Sukses

Harga Minyak Dunia Tergelincir Kekhawatiran Resesi

Harga minyak dunia juga berjuang di bawah penguatan dolar AS, yang naik untuk sesi keempat. Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli non-Amerika.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia turun tipis pada penutupan perdagangan Senin. Penurunan harga minyak dunia hari ini karena investor melihat kemungkinan adanya badai ekonomi yang menjadi tanda resesi global bakal mengikis permintaan bahan bakar.

Mengutip CNBC, Selasa (11/10/2022), harga minyak mentah berjangka Brent turun 69 sen atau 0,7 persen menjadi USD 97,23 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate turun 36 sen atau 0,4 persen menjadi USD 92,57 per barel.

Presiden bank Sentral AS atau the Federal Reserve Chicago Charles Evans mengatakan ada konsensus kuat di The Fed untuk menaikkan target suku bunga menjadi sekitar 4,5 persen pada Maret dan menahannya di angka tersebut.

Tingkat suku bunga yang lebih tinggi ini memberikan waktu kepada bank sentral AS untuk mengevaluasi dampak inflasi dan memperbaiki rantai pasokan yang tersumbat ini akan membatasi harga minyak.

"Ada lebih banyak malapetaka dan kesuraman dari orang-orang itu dan apa yang akan mereka lakukan terhadap ekonomi, karena mereka tidak begitu yakin bahwa tindakan mereka bisa mengendalikan inflasi dan itulah permainan makro yang membebani harga minyak," kata analis Again Capital LLC New York, John Kilduff.

Harga minyak juga berjuang di bawah penguatan dolar AS, yang naik untuk sesi keempat. Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli non-Amerika.

 

2 dari 3 halaman

OPEC

Keputusan pengetatan pasokan minyak oleh OPEC+ membatasi penurunan harga minyak mentah. Tetapi tanda-tanda bahwa pemimpin de facto grup yaitu Arab Saudi, akan terus melayani pelanggan Asia secara penuh menurunkan ekspektasi dampak pemotongan.

Beberapa sumber mengatakan bahwa Saudi Aramco telah memberi tahu setidaknya tujuh pelanggan di Asia bahwa mereka akan menerima volume kontrak penuh minyak mentah pada November menjelang puncak musim dingin.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, pada pekan lalu memutuskan untuk menurunkan target produksi mereka sebesar 2 juta barel per hari.

Brent dan WTI membukukan persentase kenaikan mingguan terbesar sejak Maret setelah pengumuman dari OPEC+ tersebut.

Namun, pemotongan tersebut telah memicu kesibukan aktivitas di pasar opsi atau berjangka dengan lebih banyak petaruh AS memilih sikap bearish. Hal tersebut terlihat dalam data CME Group.

 

3 dari 3 halaman

Geopolitik

Kekhawatiran atas permintaan yang masih relatif kuat karena pandemi telah mereda dan memenuhi potensi pasokan yang langka telah diperdalam karena Uni Eropa akhir pekan lalu mendukung rencana G7 untuk memberlakukan batasan harga pada ekspor minyak Rusia.

Para analis telah memperingatkan bahwa paket sanksi baru yang rumit bisa berakhir dengan menutup pasokan minyak mentah Rusia yang cukup besar.

"Prospek ekonomi resesi akan menyebabkan permintaan minyak yang lebih rendah," tulis Fitch Ratings, pada Senin.

“Namun, kami memperkirakan volatilitas harga akan tetap tinggi dalam jangka pendek karena faktor geopolitik, seperti sanksi lebih lanjut yang mengarah pada pengurangan ekspor Rusia.” lanjut Fitch Ratings.

Faktor politik tersebut dapat mengubah pola pasokan dan menyebabkan volatilitas harga yang lebih besar.