Sukses

Kalah Teknologi dan Kena Bea Masuk, Produk Mamin RI Kesulitan Ekspor

Ekspor produk makanan minuman (mamin) RI ke depan bakal menemui jalan terjal. Sebab, Indonesia masih kalah secara teknologi dan turut dihambat oleh adanya tarif bea masuk tindakan pengamanan (safeguard) dari sejumlah negara.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi S Lukman, menilai upaya ekspor makanan minuman (mamin) RI ke depan bakal menemui jalan terjal. Sebab, Indonesia masih kalah secara teknologi dan turut dihambat oleh adanya tarif bea masuk tindakan pengamanan (safeguard) dari sejumlah negara.

Adhi menyatakan, banyak negara tujuan ekspor kini melakukan pengetatan terhadap produk pangan RI. Sebagai contoh, Singapura dan Hong Kong yang mengutamakan penggunaan teknologi dalam mendeteksi zat kimia berbahaya dalam produk makanan/minuman.

"Karena negara maju sekarang semakin meningkatkan tekno untuk analisa, sementara residu pestisida di Indonesia belum bisa dianalisa Kemarin yang ditemukan di Taiwan, Singapura, Hong Kong. Kita harus perlu tingkatkan kualitas teknologi kita," tegasnya saat ditemui di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (19/10/2022).

Sebagai contoh, Singapura beberapa waktu lalu kembali menarik produk Mie Sedap buatan Indonesia, lantaran ditemukan adanya kandungan pestisida dalam bumbu racikannya.

"Itu sangat berpengaruh pada industri mamin, karena kalau kita ekspor tapi enggak bisa deteksi apa kan bahaya juga, sampai sana bisa dideteksi," ujar Adhi.

Selain negara Asia, Amerika Serikat (AS) yang jadi salah satu pasar ekspor Indonesia disebutnya juga memperketat pendeteksian terhadap produk-produk impor yang datang dengan metode analisa berbeda.

"Itu tantangan kita untuk tingkatkan kemampuan teknologi di laboratorium. Ini yang dukung industri mamin," kata Adhi.

Di samping itu, ia juga mewaspadai penerapan tarif bea masuk di beberapa negara. Pasca Filipina yang pada 2-3 tahun lalu menetapkan pengenaan tarif safeguard untuk impor kopi, kini Vietnam melakukannya untuk produk sorbitol (gula alkohol) dari Indonesia.

"Eropa juga masih ada diskriminasi tarif dari Indonesia, contohnya produk kakao, produk kelapa dari Indonesia masih kena tarif tinggi, sementara kalau dari Afrika nol. Ini yang perlu diwaspadai," paparnya.

 

2 dari 3 halaman

TEI 2022 Dibuka, Mendag Target Kontrak Ekspor Rp 154 Triliun

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan target meraup kontrak ekspor senilai USD 10 miliar, atau setara Rp 154 triliun (kurs Rp 15.400 per dolar AS) dari gelaran Trade Expo Indonesia (TEI) 2022.

Pria yang akrab disapa Zulhas ini mengatakan, belum saja acara dibuka, jumlah kontrak ekspor yang didapat dari TEI ke-37 tersebut mencapai USD 1,5 miliar.

"Oleh karena itu kami dari Kementerian Perdagangan yakin selesai pameran ini mudah-mudahan kita bisa dapat kontrak dari hasil ekspor ini. Mudah-mudahan kita bisa mencapai USD 10 miliar," kata Zulkifli Hasan dalam sesi opening ceremony TEI 2022 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Rabu (19/10/2022).

Adapun target angka tersebut naik dibanding nilai transaksi dari gelaran TEI di tahun-tahun sebelumnya. Pada 2019, kontrak ekspor yang diperoleh dari TEI mencapai USD 9,29 miliar.

Pandemi Covid-19 berakibat pameran TEI 2020 hanya memperoleh pemasukan USD 1,3 miliar, sementara di 2021 juga baru sekitar USD 6,06 miliar.

Dalam TEI 2022 yang digelar pada 19-23 Oktober 2022, tercatat ada sebanyak 795 pelaku eksportir dengan jumlah pembeli terdaftar mencapai 2.288 dari 176 negara.

Produk yang ditampilkan terbagi dalam 7 zona kategori, yakni manufaktur, aksesoris fesyen kecantikan, kesehatan dan peralatan medis, mebel, dekorasi, jasa digital, serta makanan dan minuman.

Lebih lanjut, Zulkifli Hasan menyampaikan, pemerintah fokus mendorong pintu ekspor bagi para pelaku UMKM di acara TEI 2022 ini.

"Perusahaan besar ada, tapi 30 persen kami alokasikan untuk UMKM. Jadi kalau stan banyak UMKM, memang harus ada UMKM," tegas Mendag Zulkifli Hasan.

 

3 dari 3 halaman

Trade Expo Indonesia ke-37 Digelar, 1.765 Buyers dari 91 Negara Sudah Antre

Trade Expo Indonesia (TEI) 2022 akan resmi dibuka. Pameran TEI yang ke-37 ini diselenggarakan selama lima hari pada 19–23 Oktober 2022 di Indonesia Convention Exhibition, Bumi Serpong Damai City (ICE, BSD City), Tangerang. Sedangkan secara virtual, TEI ke-37 akan digelar pada 19 Oktober–19 Desember 2022.

“Setelah dua tahun berturut-turut TEI dilaksanakan secara daring karena situasi pandemi, TEI ke-37 akan kembali diselenggarakan secara hibrida. TEI menghadirkan kembali interaksi langsung dengan para buyers potensial yang dibawa seluruh Kantor Perwakilan RI di luar negeri. TEI diharapkan dapat menjadi salah satu gerbang produk ekspor unggulan Indonesia ke pasar global dengan memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi,” ujar Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Selasa (18/10/2022).

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi menambahkan, kesiapan ini juga dibuktikan dengan antusiasme buyers yang telah mendaftar (registered buyers). Sampai saat ini tercatat 1765 buyers dari 91 negara yang akan berpartisipasi di gelaran TEI ke-37.

“Antusiasme buyer tidak hanya berasal dari negara-negara Asia Pasifik, tetapi juga wilayah di Amerika Latin seperti Brasil, Bolivia, Chili, serta buyer dari wilayah Eropa dan Afrika,” imbuh Didi.