Sukses

Erick Thohir: Bio Farma Jadi Produsen Vaksin Terbesar ke-5 di Dunia

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengapresiasi kinerja Induk Holding Farmasi, Bio Farma, sebagai produsen vaksin terbesar di dunia.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengapresiasi kinerja Induk Holding Farmasi, Bio Farma. Selain berhasil memproduksi vaksin IndoVac, juga menempatkan BUMN ini sebagai jajaran produsen vaksin terbesar di dunia.

Untuk itu, dia mengatakan, peluncuran dan penyuntikan perdana Vaksin IndoVac oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), merupakan bukti nyata keseriusan pemerintah dalam membangun ketahanan kesehatan nasional. Erick mengatakan vaksin BUMN dengan nama IndoVac atau Indonesia Vaccine datang langsung dari orang nomor satu di Indonesia.

"Teringat saat melaporkan pengembangan vaksin BUMN ke Bapak Presiden saat kunjungan ke Korea beberapa waktu lalu. Vaksin IndoVac adalah pemberian nama dari Bapak Presiden, yang hari ini meluncurkan dan mengapresiasi vaksin dengan bahan baku lokal, karya anak bangsa," ujar Erick di Bandung, Kamis (13/10/2022).

Selain berdiplomasi ke luar negeri untuk mendapatkan vaksin Covid-19 dua tahun lalu, Erick juga mendorong agar BUMN juga bisa mengembangkan vaksin Covid-19 sendiri. Erick memiliki keyakinan penuh bahwa BUMN mampu memproduksi sendiri vaksin Covid-19. Soalnya, ucap Erick, Bio Farma selaku induk holding BUMN farmasi telah lama dikenal sebagai salah satu produsen vaksin untuk dunia.

"Banyak yang belum tahu, Bio Farma adalah produsen vaksin kelima terbesar di dunia. Memproduksi tiga miliar dosis vaksin yang diekspor ke 153 negara. Karena itu sejak awal saya yakin, vaksin Covid-19 di Indonesia bisa diproduksi mandiri, tanpa perlu impor," ungkap Erick.

Dia menyampaikan, ketahanan kesehatan bersama ketahanan energi dan pangan adalah sesuatu yang sangat penting untuk bangsa Indonesia ke depan, terlebih di era yang sedang terjadi saat ini.

"Di tengah kondisi yang bergejolak di dunia saat ini, penting sekali Indonesia terus bisa mandiri, bahkan berdaulat dalam mengisi kemerdekaannya. Seperti yang Bapak Presiden sudah saksikan hari ini, bagaimana kita bisa mulai memproduksi vaksin IndoVac, tentu ini baru langkah awal," ujar Erick.

 

2 dari 4 halaman

Hasil Kerja Sama dengan AS

Erick mengatakan IndoVac merupakan hasil kerja sama antara holding BUMN farmasi dengan dengan Baylor College of Medicine (BCM) Amerika Serikat.

Tak berhenti di situ, lanjut Erick, holding farmasi juga telah meneken kerjasama dengan perusahaan farmasi Inggris ProFactor Pharma, di KBRI London, Inggris, pada akhir bulan lalu. Dalam kerjasama tersebut, ucap Erick, Bio Farma akan mendapat hak eksklusif untuk pengembangan bersama produk darah Recombinant Factor VIII (ProFactor dan Bio Farma) secara global.

"Ini mirip dengan yang kita lakukan hari ini kita kerja sama RND, tapi tentu lisensi dan mereknya punya kita. Kemarin kita menandatangani vaksin Hemofilia yaitu kekentalan darah. Kita menjadi ‘hub’ produksi untuk vaksin dunia, ProFactor akan mendistribusikan ke Eropa dan Amerika, Indonesia untuk wilayah Asia, Afrika dan lain-lain. Ini contoh kerja sama yang kita terus dorong ke depan," lanjut Erick.

Erick mengatakan BUMN juga terus mengkonsolidasikan ekosistem kesehatan nasional, termasuk untuk sektor RnD (riset dan pengembangan) yang masih tertinggal dengan negara lain. Erick menilai RnD memiliki peran penting dalam pengembangan ekosistem kesehatan dalam negeri.

"Seperti yang Bapak lihat tadi, vaksin itu juga bibitnya kita kerja samakan dengan negara lain, tetapi produksi semuanya dari kita, penemuan lanjutannya, TKDN-nya ini sampai 90 persen. Ini yang kita harapkan RnD ke depan harus ada di Indonesia," kata Erick.

 

3 dari 4 halaman

Konsolidasi Manufaktur

Selain itu, Erick juga terus mendorong konsolidasi manufaktur. Dia telah menugaskan Kimia Farma dapat memproduksi obat-obatan sehingga lebih terjangkau bagi masyarakat, dan IndoFarma fokus pada pengembangan herbal.

Erick optimistis pemetaan fokus dalam tubuh holding farmasi akan mampu menurunkan ketergantungan Indonesia terhadap daripada impor bahan baku yang hari ini masih berada di angka 90 persen.

"Saat ini perusahaan distribusi kita juga terpisah-pisah, ini harus dikonsolidasikan supaya efisien dan membuat jaringan lebih luas," ungkap dia.

Erick pun mengaku mendorong memperbanyak ritel Kimia Farma yang saat ini baru sebanyak 1.300. Dari pengalaman pandemi kemarin, ucap Erick, ritel Kimia Farma terbukti mampu mengintervensi harga masker saat terjadi ketidakseimbangan di pasar.

"Pelayanan publik juga terus ditingkatkan dengan Telemedicine bagaimana klinik dan RS kita sinergikan dan tingkatkan kualitasnya seperti saat kita intervensi kebutuhan RS internasional yang nanti bapak resmikan pada 2024, kita punya RS kanker kelas dunia," kata Erick.

 

4 dari 4 halaman

Faktor Teknologi

Erick menambahkan, faktor teknologi juga tak luput menjadi bagian penting dalam pengembangan ekosistem kesehatan. Terlebih, Indonesia ingin menempati ekosistem kesehatan yang tangguh pada 2027 dengan menguasai 25 persen dari pasar kesehatan dalam negeri.

Berkaca pada isu minyak goreng yang mana BUMN hanya memiliki tiga persen pangsa pasar. Hal ini menyulitkan BUMN saat hendak mengintervensi pasar.

"Kalau kita penetrasi market yang sedang tidak seimbang, kita tidak kuat, tapi dengan dengan 25 persen, Insya Allah kita bisa menyeimbangkan pasar. Ekosistem seperti ini yang terus kita dorong di BUMN," ucap dia.

 

Reporter: Firda Makarimah