Sukses

Jurus Mendag Stabilkan Harga Biar Rakyat Tak Menjerit

Zulhas menceritakan jurus dan langkah Kemendag menurunkan harga sejumlah harga komiditas kebutuhan pokok serta memperkuat stok pangan di tengah ancaman krisis dunia.

Liputan6.com, Jakarta Zulkifli Hasan harus melepas posisi sebagai Wakil Ketua MPR yang dia jabat sejak 2019 karena Presiden Joko Widodo meminta dia masuk ke Kabinet Indonesia Maju sebagai Menteri Perdagangan sejak 15 Juni 2022. Tugas berat pun langsung menanti.

Ketika itu, selain pandemi Covid-19 yang belum mereda, harga minyak goreng juga meroket tak terkendali. Tak hanya minyak goreng, harga bawang, cabai dan telur juga ikut merangkak naik. Tantangan yang tak mudah di awal menjabat.

Namun, Zulkifli Hasan dianggap berhasil menstabilkan harga komoditas pangan dalam 100 hari kerja sebagai Mendag. Tantangan baru, krisis pangan dunia di depan mata dan pemerintah harus memastikan stok pangan nasional mencukupi.

Kepada Liputan6.com yang mewawancarainya awal Oktober lalu, Ketua Umum Partai Amanat Nasional yang karib disapa Zulhas ini menceritakan jurus dan langkah Kemendag menurunkan harga sejumlah harga komiditas kebutuhan pokok serta memperkuat stok pangan di tengah ancaman krisis dunia.

Berikut petikan wawancaranya dengan Ratu Annisaa dari Liputan6.com.

2 dari 5 halaman

Harga Kebutuhan Pokok Juga Ada yang Turun

Bagaimana pantauan Kemendag terhadap harga bahan kebutuhan pokok setelah pemerintah menaikkan harga BBM?

Ya kita bersyukur ya ketersediaan dan harga itu sampai hari ini stabil. Ada beberapa yang turun, ada beberapa juga yang sedikit naik gitu. Tapi kenaikan itu kira-kira masih kita toleransi karena satu persen kuotanya, tapi ada yang turun. Yang turun itu misalnya harga bawang merah, harga telur, dari Rp32.000 sekarang Rp27.000, maka ayam dari Rp37.000-35.000 gitu.

Ada sedikit yang naik, itu cabai rawit naik sedikit, sama beras ya. Oleh karenanya Agustus kemarin itu terjadi deflasi, kan? Deflasi hampir 2,9 persen ya. Karena ada beberapa harga yang turun dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Jadi sebenarnya kenaikan harga BBM tidak langsung memicu semua harga naik ya Pak, justru ada yang mengalami penurunan juga?

Ada beberapa yang harganya turun. Ya mungkin kemarin kan sudah tinggi, jadi turun, ya. Atau misalnya telur ya, begitu kebutuhannya besar mendadak, dia naik. Kebutuhannya kembali normal, dia turun lagi.

Agar stabilitas harga kebutuhan pokok di pasar tetap terjaga, upaya apa saja yang sudah dilakukan Kemendag?

Berbagai cara, antara lain kita paling penting itu distribusinya sebetulnya agar lancar ya. Nah oleh karenanya, misalnya bawang merah itu, dimana sih sentra produksinya? Itu ada di Brebes, ada di Bima, ya. Ada di Padang, Sumatera Barat. Nah ini distribusi antar-penghasil dan pemakai itu cepat sehingga harga bisa terkendali dengan baik. Itu yang pertama.

Yang kedua, seperti juga minyak goreng, nah minyak goreng kan turunnya banyak. Saya lupa, malah kerjaan saya lupa tadi. Minyak goreng itu yang brand saja itu turunnya banyak sekali, misalnya Rp20.000, sekarang sudah Rp16.000, ya. Yang brand yang punya merek.

Nah yang minyak kita kemarin kan nggak terkendali tuh. Ada Rp18.000, Rp19.000, sekarang paling mahal Rp14.000. Bahkan di Jawa, Sumatera, Kalimantan sudah Rp13.000. Jadi banyak sekali. Maka terjadi deflasi, sehingga tadi tuh pengaruh terhadap, apa namanya, inflasi kemarin tuh deflasinya 2,9. Sehingga inflasinya kita malah kenaikan BBM itu turun sedikit.

Naiknya harga BBM diyakini menaikkan inflasi, sementara dengan upaya Bapak sekarang, mulai dengan membenahi distribusinya, ternyata ada deflasi?

