Sukses

Erick Thohir: Pelanggan Harus Jadi Vocal Point Tiap Keputusan Bisnis BUMN

Erick Thohir meminta kepada BUMN untuk menjadikan pelanggan sebagai inspirasi dalam berinovasi dan beradaptasi.

Liputan6.com, Jakarta - Pelanggan adalah raja. Hal tersebut masih menjadi patokan Menteri BUMN Erick Thohir dalam mengembangkan bisnis di BUMN. Oleh karena itu, ia meminta seluruh insan BUMN untuk menempatkan pelanggan sebagai pertimbangan utama dalam setiap keputusan bisnis.

"Seluruh insan BUMN harus menempatkan pelanggan sebagai vocal point atau pertimbangan utama dalam setiap keputusan bisnis," ujar Erick Thohir di acara Telkom CX Summit 2022, seperti dikutip dari Antara, Rabu (12/10/2022).

Menurut Erick hal itu penting karena tanpa adanya loyalitas pelanggan, bisnis apa pun akan sulit berjalan secara berkelanjutan, tidak terkecuali BUMN.

Pandemi COVID-19 telah memberikan perubahan pada gaya hidup masyarakat sehingga menuntut perusahaan untuk beradaptasi dengan cepat.

Perusahaan yang mampu menawarkan solusi yang tepat dan cepat, kemudahan untuk dijangkau, serta komunikasi yang mampu menciptakan kepercayaan dari pelanggan cenderung lebih mampu bertahan di tengah ketatnya kompetisi pascadisrupsi akibat pandemi COVID-19.

Budaya kerja yang mumpuni serta karakterisasi yang progresif dapat menjadi fondasi bagi BUMN dalam membuat keputusan bisnis yang berpusat pada pengalaman pelanggan.

Erick pun meminta kepada para BUMN untuk menjadikan pelanggan sebagai inspirasi dalam berinovasi dan beradaptasi.

Dengan demikian, kata dia, bisnis yang dijalankan bukan hanya berfokus pada kompetisi, tetapi juga pada kepuasan pelanggan melalui penerapan kerangka berpikir yang benar serta meningkatkan kapasitas talenta BUMN.

"Saya optimis Indonesia bisa mewujudkan visi sebagai service country pada tahun 2045 dengan perusahaan-perusahaan yang memiliki daya saing global, bench marking global," kata dia.

 

 

2 dari 3 halaman

Erick Thohir Targetkan Banyak BUMN Masuk Daftar 100 Perusahaan Terbesar di Dunia

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menginginkan lebih banyak lagi perusahaan pelat merah masuk daftar 100 perusahaan terbesar dunia. Konsolidasi BUMN jadi salah satu langkah yang diambil.

Untuk diketahui, BUMN memiliki kekayaan sebesar USD 1,2 triliun atau hampir setara dengan setengah dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Besaran ini didukung oleh sektor telekomunikasi, minyak, semen, hingga bisnis penginapan. Secara keseluruhan mereka mencatatkan pendapatan sekitar USD 155 miliar dan pendapatan internet USD 8 miliar dalam setahun terakhir.

Guna meningkatkan efektivitasnya, Erick Thohir, telah mengkonsolidasikan 108 perusahaan menjadi 41 perusahaan dan menempatkannya dalam 12 klaster perusahaan. Tujuannya adalah untuk mengembangkan perusahaan ekstra dengan skala dunia. Tahun lalu, Indonesia hanya memiliki satu perusahaan dalam daftar Fortune 500, yakni Pertamina.

“Saya ingin mendorong semakin banyak BUMN menjadi top 100 atau 500 perusahaan dunia,” kata Erick, mengutip Financial Times via Newsncr.com, Selasa (11/10/2022).

Sebagai salah satu langkah mendukung rencananya, Kementerian BUMN telah menyatakan sedang merencanakan 14 IPO dari BUMN. Dimulai dengan USD 1,3 miliar tahun lalu yang didapat dari melantainya perusahaan menara telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia.

Selanjutnya, Erick Thohir mengatakan setelah Pertamina Geothermal, Pertamina Hulu dapat mencatatkan IPO pada tahun berikutnya. Sedangkan Pertamina International Shipping, sebuah perusahaan logistik minyak dan bensin, juga dapat mempertahankan IPO atau mengumumkan mitra strategis.

 

3 dari 3 halaman

Cari Modal Asing

Disamping itu, pihak terkait dapat mencari mitra luar negeri untuk menyetor modal ke International Healthcare Co, sebuah perusahaan penggabungan rumah sakit BUMN. Dimana terdiri dari berbagai perusahaan yang telah menjadi operator rumah sakit terbesar di negara itu.

IHC sendiri sedang mencari pendamping untuk pusat “wisata kesehatan” di Bali. Mayo Clinic yang berbasis di AS berperan sebagai penasihat usaha tersebut.

Sementara itu, analis menyatakan perusahaan milik negara Indonesia telah menarik pendamping bagi pembeli luar negeri di industri geopolitik yang rentan seperti pertambangan. LG Energy Solution Korea Selatan dan CATL China baru-baru ini menandatangani perjanjian dengan perusahaan milik negara Indonesia Battery Corp dan Aneka Tambang untuk penyediaan nikel.

“Perusahaan global merasa aman ketika mereka berbicara dengan perusahaan milik negara dan mereka mengatakan 'kami akan menjamin pasokan sumber daya alam ini',” kata Kyunghoon Kim, rekan analisis afiliasi di Institut Korea untuk Kebijakan Ekonomi Internasional, yang telah lama sebagai pengamat Indonesia.