi dan Sukuk Mudharabah (penawaran umum) sebesar Rp 45,63 triliun, 12 kali Medium Term Notes (Penawaran terbatas) sebesar Rp 4,67 triliun, dan satu kali penerbitan Surat Berharga komersial sebesar Rp 120 miliar.

“Penerbitan obligasi tersebut merupakan bagian dari upaya Perseroan dalam memenuhi perannya sebagai penyedia likuiditas jangka panjang bagi penyalur KPR. Hal ini merupakan bagian dari komitmen SMF untuk mendukung ketersediaan hunian yang layak dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia,” ungkap Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo dalam kesempatan yang sama.

Jadi totalnya, perseroan telah merealisasikan penerbitan surat utang melalui Penawaran Umum Obligasi Berkelanjutan VI Tahap III Tahun 2022 dengan tingkat bunga tetap, sebesar Rp 3 triliun. Obligasi ini adalah bagian dari Obligasi Berkelanjutan VI SMF dengan nilai target dana yang akan dihimpun sebesar Rp 17 triliun.