Ya tidak hanya saya, ini koordinasi dengan bupati, gubernur, wali kota, kementerian lembaga terkait. Ini kerja sama-sama.

Betul, kelihatan bahwa harga barang pun sudah mulai menurun. Dimulai dari distribusinya juga ya, Pak.

Ada yang turun, tapi ada juga yang naik. Misalnya kan nggak sama, barang pokok tuh udah sembilan. Kalau ditambah lagi yang lain-lain maka ada 11 ya, ada yang turun tapi ada kayak beras itu sedikit naik.

Kalau seumpamanya kembali terjadi inflasi, upaya apa lagi yang akan dilakukan?

Ya memang kita perkirakan inflasi paling tinggi akan 1 persen. Tetapi kan pemerintah sudah memberikan bantuan langsung, misalnya pekerja yang di bawah Rp3.000.000 itu dapat Rp600.000, ya. Yang miskin dapat Rp150.000 kali empat. Nah itu meningkatkan daya belinya, jadi pekerja meningkatkan daya belinya kira-kira kita udah hitung 7,7 persen, ya. Yang rakyat miskin dibantu BLT meningkatkan daya belinya 4,7 persen lebih kurang.

Sedangkan kalau inflasinya tiga koma sekian misalnya kenaikannya, maka daya belinya lebih tinggi. Nih 7,7, nih naiknya 3,3, gitu. Jadi masih bisa beli, masih belanja. Begitu juga yang miskin setelah dapat bantuan, 4,7. Jadi kalau inflasinya 3,3, dia masih bisa beli ya. Oleh karenanya, walaupun ada kenaikan seperti beberapa produk bahan pokok, itu orang tetap masih bisa belanja. Karena daya belinya tadi dengan BLT itu naik.

 

3 dari 5 halaman

Stok Pangan Nasional Mencukupi

Kalau stok pangan kita sendiri seperti apa keadaannya?

Stok kita rata-rata cukup, ada antara 1,3 sampai tiga bulan lebih ya, tapi beras bisa sampai 10 bulan stoknya. Nah menurut pengalaman ini cukup.

InsyaAllah aman. Di tengah kondisi perekonomian dunia yang tak menentu, bagaimana cara Kemendag untuk memperkuat stok pangan?

Ya, ini kan sebetulnya masalahnya kan nggak di kita. Ini masalahnya di Barat ya, dipicu oleh perang Rusia-Ukraina yang menimbulkan krisis pangan, menimbulkan krisis energi, bahkan ada krisis keuangan. Negara-negara Barat menarik dengan memotong, mengerem inflasi itu, menaikkan suku bunga. Akhirnya kita pengaruh, rupiah kita juga terkoreksi, gitu ya. Jadi ini susahnya orang lain ngajak-ngajak kita.

Itulah dunia sekarang memang tak ada batas, ya. Nah tentu pertama kita intens sekarang memang dengan kementerian lembaga kerjasamanya. Pertama memperlancar distribusi, tadi itu ya, distribusi cepat. Nah kedua, bantuan transportasi. Jadi kalau harga naik itu, tranportasi itu harus cepat. Kalau enggak nanti kelangkaan di suatu tempat ya. Nah itu kita kerjasama dengan Kementerian Perhubungan, ini kan kerja sama nih, tol laut ya.

Kemarin saya mengirim ke Papua, ke Maluku pakai tol laut itu 1,3 juta liter minyak goreng. Yang kedua, Menteri Pertanian juga memperkuat produksi kita agar produktivitasnya lebih tinggi. Misalnya jagung. Jagung itu rata-rata tiga ton per hektare. Nah, sekarang kita sudah mulai tanam pakai GMO. Bibit GMO itu bisa 8-9 ton per hektare. Nah ini juga kedelai kita cuma dari dulu pernah dua juta, sekarang cuma dua ratus ribu ya, karena harganya murah.

Satu, produktivitasnya rendah, satu hektare cuma satu sampai dua ton. Nah ini kita kalau pakai GMO mungkin bisa 6 ton ya, harganya nanti sih ada usulan pemerintah membeli Rp10.000, jadi orang bisa nanam sehingga produksi kedelai misalnya dari 200 ribu kita berharap bisa diatas 1 juta untuk memperkuat ketahanan pangan kita. Kalau nggak nanti tempenya naik terus, kan?

Iya, tempe akan jadi makin mahal?

