Meski Pertamina terus mengalami kerugian atas penjualan gas LPG 12 Kg karena masalah harga jual, namun perseroan menegaskan belum memiliki rencana untuk menaikan harga.
PT Pertamina (Persero) akan mengalihkan beban ongkos angkut untuk mengurangi kerugian penjualan gas LPG non subsidi 12 kilo gram (kg) pada 2013.Â
Pasalnya pada tahun 2012 petamina mencatat kerugian sebesar US$541,9 juta.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya mengatakan, pihaknya mengalami kerugian sebesar US$ 541,9 juta karena masalah harga jual.
Sementara untuk menghindari kerugian yang berlanjut pada tahun ini, Pertamina akan melakukan upaya secara bertahap dengan melakukan efisiensi melalui pengalihan beban ongkos angkut.
"Penjualan LPG harga dibawah pasar, karena itu Kita lakukan upaya secara bertahap dengan efisiensi dengan mengalihkan beban ongkos angkut," kata Hanung, saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi VII, Senin (11/2/2013).
Menurut Hanung efisiensi beban ongkos angkut dilakukan, karena biaya operasional pemasaran LPG saat ini terus meningkat, dengan pemberlakuan pelarangan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi pada kendaraan operasional Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Akibat meningkatnya biaya operasional yang melarang penggunaan BBM PSO," ungkap Hanung.
Dia mengungkapkan, meski Perusahaan energi berplat merah tersebut terus mengalami kerugian atas penjualan gas LPG non subsidi karena masalah harga jual.
Pertamina belum memiliki rencana untuk menaikan harga karena mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat. "Kami masih mempertimbangkan situasi sosial untuk menaikkan harga," tegas Hanung.
Sementara, Anggota DPR Komisi VII Dito Ganindito pada kesempatan yang sama menyatakan, Pertamina tidak boleh terus menerus menanggung kerugian.
Selain itu Pertamina juga tidak bisa menanggung stok nasional yang dinilai merupakan tanggung jawab pemerintah.
"Kami mendukung, jangan terlalu berat ditanggung, dan jangan menanggung stok nasional, karena stok nasional ini bukan tanggungjawab Pertamina, namun Pertamina terus menggendong stok nasional," tutup Dito. (Pew/Nur)
PT Pertamina (Persero) akan mengalihkan beban ongkos angkut untuk mengurangi kerugian penjualan gas LPG non subsidi 12 kilo gram (kg) pada 2013.Â
Pasalnya pada tahun 2012 petamina mencatat kerugian sebesar US$541,9 juta.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya mengatakan, pihaknya mengalami kerugian sebesar US$ 541,9 juta karena masalah harga jual.
Sementara untuk menghindari kerugian yang berlanjut pada tahun ini, Pertamina akan melakukan upaya secara bertahap dengan melakukan efisiensi melalui pengalihan beban ongkos angkut.
"Penjualan LPG harga dibawah pasar, karena itu Kita lakukan upaya secara bertahap dengan efisiensi dengan mengalihkan beban ongkos angkut," kata Hanung, saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi VII, Senin (11/2/2013).
Menurut Hanung efisiensi beban ongkos angkut dilakukan, karena biaya operasional pemasaran LPG saat ini terus meningkat, dengan pemberlakuan pelarangan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi pada kendaraan operasional Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Akibat meningkatnya biaya operasional yang melarang penggunaan BBM PSO," ungkap Hanung.
Dia mengungkapkan, meski Perusahaan energi berplat merah tersebut terus mengalami kerugian atas penjualan gas LPG non subsidi karena masalah harga jual.
Pertamina belum memiliki rencana untuk menaikan harga karena mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat. "Kami masih mempertimbangkan situasi sosial untuk menaikkan harga," tegas Hanung.
Sementara, Anggota DPR Komisi VII Dito Ganindito pada kesempatan yang sama menyatakan, Pertamina tidak boleh terus menerus menanggung kerugian.
Selain itu Pertamina juga tidak bisa menanggung stok nasional yang dinilai merupakan tanggung jawab pemerintah.
"Kami mendukung, jangan terlalu berat ditanggung, dan jangan menanggung stok nasional, karena stok nasional ini bukan tanggungjawab Pertamina, namun Pertamina terus menggendong stok nasional," tutup Dito. (Pew/Nur)