Sukses

Pertumbuhan Ekonomi Ciamik, Indonesia Aman dari Pasien IMF

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti, menegaskan kondisi Indonesia sejauh ini masih dalam posisi yang cukup baik perekonomiannya sehingga tak perlu bantuan IMF.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapat kabar dari Amerika Serikat (AS), dimana sebanyak 28 negara meminta pertolongan kepada Dana Moneter Internasional (IMF) untuk dibantu perekonomiannya.

Menanggapi hal itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti, menegaskan kondisi Indonesia sejauh ini masih dalam posisi yang cukup baik perekonomiannya. Artinya, Indonesia tidak termasuk dalam 28 negara yang minta bantuan dana ke IMF.

Hal itu disampaikan Destry dalam peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No.39 bertajuk “Sinergi dan Inovasi Kebijakan untuk Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan dan Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional”, Jumat (21/10/2022).

“Pertemuan IMF World Bank Annual Meeting yang baru saja selesai di Washington DC dan terinfo bahwa pada saat ini sudah ada 28 negara yang telah mengajukan permintaan bantuan keuangan dari IMF. Nah, bagaimana dengan Indonesia Alhamdulillah sejauh ini kita masih dalam posisi yang cukup baikn, dimana perekonomian kita di kuartal 2 kemarin masih bisa tumbuh di atas 5 persen,” kata Destry.

Bahkan, Bank Indonesia optimis memperkirakan sepanjang Tahun 2022 ini perekonomian Indonesia bisa tumbuh di kisaran 4,5 – 5,3 persen.

Lanjutnya, kondisi perekonomian global saat ini menghadapi suatu ketidakpastian yang sangat tinggi. Bank Indonesia menyebut kondisi itu VUCA, yakni Volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity.

“Nah ini, tentunya akan menyebabkan tekanan tidak hanya pada negara maju tetapi juga pada negara berkembang. Bahkan kalau kita lihat episentrum dari terjadinya Gejolak VUCA saat ini adalah kita lihat di negara maju,” ujarnya.

 

2 dari 3 halaman

Masalah AS

Dia mencontohkan, negara yang mengalami VUCA adalah Amerika Serikat (AS). Negara yang dijuluki Paman Sam ini menghadapi tekanan inflasi yang sangat tinggi, dan kemudian direspon dengan kebijakan moneter suku bunga yang sangat agresif.

“Sehingga Ini akhirnya memberikan tekanan, bukan hanya untuk negaranya  sendiri tapi juga untuk negara maju sekitarnya dan juga untuk negara-negara emerging seperti Indonesia,” ujarnya.

Disamping itu, kondisi ketidakpastian ini kemudian juga makin diperparah dengan terjadilah perang antara Rusia dengan Ukraina. Kemudian juga ada kebijakan proteksionisme masing-masing negara dan juga tambahan lagi dengan adanya zero covid policy di China, yang akhirnya membuat ekonomi China juga tertahan pertumbuhannya.

“Kita melihat fenomena terjadinya perlambatan ekonomi secara global dan bahkan diperkirakan akan terjadi resesi di tahun 2023,” ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Kendati begitu, Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejauh ini masih positif. Misalnya, pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2022 ini sangat didukung oleh investasi yang tumbuh dan dari ekspor yang juga tumbuh cukup kuat untuk menopang perbaikan ataupun pertumbuhan ekonomi kita.

Namun, dengan melihat kondisi ekonomi global saat ini, Indonesia tetap harus waspada dan optimis. Waspada karena Gejolak, volatilitas ataupun tekanan yang terjadi di ekonomi global diprediksi setidaknya akan mempengaruhi ekonomi Indonesia.

“Namun Kita juga harus optimis karena Indonesia mempunyai daya dukung ekonomi yang cukup bervariasi dan cukup solid ditambah lagi kita mempunyai domestik ekonomi yang juga strong baik itu didukung dengan konsumsi masyarakat kita dan juga potensi ekonomi yang luar biasa sekali di Indonesia,” pungkasnya.