Liputan6.com, Jakarta - Mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengunggah kekhawatirannya tentang keberadaan triple crises atau 3 krisis yang menjadi ancaman melanda dunia.Â
Dalam unggahan di laman Twitter resminya pada Selasa (11/10), SBY memperingatkan, dunia bisa mengalami krisis di tiga sektor secara berbarengan (triple crises).
Baca Juga
Mulai dari dunia tengah dibayang-bayangi ancaman resesi ekonomi, dampak perang Rusia-Ukraina yang menghambat pasokan pangan dan energi.
Advertisement
"Dunia bisa alami 'triple crises' - keamanan, ekonomi & lingkungan," tulis SBY di akun Twitter resminya, @SBYudhoyono, dikutip Selasa (11/10/2022).
1. Ada 2 berita buruk saat ini tentang dunia kita. Pertama, resesi ekonomi global sepertinya bakal terjadi (simak pernyataan IMF & Bank Dunia). Kedua, perang di Ukraina makin membahayakan bagi keamanan internasional (ikuti perkembangan terkini di Ukraina). *SBY*
— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) October 11, 2022
Terkait krisis keamanan, SBY menjelaskan jika perang di Ukraina makin membahayakan bagi keamanan internasional.
"Resesi ekonomi global pasti makin memukul kehidupan semua bangsa, yang saat ini sudah dalam keadaan susah. Jika perang di Ukraina makin 'liar' dan tidak terkendali, terjadinya perang dunia disertai penggunaan senjata nuklir bisa menjadi kenyataan," kata Presiden ke-6 RI tersebut.
Selain perang Rusia-Ukraina, SBY juga membahas ketegangan di kawasan Asia Timur, di mana tensi antara China dan Taiwan terjadi menyusul kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan.
"Ingat, Perang Dunia II dulu, mandala besarnya ada di Eropa & Asia. Haruskah kita biarkan terjadi lagi?," ujarnya.Â
Selanjutnya, terkait krisis ekonomi global, SBY pun menyoroti ancaman resesi ekonomi global yang kian nyata.
"Kita tahu dampak buruk jika krisis ekonomi global terjadi disertai 'cost of living crisis', dan perang besar terjadi di Eropa yang libatkan Barat (AS & sekutunya) melawan Rusia dan sekutunya. Tentunya kita tidak ingin mengalami lagi Great Depression sebelum Perang Dunia II dulu," bebernya.Â
SBY Peringatkan Beratnya Krisis Perubahan Iklim
Selain itu, SBY juga membahas risiko pada ekonomi dan keamanan global yang tidak terkendali bahkan saat pandemi covid-19 masih ada, hal itu bisa membuat upaya penyelamatan bumi dari pemanasan global gagal.
"Jika keadaan makin tdk terkendali (goncangan ekonomi & keamanan global), sementara pandemi Covid-19 msh ada, penyelamatan bumi dari pemanasan global akan gagal karena dunia tidak lagi peduli dan bukan prioritas," ujar SBY di Twitter.Â
"Wahai para pemimpin dunia, termasuk PBB, bertindaklah secara nyata (do something concretely) untuk selamatkan dunia kita. 'Inaction is immoral'. Gunakan Forum G-20 di Bali 'to save our world, to save our planet'. Turunkan ego masing-masing. Negosiasi dan perundingan adalah jawaban," tutupnya.Â
Â
Advertisement
Jokowi Sebut 28 Negara Antre Jadi Pasien IMF, Bangkrut?
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, dirinya baru saja mendapat kabar dari Amerika Serikat (AS), dimana sebanyak 28 negara meminta pertolongan kepada Dana Moneter Internasional (IMF) untuk dibantu perekonomiannya.
"Saya pagi dapat informasi dari pertemuan di Washington DC, 28 negara sudah antre di markasnya IMF, menjadi pasien," ujar Jokowi dalam Investor Daily Summit 2022 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (11/10/2022).
Menurut dia, itu jadi peringatan bagi Indonesia agar tidak sampai ikut jadi negara yang bangkrut. "Ini yang kita lagi tetap menjaga optimisme, tetapi yang lebih penting hati-hati dan waspada," tegas Jokowi.
Jokowi menilai, perubahan fundamental dalam ekonomi global saat ini memang sedang terjadi. Dari yang dulunya relatif mudah diprediksi, dihitung, dikalkulasi, menjadi dunia yang penuh ketidakpastian dan volatilitas tinggi.
"Kalau dulu biasanya semua negara ngejarnya pasti di bagaimana (suku) bunga bisa di serendah mungkin, inflasi serendah mungkin, semua sekarang berubah. Ditambah konfrontasi geopolitik, plus perubahan iklim. Bencana alam makin sering terjadi," ungkapnya.
"Dengan situasi yang ada saat ini, negara mana pun dapat terlempar sangat cepat keluar jalur dengan mudahnya, apabila tidak hati-hati dan waspada, baik dalam pengelolaan moneter maupun fiskal," kata Jokowi.
Apalagi, ia menambahkan, setelah adanya perang Rusia dan Ukraina yang membuat situasi ekonomi global kian tidak pasti. Itu dibuktikan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2023, yang terjerumus dari perkiraan awal 3 persen menjadi 2,2 persen.
"Ini lah yang sering disampaikan, membayar harga dari sebuah perang, yang harganya sangat mahal sekali. Tetapi, dengan ketidakpastian yang disampaikan, kita harus tetap optimis. Tetapi, hati-hati dan waspada," pinta Presiden.