Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Erick Thohir merencanakan sejumlah anak usaha Pertamina bakal melantai di bursa saham alias IPO pada tahun ini. Mulai dari Pertamina Geothermal, diikuti Pertamina Hulu Energi, dan Pertamina International Shipping.
Langkah ini sebagai salah satu upaya untuk mendorong lebih banyak BUMN masuk ke daftar 100 perusahaan besar dunia. Aksi korporasi dalam bentuk IPO menjadi salah satu strateginya.
Baca Juga
“Saya ingin mendorong semakin banyak BUMN menjadi top 100 atau 500 perusahaan dunia,” kata Erick, mengutip Financial Times via Newsncr.com, Selasa (11/10/2022).
Advertisement
Kementerian BUMN yang dipimpin Erick sedang merencanakan IPO di 14 BUMN. Dimulai dengan USD 1,3 miliar yang didapat pada tahun lalu, dari melantainya perusahaan menara telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia.
Erick Thohir mengatakan setelah Pertamina Geothermal, Pertamina Hulu dapat mencatatkan IPO pada tahun berikutnya.
Sedangkan Pertamina International Shipping, perusahaan logistik minyak, dapat ikutan menggelar IPO atau mengumumkan mitra strategis.
Atau dapat mencari mitra luar negeri untuk menyetor modal ke International Healthcare Co atau Indonesia Healthcare Coorporation, sebuah perusahaan gabungan rumah sakit BUMN.
Di mana ini terdiri dari berbagai perusahaan yang telah menjadi operator rumah sakit terbesar di Indonesia, yang juga dipegang oleh Pertamina.
IHC sendiri sedang mencari pendamping untuk pusat “wisata kesehatan” di Bali. Mayo Clinic yang berbasis di AS berperan sebagai penasihat usaha tersebut.
Untuk diketahui, BUMN memiliki kekayaan sebesar USD 1,2 triliun atau hampir setara dengan setengah dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Besaran ini didukung oleh sektor telekomunikasi, minyak, semen, hingga perhotelan. Secara keseluruhan BUMN mencatatkan pendapatan sekitar USD 155 miliar dalam setahun terakhir.
Konsolidasi BUMN
Guna meningkatkan efektivitasnya, Erick Thohir, telah mengkonsolidasikan 108 perusahaan menjadi 41 perusahaan dan menempatkannya dalam 12 klaster perusahaan.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan perusahaan ekstra dengan skala dunia. Tahun lalu, Indonesia hanya memiliki satu perusahaan dalam daftar Fortune 500, yakni Pertamina.
Sementara itu, analis menyatakan perusahaan milik negara Indonesia telah menarik perhatian dari investor luar negeri seperti pada sektor pertambangan.
LG Energy Solution Korea Selatan dan CATL China baru-baru ini menandatangani perjanjian dengan perusahaan milik negara Indonesia Battery Corp dan Aneka Tambang untuk penyediaan nikel.
“Perusahaan global merasa aman ketika mereka berbicara dengan perusahaan milik negara dan mereka mengatakan 'kami akan menjamin pasokan sumber daya alam ini',” kata Kyunghoon Kim, Rekan Analisis afiliasi di Institut Korea untuk Kebijakan Ekonomi Internasional.
Advertisement
Kata Pengamat
Muralidharan Ramakrishnan, Direktur Senior di Fitch Ratings menilai beberapa entitas secara individual dapat membuat mereka lebih menarik dan meningkatkan masuknya pendanaan. Terutama untuk perusahaan energi hijau seperti Pertamina Geothermal.
Namun dia mengidentifikasi bahwa reformasi, yang telah ditandai pada tahun 2017, dapat memberikan waktu lebih lama merealisasikan rencana ini. “Jadi pertanyaan besarnya adalah bagaimana dan kapan,” kata Ramakrishnan.
Kim memberikan catatan, semisal dengan menunjuk seorang pengusaha terkemuka seperti Erick Thohir, yang saudaranya menjalankan salah satu perusahaan batu bara terbesar di Indonesia, sebagai menteri.
Analis lain menyatakan konsolidasi dan IPO saja tidak dapat menjamin upaya reformasi berjalan benar.
“Mereka telah berhasil mengkonsolidasikan beberapa entitas tetapi perlu lebih banyak waktu untuk menilai apakah mereka lebih efisien atau menguntungkan,” kata Siwage Dharma Negara, dari Program Studi Indonesia di Institut Iseas-Yusof Ishak Singapura.