Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan, kegiatan menanam cabai hingga sayur-sayuran tidak cocok diwilayah perkotaan.
Hal ini merespon pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan terkait ajakan menanam cabai hingga sayur-sayuran. Ajakan ini merespon ancaman krisis pangan akibat kian memanasnya konflik Rusia dan Ukraina.
Baca Juga
"Ajakan untuk menaman sendiri cabai dan sayur itu bagus, tapi tidak cocok di perkotaan karena lahan sempit," kata Tauhid saat dihubungi Merdeka.com di Jakarta, Jumat (14/10).
Advertisement
Selain persoalan lahan terbatas, kegiatan menanam cabai hingga aneka sayuran di Jakarta juga terkendala persoalan pupuk. Di mana umumnya penjual pupuk banyak tersedia di wilayah sentra produksi pertanian yang banyak tersebar di daerah pedesaan.
"Ini mengakibatkan tidak gampang bagi masyarakat di perkotaan untuk menanamcabai," tekannya.
Oleh karena itu, Tauhid meminta pemerintah untuk menyiapkan berbagai kebutuhan terkait untuk menarik minat masyarakat perkotaan menang cabai dan aktivitas pertanian secara mandiri. Sehingga, upaya pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan dapat tercapai.
"Ini harus dilakukan ya oleh pemerintah untuk menyiapkan berbagai kebutuhan cocok tanam," pungkasnya.
Â
Perang Rakyat Semesta, Luhut Minta Masyarakat Tanam Cabai dan Sayuran di Rumah
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menganjurkan kepada masyarakat untuk menanam cabai dan sayur-sayuran sendiri di rumah. Dalam istilah tentara, ini dikenal dengan ‘perang rakyat semesta’.
Di mana artinya yaitu masyarakat sudah sepatutnya menanam cabai atau sayuran di rumah masing-masing demi membantu ketahanan pangan nasional.
"Kita anjurkan orang menanam cabai sendiri, sayur sendiri di rumah, istilah tentara 'perang rakyat semesta' kita menghadapi ini semua harus satu padu supaya jangan sampai (terjadi) masalah kekurangan pangan," ujar Luhut di Thamrin Jakarta Pusat, Rabu (12/10).
Dia menambahkan, ketahanan pangan Indonesia selaras dengan ketahanan ekonomi. Dia tidak menampik analisa para ekonom di dunia yang menyampaikan bahwa negara-negara di dunia akan mengalami kondisi ekonomi sulit, khususnya resesi.
Namun di satu sisi, Luhut berpandangan bahwa ketangguhan ekonomi Indonesia tidak akan ada artinya jika seluruh negara di dunia ambruk karena krisis. Sebab hal tersebut juga akan berdampak terhadap Indonesia.
Advertisement
Pantauan Harga Bahan Pangan di Bogor, Cabai Berangsur Turun dan Daging Naik
Harga bahan pangan di Bogor terpantau stabil. Beberapa harga pangan sempat naik akibat kenaikan BBM sebulan lalu namun saat ini mulai turun kembali.
"Sejauh ini harga pangan masih biasa- biasa aja, masih standar tapi standarnya juga bukan standar stabil ya, jadi masih di atas standar, nomal belum, tapi udah mendingan ya engga keberatan kayak kemarin kemarin kebelakang." ujar bapak Anton, 43, salah seorang penjual bahan pangan di pasar Gria Bukit Jaya, Bogor kepada Liputan6 Selasa, (4/10/2022).
Seperti harga cabai yang sempat naik kini harga kembali turun dari harga sekitar Rp 80 ribu per kilogram menjadi sekitar Rp 50 - 70 ribu per kilogram.
"Cabe berangsur-angsur agak mendingan dari Rp 80 ribu sekarang udah Rp 70 ribu, ada yang udah Rp 60 ribu" kata Anton
Hal itu senada dengan yang dikatakan Vina, 19, pedagang bahan pangan masih di lokasi yang sama.
"Yang lagi naik turun terus itu cabai, cabai rawit hijau Rp 32 ribu yang paling murah, cabai merah panjang sama cabai rawit setan itu kalo lagi naik itu naik banget, kalo lagi turun ya turun, cuma standarnya di atas Rp 50 biasanya, sekarang ini cabai rawit merah panjang Rp 56 ribu, cabai rawit setan Rp 60 ribu." kata Vina.
Menurut Vina, sebenarnya harga cabai yang naik turun ini sudah berlangsung sejak pekan kedua hari raya Idul Fitri.
"Naik cabai itu dari 2 minggu setelah lebaran dan pas 2 minggu sebelum bbm naik bulan lalu itu udah lumayan turun, cuma pas bbm naik jadi naik lagi tapi sekarang udah agak normal, pas bbm naik itu sampe Rp 80 ribu sekarang standar Rp 60 ribu." ujarnya
Semakin dekat dengan akhir tahun, Vina juga menjelaskan penyebab naik turunnya harga cabai yang biasanya terjadi di akhir tahun atau hari raya di sebabkan oleh kendala pengiriman.
"Jadi polanya itu tergantung si kurir yang bawa kesini, ini barang dari daerah puncak, trus kalo misalnya lagi liburan atau arus mudik gitu kan susah ya perjalanan, jadi karna diongkosnya itu, jarang orang yang mau bawa kesini sama banyak aja hambatanya" jelasnya
"Trus kalo lagi musim yang engga tentu kan barang banyak yang gagal, jadi kalo banyak barang gagal disananya sedikit jadi mahal" tambahnya.
Â
Harga Daging Naik
Vina berharap harga pangan tetap stabil agar tidak kebingungan menjawab pertanyaan konsumen karna harga pangan yang kian naik turun.
"Kalo yang jual si maunya harga stabil ya soalnya ngejelasin ke konsumenya bingung mereka mana tau, kecuali gaji mereka naik baru mereka mau tau, gaji naik bahan pokok juga naik, kalo bahan pokok naik gaji pokok segitu aja bingung juga jelasinya." harapnya.
Sementara itu, pantauan beberapa harga bahan pokok lainya juga mengalami kenaikan seperti daging sapi yang sebelumnya berada di harga Rp 120 ribu menjadi sekitar Rp 140 ribu.
Hal ini juga kerap dikeluhkan konsumen salah satunya, Ambar, 50, yang berharap harga pangan segera turun.
"Semoga harga bahan pokok turun, terutama cabai sama daging, cabai di pasar turun naik terus, padahal nyambelnya tiap hari" ujar Ambar setelah membeli bahan pangan.
Advertisement