Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebutkan 28 negara telah menjadi pasien Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).
Hal itu menyusul laporan World Economic Outlook Oktober 2022, yang mengungkapkan ekonomi global diperkirakan turun 3,2 persen pada 2022, dan turun 2,7 persen pada 2023. Sementara inflasi meningkat 0,5 persen menjadi 8,8 persen pada 2022 dan turun menjadi 6,5 persen pada 2023.
Baca Juga
"Presiden juga menyebutkan bahwa sudah ada 28 negara yang masuk dalam list meminta bantuan dari IMF bandingkan dengan pada saat financial crisis di Asia yang jumlah negara masuk pasien IMF jauh lebih kecil itu,” kata Airlangga dalam Capital Market Summit & Expo 2022 Opening, Kamis (13/10/2022).
Advertisement
Untuk itu, Airlangga mengimbau pemerintah dan masyarakat untuk waspada menghadapi the perfect storm atau tantangan 5C. Di antaranya COVID-19 yang belum berakhir, konflik Rusia dan Ukraina, climate change atau perubahan iklim, kenaikan harga komoditas, dan cost of living atau inflasi.
"Kita harus berhati-hati. Saat ini kita menghadapi yang namanya the perfect storm atau tantangan 5C,” imbuh Dia.
Dalam catatannya, ekonomi lebih dari 55 negara melambat bahkan kontraksi. Beberapa di antaranya seperti Sri Lanka, Rusia Ukraina.
Ditambah laju inflasi yang tinggi, bahkan AS telah menaikkan suku bunga 300 basis poin (bps), Uni Eropa menaikkan 125 bps.
“Indonesia juga sudah meningkatkan suku bunga 75 bps namun inflasi Indonesia relatif moderat dibandingkan negara lain yaitu 5,95 persen dibandingkan negara lain termasuk Amerika di atas 8 persen dan Uni Eropa di atas 9 persen,” ujar Airlangga.
Ekonomi RI Tumbuh 5 Persen, Menko Airlangga Akui Ada Kontribusi Pasar Modal
Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengakui peran pasar modal yang turut menopang pertumbuhan ekonomi dalam negeri hingga kuartal III 2022. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terjaga pada kisaran 5 persen, dengan inflasi yang relatif terkendali.
"Kerja sama semua pihak termasuk di pasar modal, membuat ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5 persen selama tiga kuartal terakhir. Dan untuk kuartal selanjutnya, kita berharap pertumbuhannya bisa mencapai target 5,2 persen,” kata Airlangga dalam Capital Market Summit & Expo 2022 Opening, Kamis (13/10/2022).
Dari sisi konsumsi dan investasi, Airlangga mencatat beberapa indikator termasuk indeks keyakinan konsumen masih terjaga. PMI berada pada level yang tinggi yakni 53,7. Kredit perbankan juga tumbuh di atas 10 persen pada Juni 2022. Dari segi resiliensi eksternal, neraca transaksi berjalan dan perdagangan mencatatkan surplus. Di mana pada periode Januari hingga Agustus, neraca perdagangan surplus USD 35 miliar.
"Tentu ini didukung oleh beberapa komoditas andalan yaitu batu bara kelapa sawit dan nikel. Demikian pula cadangan devisa dan rasio utang yang berada pada level aman," imbuh Airlangga.
Advertisement
Faktor yang Menekan Ekonomi Global
Sebagai gambaran, Airlangga membeberkan sejumlah kondisi yang menjadi momok pertumbuhan ekonomi ke depan. Seperti Covid-19 belum sepenuhnya selesai, konflik Rusia—Ukraina yang makin meningkat. Lalu tantangan climate change di beberapa negara termasuk di Indonesia, banjir, longsor.
"Kemudian juga harga komoditas yang tinggi dan mulai agak landai, kemudian cost of living ataupun inflasi yang masih menjadi beban perekonomian ke depan,” kata Airlangga.
Dalam catatannya, lebih dari 55 negara ekonominya melambat bahkan kontraksi. Beberapa di antaranya seperti Sri Lanka, Rusia, dan Ukraina. Serta tekanan inflasi yang berbuntut pada naiknya suku bunga acuan di banyak negara lainnya.
"Seperti di Amerika yang menaikkan suku bunga 300 bps, Uni Eropa kenaikan 125 bps, dan Indonesia juga sudah meningkatkan suku bunga 75 bps. Namun, inflasi Indonesia relatif moderat dibandingkan negara lain yaitu 5,95 persen,” imbuh Airlangga.
Jokowi ke Menteri soal Krisis Ekonomi Dunia: Badai Sudah Datang, Hati-Hati Buat Kebijakan
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan situasi ekonomi global dan geopolitik sangat menyulitkan semua negara, sebab menimbulkan ketidakpastiaan yang tinggi. Dia mengungkap, sebanyak 28 negara sudah antre untuk meminjam uang dari Dana Moneter Internasional (IMF).
"Artinya, badai itu sudah datang sehingga persiapan kita ini harus betul-betul persiapan detail. Enggak bisa lagi kita bekerja hanya rutinitas. Enggak bisa lagi sekarang ini," ujar Jokowi saat memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara Jakarta, Selasa 11 Oktober 2022.
Dia pun meminta semua menteri untuk bekerja secara makro, mikro, dan detail agar Indonesia bisa selamat dari ancamana krisis ekonomi dunia. Jokowi juga mengingatkan jajarannya untuk berhati-hati setiap mengambil sebuah kebijakan.
"Kehati-hatian kita dalam setiap membuat kebijakan betul-betul jangan sampai lepas dari manajemen kita karena memang situasinya betul-betul ini situasi yang luar biasa sulitnya," jelasnya.
"Sekali lagi policy setiap kementerian dan lembaga itu hati-hati. Urusan kecil-kecil, tapi sekarang ini semuanya sensitif," sambung Jokowi.
Selain itu, dia memerintahkan para menteri untuk konsentrasi dan fokus terhadap tugas masing-masing. Jokowi menekankan program-program yang ada harus betul-betul terimplementasi dan bermanfaat bagi masyarakat.
"Saya minta pada Bapak Ibu sekalian untuk konsentrasi dan betul-betul fokus pada tugas kita masing-masing. Kemudian juga implementasi dari program-program yang ada. Betul-betul dilihat betul bermanfaat riil atau ndak. Kalau ndak bisa dibelokan ke hal-hal yang riil," pungkas Jokowi.
Advertisement