Liputan6.com, Jakarta - Publik dunia kini tengah dikhawatirkan dengan ancaman resesi global. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan mengabarkan, setidaknya ada 28 negara yang tengah antre jadi pasien Dana Moneter Internasional (IMF).
Pernyataan itu turut dibuktikan dalam laporan terbaru IMF terkait prospek ekonomi dunia atau World Economic Outlook (WEO) Oktober 2022.
Baca Juga
Melansir data World Economic Outlook IMF Oktober 2022, Kamis (13/10/2022), pertumbuhan ekonomi dunia di 2023 mengalami revisi minus 0,2 persen dari sebelumnya 2,9 persen menjadi 2,7 persen.
Advertisement
Senada, IMF pun turut mengkoreksi prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 minus 0,2 persen, dari 5,2 persen menjadi 5,0 persen. Namun secara angka, itu masih jauh lebih besar dibanding rata-rata dunia.
Sebagai perbandingan dengan sejumlah negara adidaya dunia seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris, ekonomi RI masih jauh lebih unggul ketimbang dua negara tersebut, yang pada tahun depan bakal mengalami pelemahan tajam.
Pertumbuhan ekonomi AS diprediksi akan mengalami pertumbuhan ekonomi 1,1 persen di 2023, turun drastis dari 2,4 persen di 2022. Sementara Inggris lebih parah, dengan pertumbuhan ekonomi 0,3 persen di 2023 berbanding 3,6 persen di 2022.
Senada, Uni Eropa yang tengah terjebak konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina juga diperkirakan melemah jadi 0,5 persen pada 2023, dari sebelumnya 3,1 persen di 2022.
Beberapa negara seperti Jerman dan Italia bahkan diprediksi perekonomiannya akan tumbuh minus sepanjang 2023, antara lain sebesar -0,3 persen untuk Jerman dan -0,2 persen untuk Italia.
Indonesia sendiri dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 5,0 persen di 2023 terbilang superior, dan hanya kalah dari India yang diperkirakan mencatat angka pertumbuhan 6,1 persen.
Itu pun India mengalami koreksi minus 0,7 persen dibanding tahun ini, dimana pertumbuhan ekonominya di sepanjang 2022 diproyeksikan mencapai 6,8 persen.
Menko Airlangga Yakin Pertumbuhan Ekonomi RI Tembus 5,2 Persen
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, optimististis pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tahunan bisa menyentuh angka 5,2 persen hingga akhir 2022 ini.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di atas 5 persen, dan di kuartal III dan kuartal IV Angka 5,2 persen bisa dicapai," ujar Airlangga di Jakarta Convention Center, Selasa (11/10/2022).
Menurut dia, capaian itu bisa diperoleh karena ditopang oleh berbagai komponen pendukung. Semisal, konsumsi rumah tangga akan tumbuh 5,5 persen YoY, lalu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi naik 3,07 persen.
Sedangkan dari komponen pertumbuhan ekonomi lapangan usaha, pertumbuhan sektor transportasi disebutnya akan melonjak 21,27 persen. Di sisi lain, industri pengolahan tetap bakal jadi sumber utama pertumbuhan ekonomi nasional.
Sementara dari sektor riil, neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan menurutnya masih tumbuh positif, dengan indeks keyakinan konsumen tercatat di atas 100, serta cadangan devisa masih sekitar USD 130 miliar.
Â
Advertisement
Nilai Tukar
Sebagai contoh, Airlangga membandingkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yang meskipun menurun tapi tetap lebih kuat dari mata uang negara lain.
"Ini membuktikan tingkat resiliensi Indonesia tinggi. Rupiah terdepresiasi sekitar 6,5 persen, namun banyak negara lebih rendah dari kita. Bahkan Inggris sendiri angkanya terdepresiasi 20 persen. Ini menunjukkan dari segi resiliensi sekali lagi Indonesia relatif kuat," sebutnya.
Dengan capaian tersebut, Airlangga yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang 2022 akan berada di sekitar 5,2 persen. Pertumbuhan itu pun akan tetap terjaga di 2023 dengan kisaran 4,8-5,3 persen.
"Beberapa lembaga seperti S&P kemudian juga JCI melihat ekonomi Indonesia relatif stabil di tengah banyak megara ratingnya turun. Ini sekali lagi menunjukkan fundamental ekonomi kuat dan dari keuangan, utang, fiskal dan moneter cukup prudent," pungkas dia.Â