Sukses

OPEC Pangkas Produksi Minyak Dunia Mulai November, Terbesar Sejak Awal Pandemi Covid-19

OPEC mengumumkan pemotongan produksi minyak dunia terbesar sejak awal pandemi, sebesar 2 juta barel per hari.

Liputan6.com, Jakarta - OPEC mengatakan akan memangkas produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari. Ini menandai pemotongan produksi minyak dunia terbesar sejak awal pandemi Covid-19, ketika harga BBM di sejumlah negara melonjak. 

Dilansir dari CNN Business, Kamis (6/10/2022) OPEC, kelompok produsen minyak utama, yang meliputi Arab Saudi dan Rusia, mengumumkan pengurangan produksi setelah pertemuan pertama secara langsung sejak Maret 2020.

Pengurangan tersebut setara dengan sekitar 2 persen dari permintaan minyak global, yang akan mulai berlaku pada November 2022. Dalam sebuah pernyataan, OPEC menjelaskan bahwa keputusan untuk memangkas produksi minyak dilakukan "mengingat ketidakpastian yang mengelilingi prospek ekonomi dan pasar minyak global".

Menyusul berita pemangkasan produksi, harga minyak mentah Brent naik 1,5 persen menjadi lebih dari USD 93 per barel, menambah keuntungan Pean ini menjelang pertemuan para menteri perminyakan dunia.

Harga minyak AS juga naik 1,7 persen menjadi USD 88  per barel.

OPEC dan sekutunya, yang mengendalikan lebih dari 40 persen produksi minyak dunia, berharap untuk mencegah penurunan permintaan barel mereka dari perlambatan ekonomi yang tajam di China, Amerika Serikat dan Eropa.

Produksi minyak Rusia sekarang bertahan lebih baik dari yang diperkirakan, dengan pasokan dialihkan ke China dan India.

Tetapi Amerika Serikat dan Eropa sekarang sedang mencari cara untuk menerapkan perjanjian G7 yang membatasi harga ekspor minyak mentah dari Rusia ke negara-negara lain.

Pejabat senior pemerintahan Presiden Joe Biden dikabarkan tengah melobi rekan-rekan mereka di Kuwait, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk menolak pemotongan produksi minyak, menurut para pejabat.

2 dari 3 halaman

Jelang Pertemuan OPEC, Harga Minyak Dunia Naik Tipis

 Harga minyak dunia naik tipis pada hari Selasa karena ekspektasi bahwa OPEC+ mungkin menyetujui pengurangan besar dalam produksi minyak mentah ketika bertemu pada hari Rabu. Ini jelas melebihi kekhawatiran tentang ekonomi global.

Dikutip dari CNBC, Rabu (5/10/2022), harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 2,83, atau 3,18 persen, menjadi USD 91,69 per barel setelah naik lebih dari 4 persen di sesi sebelumnya.

Harga minyak mentah berjangka AS naik USD 2,74, atau 3,28 persen, menjadi USD 86,37 per barel. Benchmark naik lebih dari 5 persen di sesi sebelumnya, kenaikan harian terbesar sejak Mei.

Harga minyak menguat pada hari Senin di tengah kekhawatiran baru tentang ketatnya pasokan. Investor memperkirakan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, akan memangkas produksi lebih dari 1 juta barel per hari pada pertemuan langsung pertama mereka sejak 2020 pada hari Rabu.

Pemotongan sukarela oleh masing-masing anggota dapat terjadi di atas ini, menjadikannya pemotongan terbesar sejak dimulainya pandemi Covid-19, kata sumber OPEC.

"Terlepas dari semua yang terjadi dengan perang di Ukraina, OPEC+ tidak pernah sekuat ini dan mereka akan melakukan apa pun untuk memastikan harga didukung di sini," kata Edward Moya, analis senior OANDA, dalam sebuah catatan.

3 dari 3 halaman

Di Luar Rencana OPEC

OPEC+ telah meningkatkan produksi tahun ini setelah pemotongan rekor terjadi pada tahun 2020 karena penurunan permintaan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Namun dalam beberapa bulan terakhir, organisasi tersebut telah gagal memenuhi peningkatan produksi yang direncanakan, yang hilang pada Agustus sebesar 3,6 juta barel per hari.

“Sementara OPEC+ mungkin mengumumkan pemotongan besar [lebih dari 1 juta barel per hari], pada kenyataannya, pemotongan itu bisa jauh lebih kecil. Ini karena sebagian besar anggota OPEC+ berproduksi jauh di bawah tingkat produksi target mereka," kata analis ING dalam sebuah catatan.

Pemotongan produksi yang dipertimbangkan dibenarkan oleh penurunan tajam harga minyak dari tertinggi baru-baru ini, kata Goldman Sachs, menambahkan bahwa ini memperkuat pandangan minyak bullish.