Liputan6.com, Sragen Sebagai salah satu lumbung pangan di Jawa Tengah dan Nasional, produktivitas pertanian Kabupaten Sragen menjadi perhatian Kementerian Pertanian. Adapun komoditas pangan utama yang menjadi kebanggan daerah ini adalah Jagung.
Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian melakukan Panen Jagung Demplot Perlakukan Bahan Alami Biosaka di lahan Poktan Umbu Jaya, Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen.
Baca Juga
Menurut data, luas panen jagung di Kabupaten Sragen 22.187 Ha, dengan produksi 155.444 ton dan produktivitasnya sebesar 7,1 ton/ha. Komoditas Jagung menjadi primadona petani di Sragen, pasalnya menurut mereka dibanding komoditas lain, jagung paling menguntungkan, dengan biaya produksi 15 juta/ha. Dengan harga jual rata-rata 4.100/kg, petani bisa memiliki keuntungan 13,7 juta/ha.
Advertisement
Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sragen Sakri mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pertanian yang pada bulan Juli 2022 lalu telah memfasilitasi uji coba atau demplot jagung bahan alami Biosaka.
Menurutnya, salah satu permasalahan petani di Sragen yaitu soal harga pupuk yang mahal dan kadang sulit di dapat, ia berharap Biosaka ini dapat menjawab kesulitan petani terkait pupuk.
"Kami laporkan bahwa di Sragen, pupuk adalah masalah yang mendasar karena petani masih menggantungkan pada penggunaan pupuk kimia yang harganya mahal dan kadang sulit di dapat. Biosaka ini diharapkan menjadi solusi yang memberikan pemecahan masalah agar petani mendapat alternatif lain penggunaan pupuk untuk peningkatan produksi," ungkap Sakri
Sebagai informasi demplot jagung perlakuan bahan alami Biosaka di lahan Poktan Umbujaya, seluas 4000m2 dengan 4 perlakuan yaitu PO= Kontrol, (tanpa Biosaka dan NPK), P1 = Hanya Biosaka, P2 = Biosaka + 50% NPK, P3 = Biosaka + 100% NPK. Dari ke empat perlakuan yang memiliki nilai tinggi yaitu perlakuan Biosaka+50% NPK dengan hasil ubinan 10,75 ton/ha.
Manfaat Perlakuan Bahan Alami Biosaka
Ditempat yang sama Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi mengatakan salah satu dampak dari perlakuan biosaka dapat meningkatkan produksi. Manfaat-manfaat yang lain yaitu tanahnya semakin subur, tanah lebih lembab dan lebih bagus kalau kering tidak mudah retak, penyakit berkurang kemudian yang berikutnya penggunaan input terutama penggunaan pupuk npk-nya dikurangi 50%.
"Progres yang dapat disampaikan sampai hari ini, di lokasi-lokasi demplot yang lain misalnya Grobogan, jagungnya juga luar biasa batangnya lebih besar, daunnya lebih besar, hasil panennya juga kayak gini bagus. Dan ini kita teruskan dan direplikasi di tempat-tempat lain,” kata Suwandi.
Bagi petani yang tidak bisa hadir, Suwandi mengajak petani untuk mengakses informasi melalui YouTube dan mencoba untuk terus belajar.
“Otodidak belajar terus, kalau sekali belum berhasil dua kali dan diulang-ulang terus sehingga berhasil. Dan bagi yang sudah belajar ini ada target, tolong targetnya setiap yang sudah bisa membuat Biosaka mengajarkan ke yang lain. Sehingga ini dapat diperluas pengaplikasiannya. Jadi intinya, jika bisa membuat sendiri, kenapa mesti beli," jelas Suwandi panjang lebar.
Lebih lanjut, Sakri menambahkan bahwa "Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo kita harus lebih baik dari hari kemarin terus kembangkan inovasi-inovasi yang efektif dan efisien. Di tengah mahalnya pupuk kimia maka inovasi seperti ini sangat bagus untuk di kembangkan dan saya sepakat tadi dengan Prof Suwandi bahwa pupuk organik harus menjadi pupuk utama pupuk kimia sebagai pupuk pendukung," tambah Sakri.
Advertisement
Pengalaman Para Petani Pakai Biosaka
Dalam kegiatan panen jagung demplot, beberapa petani dan penyuluh menceritakan pengalamannya, berhasil dan merasakan manfaatnya setelah mengaplikasikan Biosaka.
Triyono penyuluh POPT asal Grobogan menyampaikan untuk tanaman jagung ini memang sangat signifikan dari bentuk fisiknya memang kelihatan lebih sehat, selain di jagung ada di tanaman bawang merah, ada juga di tanaman kangkung.
“Awal penggunaan nya itu 20% dari penggunaan pupuk, ada yang 50% ada yang 70% artinya dari situ kita sudah menghemat penggunaan pupuk, dari situ aja kita sudah mendapatkan keuntungan," tuturnya.
Senada dengan Triyono, Sugimin petani Hortikultura dari Gapoktan Jati Tengah mengungkapkan Biosaka ini sudah saya coba di tanaman bawang merah dan Pare sama terong, hasilnya alhamdulillah cukup baik.
“Sekarang ini saya sudah memakai lagi untuk tanam bawang merah sekarang sudah umur 24 hari dan hasilnya ya bagus. Kemudian tetangga banyak yang menanyakan obat-obatnya pake apa, akhirnya saya jawab obatnya rumput di remek-remek di campur air. Lalu saya membuat biosaka dan sudah saya bagi-bagi ke anggota poktan jati tengah, tetangga- tetangga termasuk Pak Lurah juga saya kasih dan hasilnya bagus juga pak," kata Sugimin.
Begitu juga dengan Suwarno petani jagung Karanganom Poktan Mekar menyampaikan hal yang sama.
"Tanaman saya banyak yang terkena virus kuning dan banyak yang layu. Sudah diobati tapi tidak ada perubahan. Lalu, separuhnya itu saya pakai Biosaka ditambah pupuk kimia, setelah pakai itu alhamdulillah yang layu itu bisa sehat kembali. Terus saya coba ke pare, kacang panjang ,sawi dan kangkung, hasilnya alhamdulillah baik. Rencana saya akan coba ke cabe keriting, mudah-mudahan bagus juga," papar Suwarno.
(*)