Iya, dan memang gandum, gandum memang nnggak bisa ya. Gandum ini kan kita impor semua. Nah termasuk gandum nih yang naik kemarin. Tapi ini kan harga yang sekarang naik ini kan waktu pembelian Juli, Agustus. Ya Juli, Agustus sekarang naik karena waktu itu harganya mahal.

Tapi pembelian sekarang harganya turun, tapi nanti dinikmati kan November, Desember, gitu. Ya jadi produktivitasnya kita coba. Bibit unggul disediakan dan harganya saya sudah usul agar Badan Pangan atau BUMN membeli dengan harga untung bukan harga rugi, sehingga produksi pangan kita bisa meningkat.

Ini kerja sama antarkementerian?

Oh iya, makanan nggak bisa sendiri, pasti nggak bisa.

Jadi dari kementerian Bapak sendiri juga memberikan bantuan dana untuk transportasi agar distribusi menjadi lebih lancar?

Iya distribusinya. Cuma kalau harganya naik, kita juga ada subsidi. Misal kedelai itu seribu per kilo, ya. Memang ini nggak mudah juga, karena subsidi kedelai syaratnya banyak. Harus ada halaman, harus ada ini. Maksud saya, saya akan usul juga nanti kalau dalam ratas, subsidi itu ya sudah kalau harganya 12, ya jualnya 11. Dibayar kepada penjual selesai, gitu. Lebih mudah.

Padahal masalah ini dipicu dari luar?

Ya ini masalah orang lain, bukan masalah kita, tapi dunia nggak ada batas kan terkait, kita kena dampaknya. Oleh karena itu, dunia nggak baik-baik saja. Oleh karenanya kita tetap harus ada a sense of crisis itu, ya. Saya di Kemendag ada crisis center, terus, terus-menerus. Tiap pagi saya morning brief saya dikasih tahu harga ini berapa, telur berapa, kayak cabai keriting, gitu-gitu lah, tiap hari.

 

 

4 dari 5 halaman

Belum Ada Ekspor

Bapak juga dianggap berhasil menstabilkan harga komoditas pangan dalam waktu 100 hari kerja sebagai Mendag. Komoditas apa saja yang harganya sukses diturunkan?

Ya yang paling jelas minyak goreng. Minyak goreng itu sekarang udah di bawah Rp14.000 ya, kecuali yang jauh, di bawah Rp14.000. Yang brand dulu Rp20.000, sekarang paling mahal Rp16.000, Rp17.000, jauh turunnya. Yang kedua, kita juga bisa menaikkan harga tandan buah segar sawit. Jadi sawit 600 perak sekarang sudah rata-rata Rp2.000, dibeli oleh pabrik.

Jadi ini meningkatkan pendapatan petani. Bayangin kalo petani sawitnya cuman 600 perak. Cabe aja Rp1.000 satu. Ya masa dua kilo sawit baru dapat cabe satu kan? Sekarang harga tandan buah segar sudah Rp2.000, tapi minyak gorengnya sudah Rp14.000, bahkan di bawah Rp14.000. Bawang rata-rata sudah Rp30.000, telor Rp27.000. Gandum memang impor soalnya, gitu ya.

Kalau gandum mungkin bisa dimaklumi?

Tapi tetap juga nanti kita, gandum kemarin karena gagal beberapa negara, juga yang gandum dari Rusia-Ukraina kan nggak bisa keluar, ya. Tapi sekarang sudah, produksinya bagus dan lancar. Oleh karena itu nanti November-Desember harganya akan lebih rendah.

Apakah Indonesia memiliki grand design tentang bagaimana membuat harga pangan ini stabil?

Ya tentu, ini domainnya Kementerian Pertanian nanti, saya kan menjaganya, gitu. Menjaga tepat, kalau produksi dalam negeri tentu di pertanian, tapi yang gandum dan sebagainya itu ketersediaan. Ketersediaan ini kita harus betul-betul dijaga.

Karena kalau ya kita nggak bisa beli, kita impor banyak, harganya rusak, pedagangnya hancur. Nanti nggak dagang lagi, ya kan? Tapi kalau kita susah, mahal, rakyatnya marah. Jadi ini harus dijaga ketersediaan, harga terjangkau, ini yang kita jaga.

Untuk sekarang ekspor sendiri bagaimana, apakah Bapak juga membatasi untuk memastikan pangan di Indonesia tetap cukup?

