Sukses

Lampaui Capaian 2021, Investasi dan Lifting Migas Masih di Bawah Target 2022

Hingga kuartal III 2022, produksi minyak mencapai 613 ribu barel minyak per hari (BOPD) sedangkan lifting minyak mencapai 610 BOPD.

Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan, realisasi lifting migas dan investasi di sektor ini sudah berhasil melampaui capaian 2021. Namun, itu masih di bawah target terbaru APBN per 2022 ini. 

Hingga kuartal III 2022, produksi minyak mencapai 613 ribu barel minyak per hari (BOPD) sedangkan lifting minyak mencapai 610 BOPD. 
 
Untuk salur gas sebesar 5.353 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), dengan total lifting migas mencapai sekitar 1,562 juta barel setara minyak per hari (BOEPD), atau sekitar 89,8 persen dari target 2022.
 
Sementara untuk realisasi investasi, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyampaikan, per kuartal III 2022 itu mencapai USD 7,7 miliar dari target USD 13,2 miliar. 
 
"Itu menjadi investasi hulu migas terbesar secara rata-rata dalam kurun waktu 7 tahun terakhir sejak tahun 2016. Dengan masih masifnya pelaksanaan kegiatan pengeboran sumur pengembangan, maka akan ada penambahan investasi yang signifikan hingga akhir tahun nanti," ujarnya di Kantor SKK Migas, Jakarta, Senin (17/10/2022).
 
Menurut data SKK Migas, kegiatan pengeboran sumur eksplorasi hingga kuartal ketiga tahun ini sudah mencapai 21 sumur, atau menyamai capaian triwulan yang sama tahun lalu. 
 
Untuk kegiatan pengeboran sumur pengembangan hingga kuartal III 2022 mencapai 545 sumur. Itu sudah sekitar 171 persen jika dibandingkan dengan capaian kuartal ketiga tahun lalu, dan mencapai 116 persen jika dibandingkan dengan capaian hingga akhir 2021.
 
Adapun untuk kegiatan workover sudah mencapai 495 sumur, atau sekitar 116 persen di atas capaian kuartal ketiga tahun lalu dan sekitar 87 persen dari target tahun 2022.
 
Sedangkan untuk kegiatan well service sudah mencapai 22.511 sumur, atau sekitar 134 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu dan sekitar 99 persen dari target 2022. 
2 dari 3 halaman

OPEC Pangkas Produksi Minyak, SKK Migas Cium Peluang Investasi

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencium adanya peluang investasi dari kebijakan OPEC+, yang memangkas produksi minyak harian menjadi 2 juta barel per hari.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto tak memungkiri, kebijakan tersebut memang telah menimbulkan gesekan antar negara, lantaran membuat harga minyak dunia sulit turun.

"Tentu dalam hal masalah pengurangan produksi oleh OPEC+, maka kita melihat dampaknya harga oil and gas masih akan relatif berada di level tinggi. Jadi kan harusnya kemarin sudah turun usd 80, terus ke USD 60, tapi kemudian diarahkan naik lagi ke USD 90," ujarnya di Kantor SKK Migas, Jakarta, Senin (17/10/2022).

Namun, Dwi Soetijpto mengatakan, itu bisa jadi kesempatan emas bagi Indonesia untuk menarik potensi investasi di sektor hulu minyak dan gas (migas).

"Kalau buat Indonesia di hulu migas dia akan bagus, karena dengan demikian motivasi orang untuk berinvestasi akan baik, karena keekonomiannya lebih bagus," kata dia.

"Buat Indonesia sendiri juga sebenarnya akan jadi bagus, karena kita teman dari kedua-duanya, ke Amerika teman, ke Arab Saudi teman. Jadi kita tidak berada dalam konflik itu. Oleh karena itu, mustinya bagus, karena kita jadi alternatif untuk berinvestasi," tuturnya.

Kendati begitu, para pelaku hulu migas masih punya PR untuk menghadirkan upaya-upaya transformasi dalam memperbaiki iklim investasi di Tanah Air.

Selain itu, dengan harga migas yang masih tinggi pun perlu dihitung lebih lanjut terkait ongkos impor minyak, termasuk untuk hasil produksinya sebagai bahan bakar minyak, alias BBM.

"Tentu saja menjadi costly, karena dengan harga crude yang lebih mahal. Di level manakah keseimbangan benefit yang diperoleh dari upstream dengan cost yang muncul untuk subsidi," ungkapnya.

"Tentu itu yang perlu dicari. Tapi kira-kira dari sisi upstream, maintaning kondisi harga sampai beberapa saat akan mempengaruhi iklim investasi di Indonesia," pungkas Dwi Soetjipto.

3 dari 3 halaman

OPEC Pangkas Produksi Minyak Dunia Mulai November, Terbesar Sejak Awal Pandemi Covid-19

OPEC mengatakan akan memangkas produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari. Ini menandai pemotongan produksi minyak dunia terbesar sejak awal pandemi Covid-19, ketika harga BBM di sejumlah negara melonjak.

Dilansir dari CNN Business, Kamis (6/10/2022) OPEC, kelompok produsen minyak utama, yang meliputi Arab Saudi dan Rusia, mengumumkan pengurangan produksi setelah pertemuan pertama secara langsung sejak Maret 2020.

Pengurangan tersebut setara dengan sekitar 2 persen dari permintaan minyak global, yang akan mulai berlaku pada November 2022. Dalam sebuah pernyataan, OPEC menjelaskan bahwa keputusan untuk memangkas produksi minyak dilakukan "mengingat ketidakpastian yang mengelilingi prospek ekonomi dan pasar minyak global".

Menyusul berita pemangkasan produksi, harga minyak mentah Brent naik 1,5 persen menjadi lebih dari USD 93 per barel, menambah keuntungan Pean ini menjelang pertemuan para menteri perminyakan dunia.

Harga minyak AS juga naik 1,7 persen menjadi USD 88 per barel.

OPEC dan sekutunya, yang mengendalikan lebih dari 40 persen produksi minyak dunia, berharap untuk mencegah penurunan permintaan barel mereka dari perlambatan ekonomi yang tajam di China, Amerika Serikat dan Eropa.