Sukses

Pengumuman! UKM di Kota Tangerang Bisa Uji Lab Produk Gratis

UKM di Kota Tangerang difasilitasi uji laboratorium untuk kepentingan kemasan. Sehingga, para pelaku usaha kecil tersebut bisa memasarkan lebih luas lagi berbagai produk makanan tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka pemulihan perekonomian masyarakat pasca-pandemi Covid-19, UKM di Kota Tangerang difasilitasi uji laboratorium untuk kepentingan kemasan. Sehingga, para pelaku usaha kecil tersebut bisa memasarkan lebih luas lagi berbagai produk makanan tersebut.

Disperindagkop-UKM yang tengah membuka pendaftaran uji lab gratis bagi pelaku UKM di Kota Tangerang. Kepala Bidang Industri Disperindagkop UKM, Zaelani mengungkapkan uji lab ini ditujukan untuk produk makanan kering dan minuman serbuk.

"Pendaftaran produk saat ini sudah dibuka hingga 31 Oktober mendatang. Registrasi produk dilakukan secara online melalui laman https://bit.ly/3Rig2DF sedangkan informasi lebih lanjut bisa melalui whatsapp di nomor 0812-9029-7030," papar Zaelani, Minggu (23/10/2022).

Persyaratan mengikuti uji lab gratis ini ialah ber-KTP Kota Tangerang, jenis produk ialah makanan kering dan atau minuman serbuk. Selain itu, produk merupakan buatan sendiri atau hasil produksi sendiri.

Lalu, jumlah produk yang didaftarkan maksimal dua jenis produk berbeda serta memiliki email aktif. Lanjutnya, uji lab produk juga merupakan salah satu syarat pembuatan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).

"Ayo manfaatkan kesempatan ini dan buruan daftar. Lewat uji lab ini kita tingkatkan kualitas produk dan perluasan penerapan standar produk industri. Terlebih menjadi upaya dalam peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat Kota Tangerang," jelasnya.

Dengan begitu, dia berharap para pelaku UKM ini mampu termotivasi dan meningkatkan lagi daya saing, serta peningkatan pasar di luar wilayah Tangerang.

"Kami berharap pun bisa keluar negeri. Lewat kepastian atau kelegalan uji laboratorium yang bisa didapat secara gratis," katanya. (Pramita Tristiawati)

 

2 dari 3 halaman

Siap-siap, Harga Makanan dan Minuman Jadi Bakal Naik 7 Persen di Akhir 2022

Ketua Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi S Lukman, melihat adanya kemungkinan kenaikan harga produk jadi makanan dan minuman (mamin) hingga 7 persen di akhir 2022.

Alasannya, permintaan pasokan jelang tahun politik di 2024 sudah mulai meningkat sejak saat ini. Ramainya aktivitas jelang pemilu bakal ikut mendongkrak permintaan di sektor industri makanan dan minuman.

"Tahun depan saya kira sudah mulai (naik permintaan produk makanan minuman), karena persiapan-persiapan kan mulai November mulai kampanye. Sementara persiapan kan sudah dilakukan sebelum-sebelumnya," ujar Adhi saat ditemui di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (19/10/2022).

Adhi pun memperkirakan, komoditas bahan pangan seperti biji-bijian secara harga akan meninggi. Termasuk karena ongkos distribusi yang meningkat lantaran adanya potensi kenaikan harga energi lagi.

"Untuk antisipasi kita perlu kalkulasi. Makannya industri mamin sedang me-review, karena kemarin kenaikan BBM kita hampir tidak naik harga. Kita akan review akhir tahun ini atau awal tahun depan, kemungkinan perkiraan saya akan naik sekitar 5-7 persen harga produk jadi," kata dia.

3 dari 3 halaman

Isu Resesi

Menurut dia, isu resesi hingga kenaikan inflasi global tidak akan terlalu berpengaruh terhadap pasar domestik. Namun, harga bahan pangan masih tetap terganggu akibat konflik geopolitik Rusia-Ukraina.

"Masalahnya memag harga, saya perkirakan harga tahun depan akan meningkat. Karena sekarang ini geopolitik belum menentu, perang masih ada. Otomatis pertanian, pupuk, energi segala macam akan terganggu," ungkapnya.

Kendati begitu, ia bersyukur Indonesia masih punya relasi baik dengan banyak negara. Sebagai contoh, ketika pasokan gandum dari Ukraina tersendat, Indonesia masih bisa mencari substitusi ke negara-negara lain seperti Australia, Brazil, Argentina, hingga Amerika Serikat.

"Kemudian India larang ekspor gandum, tapi kita punya hubungan baik, akhirnya kita masih bisa dapat. Cuman harga memang tinggi," sebut dia.

"Perkiraan saya, saya optimis tetap tumbuh, ketersediaan cukup, tapi harga yang harus diwaspadai. Yang perlu dilakukan di dalam negeri adalah mencari pengganti-pengganti yang bisa mensubtitusi," pungkasnya.