Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih terus berupaya untuk meningkatkan inklusi dan literasi di tengah masyarakat. Ada sejumlah kategori masyarakat yang bakal jadi prioritas OJK kedepannya.
Kategori itu, diantaranya pelajar, kalangan perempuan, UMKM, hingga masyarakat di wilayah tertinggal, terluar, dan tertinggal (3T). Untuk diketahui, inklusi keuangan adalah kemampuan seseorang dalam mengakses produk keuangan seperti tabungan hingga pinjaman. Sementara, literasi keuangan adalah pemahaman pengguna terhadap produk keuangan tersebut.
Baca Juga
Anggota Dewan Komisioner OJK bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi mengatakan OJK tengah berfokus pada kalangan itu kedepannya. Mengingat ada target inklusi keuangan sebesar 90 persen di 2024 mendatang.
Advertisement
"Fokus kita kedepan itu ada bebepa kelompok misalnya UMKM, ini memiliki multiplier effect yang besar, ini mampu memberdayakan ekonomi daerah setempat," kata dia dalam Press Tour di kawasan Tamansari Yogyakarta, ditulis Minggu (23/10/2022).
Dia mengisahkan kalau kalangan UMKM ini menggunakan pendapatannya untuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan, digunakan untuk keperluan penting seperti biaya sekolah.
"Jadi kalau ada UMKM jual gorengan, jangan ditawar. Kalau bisa kembalian jangan diminta karena buat bayar biaya sekolah anak (pedagang)," ujarnya.
Kelompok perempuan menjadi prioritas lainnya. Utamanya, kelompok perempuan yang dinilai masuk dalam kategori pra-sejahtera. Friderica menilai kalau perempuan perlu memahami cara mengelola keuangan karena memiliki dampak yang penting dalam keluarga.
"Ada penelitian yang dilakukan oleh OECD, melakukan studi kepada pelajar, ternyata, mereka dapat informasi pendidikan keuangan dari ibunya," paparnya.
Â
Pelajar dan Daerah 3T
Lebih lanjut, OJK juga menaruh perhatian kepada kalangan pelajar. Upaya ini juga didorong bagi pelajar atau santri di pondok pesantren.
Salah satunya, melalui gerakan santri menabung yang dirilis di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta bersama dengan 4 pondok pesantren lainnya di Indonesia. Upaya ini jadi bagian dalam memperingati hari santri nasional 2022.
"Tadi kita lihat ada santriwan dan santriwati itu jadi bentuk edukasi ke pelajar. Karena mereka penerus kita di masa yang akan datang. Harus ada yang well literated. Pengetahuan dan keterampilan keuangan itu essential lifeskill yang harus dilakukan," ujarnya.
Terakhir, menyasar ke kelompok masyarakan di daerah 3T. Seperti yang dikisahkan Friderica, kalau tim OJK sampai masuk ke daerah di Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi Tengah. Tujuannya, guna memberikan pemahaman terkait produk-produk keuangan.
"Daerah diperhatikan, disana akses internet saja belum sampai juga," pungkasnya.
Â
Advertisement
Pemberdayaan Masyarakat
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ingin pesantren menjadi salah satu motor dalam menggerakkan pemberdayaan masyarakat. Hal ini guna melengkapi pesantren yang dinilai sudah menjadi pusat keagamaan.
Anggota Dewan Komisioner OJK bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi menyebut pemberdayaan masyarakat juga bisa termasuk dengan jenis produk jasa keuangannya. Harapannya, masyarakat bisa lebih melek dengan bantuan para santri di pesantren.
"Pesantren harus mengisi peran bukan hanya sebagai pusat keagamaan tapi juga pemberdayaan masyarakat termasuk produk jasa keuangan syariah," kata dia dalam Peringatan Hari Santri Nasional 2022 bertajuk Sakinah, di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, Yogyakarta, ditulis Minggu (22/10/2022).
Â
Solusi Meningkatkan Ekonomi Masyarakat
Menurut Friderica, akselerasi penggunaan produk keuangan syariah bisa menjadi solusi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Ini juga sejalan dengan kondisi di pesantren dan lingkungan sekitarnya.
"Misalnya, asuransi syariah itu seperti apa, pinjaman online, itu kalau benar dan legal lembaganya, itu bisa memberikan manfaat, tapi yang bahaya, yang meresahkan adalah pinjol ilegal,"kata dia.
Pada kesempatan itu, dia memanggil sejumlah santri. Dia memberikan beberapa pertsnyaan terkait produk keuangan.
Ternyata, seluruh santri mampu menjawab dengan masing-masing menyebutkan satu produk keuangan. Dilanjutkan dengan tujuannya ingin belajar mengenai keuangan.
Friderica mengapresiasi berbagai jawaban itu, dan itu bisa menjadi modal penting bagi para santri untuk mengeksplorasi ilmu di ranah keuangan, termasuk keuangan syariah.
"Sebetulnya belajar keuangan itu adalah kemampuan kita untuk bisa mandiri secara keuangan nantinya. Karena sebetulnya ilmu keuangan ada ilmu yang essential lifeskill, kemampuan penting," ungkapnya.
Advertisement