Belum ada yang ekspor memang. Memang kita hanya untuk banyak untuk kita sendiri. Kecuali CPO ya, sawit kita pun penghasil nomor satu di dunia, itu. Itu diekspor, memang. Kita ekspornya itu dari 54 juta, hampir 40 juta lebih lah ya. 36,4 juta kita ekspor.

Apakah ekspor masih akan terus ditahan melihat kondisi dunia sekarang?

Sekarang justru kita panen raya, kalau CPO. Yang lain memang kita kan memenuhi kebutuhan dalam negeri saja, malah kurang ya. Gula kita impor, kurang produksinya, garam kita impor juga, kurang produksinya. Kedelai memang kurang 200 ribu, kita impor. Jadi kita ini banyak impor. Oleh karena itu harga ini tuh terpengaruh sekali dengan harga pangan dunia, gitu. Apalagi kalau rupiahnya terkoreksi ya, ya.

Jadi sekarang saatnya produksi digenjot?

Saya udah usul pada Pak Presiden, maka akan perintahkan ada nanti Badan Pangan atau BUMN yang membeli hasil pertanian, jadi petani itu memproduksi saja. Bahkan saya usul kalau bisa tahun ini 100 triliun, tahun depan 100 triliun, tahun ketiga 100 triliun. Jadi kalau orang menanam jagung ya dibeli dengan harga Rp6.500. Pemerintah jualnya bisa Rp5.000, ya.

Ada subsidi, orang mau menanam. Kedelai sekarang harganya Rp5.000, produksi cuma dua ton. Siapa yang mau beli? Yang menanam? Yang menanam siapa, rugi. Cuma Rp10.000.000. Sewa tanahnya aja Rp20.000.000, kan tekor. Tapi kalau kedelai dikasih GMO, ya produksinya bisa tujuh ton. Harganya dibeli Rp10.000, kan tujuh puluh juta, mau lah nanam.

Akan berbondong-bondong nanam nantinya?

Nah ya itu, ya. Jagung dibeli Rp6.500, pasti orang mau tanam. Saya udah usul ke Presiden bahkan perintahkan agar nanti dibeli oleh pemerintah. Cq bisa BUMN, bisa Badan Pangan, atau bisa Bulog atau lain-lain ini lagi dirumuskan. Saya usul 100 triliun per tahun. Nah kalau itu saya yakin akan meningkat karena petani kita rajin. Cuma kalau disuruh rugi terus siapa yang mau kan? Nanam jagung rugi, nanam kedelai rugi, akhirnya nggak mau orang.

Apalagi kebanyakan dari petani juga memilih tidak lagi menjadi petani?

Ya karena rugi ya, kita tekan harga murah, harga murah, lah dia kan gimana. Kalau di Thailand, Vietnam, Tiongkok, pemerintah membeli hasil produksinya. Beras dibeli Rp15.000, dijual ke kita Rp7.000. Jadi petaninya makmur, gitu.

 

5 dari 5 halaman

Ditjen Perlindungan Konsumen

Kemendag memiliki Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga. Apa saja tugasnya nih dan fungsinya?

Itu perlindungan konsumen ya, semua diatur. Misalnya nih kalau Ratu ke pergi kan isi bensin ya itu ditera, nggak bisa nanti isi bensin 10 liter dapatnya 9 liter gitu, kan merugikan konsumen. Itu bisa kita penalti, dihukum. Kemarin saya menyita pakaian bekas hampir 10 miliar itu ya.

Saya baru-baru ini di Jawa Timur juga menyita hasil ilegal elektronik, ada namanya rice cooker, ada namanya blender, gitu. Nah kita musnahkan karena tidak memenuhi standar, ya. Barangnya itu sekali pakai mungkin rusak, tapi mengganggu industri kita dan itu merugikan masyarakat, ya kita musnahkan.

Baru-baru ini juga besi baja palsu. Lah kan berbahaya, bisa rubuh itu bangunan. Saya sita 3.000 ton, hampir satu lapangan bola itu luasnya. Itu tugasnya perlindungan konsumen. Termasuk nanti makanan yang beredar juga, kita akan cek apakah memenuhi atau tidak standarnya, gitu Ratu.

Jadi selain melindungi produsen juga melindungi konsumen?

Oh iya industri dalam negeri, dan juga kita melindungi konsumennya. Ya, timbangan. Nah jangan sampai nanti nih beli beras 1 kuintal dapetnya 95 kilo, nah itu ditera dulu timbangannya.

Video Terkini