Sukses

Miliarder Ini Sumbang Rp 232 Miliar, Bagi-bagi Kaca Mata ke Warga Miskin Asia Selatan dan Afrika

Dari kebaikannya Scott untuk beramal, nominal ini adalah hadiah terbesar yang pernah diterima organisasi tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Miliarder filantropis MacKenzie Scott kembali mengeluarkan USD 15 juta atau sekitar Rp 232 miliar hartanya untuk diberikan kepada perusahaan yang menjual kacamata di New York VisionSpring.

Kerja sama itu bertujuan untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara agar memiliki kacamata sesuai yang dibutuhkan.

Seperti yang diketahui, mantan istri pendiri Amazon Jeff Bezos ini telah menerima seperempat saham Amazon dalam perceraiannya tahun 2019. Setelah itu, dia memberikan lebih dari USD 12,7 miliar kepada lebih dari 1.200 grup sejak pertengahan 2020.

Dari kebaikannya Scott untuk beramal, nominal ini adalah hadiah terbesar yang pernah diterima organisasi tersebut. Meskipun itu relatif kecil dibandingkan dengan beberapa sumbangan Scott awal tahun ini yaitu sebesar USD 281 juta untuk Boys and Girls Clubs of America dan hadiahnya sebesar USD 275 juta untuk Planned Parenthood, VisionSpring mengatakan itu adalah sumbangan pribadi terbesar yang pernah dibuat untuk mengatasi masalah tersebut.

CEO VisionSpring Ella Gudwin mengatakan bahwa dia dan sekitar setengah dari 300 karyawan nirlaba mengadakan pesta dansa di Zoom ketika mereka berbagi berita tentang donasi secara internal.

“Kami sangat senang dengan hadiah untuk menjadi kemenangan bagi sektor ini dan semua orang yang telah mengerjakan masalah ini. Dunia ini penuh dengan masalah yang sulit dipecahkan. Ini bukan salah satunya. Ini sebenarnya yang bisa kita selesaikan,” kata Gudwin seperti dilansir Forbes, Senin (17/10/2022).

 

2 dari 3 halaman

Bantu Pekerja Berpenghasilan Rendah

VisionSpring akan menggunakan uang dari Scott untuk meluncurkan program yang disebut Livelihoods in Focus, yang bertujuan untuk membantu 6 juta pekerja teh, kopi, kakao dan pengrajin berpenghasilan rendah di India, Bangladesh, Ghana, Kenya dan Uganda mendapatkan kacamata pada tahun 2030, yang biasanya terlalu mahal atau tidak mudah tersedia di lingkungan berpenghasilan rendah.

Pekerja kemungkinan besar akan membayar VisionSpring antara USD 1,50 hingga USD 4 per kacamata, yang disubsidi VisionSpring, meskipun Gudwin mengatakan mereka belum menetapkan harga untuk program Livelihoods in Focus. VisionSpring mengambil kacamatanya dari China dan menggunakan pabrik di India untuk memproduksi kacamata.

“Kami bekerja di sisi permintaan, yang membuat orang tahu bahwa mereka membutuhkan kacamata, bahwa mereka menginginkan kacamata dan mereka bercita-cita untuk memilikinya,” kata Gudwin.

“Dan kemudian ada sisi penawaran. Kacamata harus benar-benar terjangkau dan tersedia,” lanjutnya.

 

 

3 dari 3 halaman

Tak Mampu Beli Kaca Mata

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan The Lancet pada Selasa, hanya 9 persen orang berusia 50 tahun atau lebih di Asia Selatan yang membutuhkan kacamata atau lensa kontak telah mendapatkannya.

Sementara di sub-Sahara Afrika, hanya 5,7 persen. Padahal secara total, 257,8 juta orang di seluruh dunia menderita gangguan penglihatan ringan dan 510 juta lainnya menderita kehilangan penglihatan karena penuaan, menurut sebuah penelitian dari tahun 2020.

Dengan adanya bantuan ini diharapkan para pekerja bisa lebih baik lebih produktif, sebuah temuan yang didukung oleh penelitian dan dapat menghasilkan pemasukan lebih banyak untuk keluarga.