Sukses

Sederet Jurus Pemerintah Percepat Capaian Net Zero Emission di 2060

Pemerintah mengupayakan transisi ke arah energi bersih, rendah emisi, dan ramah lingkungan untuk dapat mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat, sesuai komitmen Indonesia pada COP 26.

 

Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menyatakan pemerintah masih terus berupaya untuk mengantisipasi perubahan kebijakan energi global

Menurutnya, pemerintah masih mengupayakan transisi ke arah energi bersih, rendah emisi, dan ramah lingkungan untuk dapat mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat, sesuai komitmen Indonesia pada COP 26.

Kementerian ESDM telah pun menyusun langkah mencapai Net Zero Emission pada 2060 melalui sejumlah strategi antara lain: Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) secara masif, termasuk hidrogen dan nuklir.

KemudianRetirement PLTU secara bertahap; Penggunaan teknologi bersih melalui Carbon Capture and Storage (CCS), Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS), serta pemanfaatan kendaraan listrik dan kompor induksi; Pengembangan jaringan gas rumah tangga; Pemanfaatan biofuel; Penerapan manajemen energi dan standar kinerja energi yang minimum.

"Dalam periode transisi energi itu, energi fosil, migas, dan batu bara masih memiliki peran penting untuk dikembangkan sebelum energi yang lebih bersih tersedia," katanya pada acara "Penganugerahan Penghargaan Subroto," yang merupakan rangkaian Peringatan Hari Jadi Pertambangan dan Energi ke-77 dikutip dari Antara, Rabu (5/10/2022).

Arifin menambahkan, melalui penganugerahan Penghargaan Subroto 2022 yang merupakan penghargaan tertinggi sektor ESDM, diharapkan dapat memberikan kontribusi pada upaya pemerintah mencapai Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat.

"Saya sangat mengapresiasi inovasi dan usaha yang telah dikembangkan dalam memajukan sektor ESDM. Prestasi dan sumbangsih Bapak/Ibu memiliki makna besar dalam kemajuan bangsa," katanya.

Arifin Tasrif dalam sambutannya juga mengapresiasi usaha dan inovasi yang telah dikembangkan oleh penerima penghargaan, dalam memajukan sektor ESDM, baik di bidang Migas, Ketenagalistrikan, Mineral dan Batubara, EBTKE, Geologi maupun pengembangan Sumber Daya Manusia, serta peran Wartawan Energi.

"Saya mengucapkan selamat kepada para penerima Penghargaan Subroto 2022. Prestasi dan sumbangsih tanpa pamrih bapak - Ibu sekalian memiliki makna besar bagi kemajuan bangsa. Semoga dengan dilaksanakannya Penghargaan Subroto 2022, seluruh stakeholder sektor ESDM tetap memantapkan niat, kontribusi, dan kerja keras bersama untuk mewujudkan sektor ESDM yang dapat memberikan manfaat optimal bagi semua pihak," ujar Menteri ESDM.

 

2 dari 3 halaman

Bermanfaat bagi Negara dan Masyarakat

Pada acara penganugerahan tersebut, PT Kideco Jaya Agung, anak perusahaan energi terintegrasi PT Indika Energy Tbk, meraih penghargaan pada Penganugerahan Subroto 2022 dalam bidang Mineral dan Batubara dengan kategori wajib bayar dengan tingkat kepatuhan pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tertinggi subkategori PKP2B.

Selain itu Kideco juga memenangkan penghargaan di bidang Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Batubara Terinovatif, untuk Badan Usaha Pertambangan Batubara.

Dalam sambutannya usai menerima penghargaan, Direktur Utama Kideco, Mochamad Kurnia Ariawan menyampaikan bahwa industri tambang harus dapat memberikan manfaat kepada negara dan masyarakat.

Dia mengatakan pihaknya akan terus berkontribusi kepada negara dan masyarakat, antara lain melalui PNBP.

“Kami mengucapkan terima kasih karena untuk kesekian kalinya kami mendapatkan apresiasi dari Kementerian ESDM atas kinerja yang telah kami lakukan. Ini menjadi motivasi luar biasa bagi Kideco, untuk terus memberikan kontribusi nyata melalui ketaatan pembayaran PNBP kepada negara dan kontribusi langsung ke masyarakat lingkar tambang melalui program PPM yang kami miliki," ujar Mochamad Kurnia Ariawan.

3 dari 3 halaman

Bila Serius Transisi ke Energi Bersih, IEA Sebut Indonesia Perlu Reformasi Kebijakan

Sebelumnya, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan bahwa Indonesia perlu memastikan reformasi kebijakan untuk membuka jalan bagi transisi energi ke energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada batu bara. Ini sebagai bagian dari tujuan untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060.

Indonesia, salah satu penghasil karbon terbesar di dunia, telah menandatangani janji global untuk menghentikan penggunaan batu bara, yang dipandang penting untuk membantu membatasi kenaikan suhu global mencapai 1,5 derajat Celcius.

Dilansir dari Channel News Asia, Jumat (2/9/2022) laporan terbaru IEA mengatakan bahwa jenis teknologi yang dibutuhkan Indonesia untuk beralih ke energi yang lebih bersih, seperti sistem tenaga surya, sudah tersedia secara komersial dan hemat biaya, asalkan pemerintah menerapkan kebijakan pendukung.

Menurut IEA, di bawah skenario yang mengasumsikan komitmen iklim terpenuhi, Indonesia dapat memiliki kapasitas tenaga surya dan angin sebesar 25 Gigawatt pada tahun 2030, naik dari sekitar 0,4 GW saat ini.

Namun, proyek tenaga surya di Indonesia saat ini menelan biaya lebih dari dua kali lipat dari proyek di negara berkembang lainnya, sebut IEA, dan secara ekonomi tidak kompetitif dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas alam.

Biaya dapat dipangkas dengan memperkenalkan tarif yang transparan dan kompetitif dan jalur proyek yang dapat diprediksi, menurut laporan badan tersebut, yang disusun setelah permintaan dari kementerian energi di Indonesia.

Sementara itu, Indonesia berencana meningkatkan porsi energi terbarukan dari bauran energinya menjadi 23 persen pada tahun 2025, tetapi sejauh ini baru mencapai sekitar 12 persen. Batubara saat ini juga masa memasok sekitar 60 persen kebutuhan listrik di Tanah Air.