Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ingin pesantren menjadi salah satu motor dalam menggerakkan pemberdayaan masyarakat. Hal ini guna melengkapi pesantren yang dinilai sudah menjadi pusat keagamaan.
Anggota Dewan Komisioner OJK bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi menyebut pemberdayaan masyarakat juga bisa termasuk dengan jenis produk jasa keuangannya. Harapannya, masyarakat bisa lebih melek dengan bantuan para santri di pesantren.
Baca Juga
"Pesantren harus mengisi peran bukan hanya sebagai pusat keagamaan tapi juga pemberdayaan masyarakat termasuk produk jasa keuangan syariah," kata dia dalam Peringatan Hari Santri Nasional 2022 bertajuk Sakinah, di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, Yogyakarta, ditulis Minggu (22/10/2022).
Advertisement
Menurut Friderica, akselerasi penggunaan produk keuangan syariah bisa menjadi solusi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Ini juga sejalan dengan kondisi di pesantren dan lingkungan sekitarnya.
"Misalnya, asuransi syariah itu seperti apa, pinjaman online, itu kalau benar dan legal lembaganya, itu bisa memberikan manfaat, tapi yang bahaya, yang meresahkan adalah pinjol ilegal,"kata dia.
Pada kesempatan itu, dia memanggil sejumlah santri. Dia memberikan beberapa pertsnyaan terkait produk keuangan.
Ternyata, seluruh santri mampu menjawab dengan masing-masing menyebutkan satu produk keuangan. Dilanjutkan dengan tujuannya ingin belajar mengenai keuangan.
Friderica mengapresiasi berbagai jawaban itu, dan itu bisa menjadi modal penting bagi para santri untuk mengeksplorasi ilmu di ranah keuangan, termasuk keuangan syariah.
"Sebetulnya belajar keuangan itu adalah kemampuan kita untuk bisa mandiri secara keuangan nantinya. Karena sebetulnya ilmu keuangan ada ilmu yang essential lifeskill, kemampuan penting," ungkapnya.
Â
Belajar Ekonomi Hijau
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berupaya memperluas edukasi atau sosialisasi seputar produk dan jasa keuangan. Salah satunya kepada para santri yang menuntut ilmu di pondok pesantren.
Salah satu langkah yang saat ini dijalankan adalah kegiatan Santri Cakap Literasi Keuangan Syariah (Sakinah), dalam rangka perayaan Hari Santri Nasional 2022 yang digelar di Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak, Bantul, Yogyakarta, Sabtu (22/10/2022).
Pada kesempatan itu, Anggota Dewan Komisaris OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Friderica Widyasari Dewi, mengaku senang para pengurus pondok pesantren ingin lebih banyak belajar tentang tren keuangan yang ada saat ini, di luar keuangan syariah.
Termasuk ekonomi hijau (green economy) yang kini marak digencarkan, hingga produk-produk jasa keuangan berbalut teknologi digital semisal kripto hingga metaverse.
"Adek-adek harus belajar green economy, karena sebenarnya itu adalah sesuatu yang sedang tren, dan nanti saya yakin di zaman kalian itu akan booming dan harus dipelajari dari sekarang," ujar Friderica.
"Belajar tentang kripto, belajar tentang metaverse, jadi banyak sekali hal-hal baru yang bisa dipelajari melalui digital teknologi, digital ekonomi, dan saat ini banyak sekali yang bisa dipelajari," imbuhnya.
Â
Advertisement
Tingkat Literasi
Di sisi lain, Friderica menyadari, tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat di Tanah Air masih tergolong rendah. Dimana tingkat literasi baru menyentuh 38 persen, sementara inklusi 76 persen.
"Kok lebih tinggi literasinya daripada inklusinya? Berarti masih banyak orang yang menggunakan produk dan jasa keuangan, tapi belum paham. Ini bahaya sekali," seru dia.
Oleh karenanya, OJK beritkad untuk terus bekerjasama dengan seluruh stakeholder dan pelaku industri jasa keuangan, guna semakin mengecilkan gap antara tingkat literasi dan inklusi keuangan.
"Jadi kalau orang pakai produk jasa keuangan harus paham juga. Angkanya sesuai target pak Presiden Joko Widodo, Insya Allah kita bisa mencapai inklusi keuangan 2024 sebesar 90 persen," tuturnya.