Sukses

Harga Minyak Dunia Turun karena Permintaan China Mengecewakan

Harga minyak mentah AS West Texas Intermediate kehilangan 20 sen atau 0,24 persen menjadi USD 84,85 per barel.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia dijual lebih rendah pada perdagangan yang sangat berombak di hari Senin. Harga minyak dunia turun karena data dari China yang menunjukkan permintaan yang lesu di September 2022. Selain itu, faktor lain yang menekan harga minyak dunia adalah penguahan dolar AS.

Sementara itu, data aktivitas bisnis AS yang melemah mengurangi ekspektasi untuk kenaikan suku bunga yang lebih agresif dan penurunan harga yang terbatas.

Mengutip CNBC, Selasa (25/10/2022), harga minyak mentah brent berjangka untuk pengiriman Desember turun 3 sen atau 0,03 persen ke level USD 93,47 per barel. Harga minyak ini naik 2 persen minggu lalu.

Sedangkan harga minyak mentah AS West Texas Intermediate kehilangan 20 sen atau 0,24 persen menjadi USD 84,85 per barel.

Kedua tolok ukur harga minyak dunia ini telah turun USD 2 per barel di awal sesi.

Data bea cukai menunjukkan impor minyak mentah China di September sebesar 9,79 juta barel per hari. Meskipun lebih tinggi dari pada Agustus tetapi angka ini turun 2 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

“Pemulihan baru-baru ini dalam impor minyak tersendat pada bulan September,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

Penyulingan independen gagal memanfaatkan peningkatan kuota karena masih adanya penguncian terkait COVID yang sedang berlangsung membebani permintaan.

Analis ING menjelaskan, ketidakpastian atas kebijakan Covid-19 nol persen di China dan krisis properti merusak efektivitas langkah-langkah pro-pertumbuhan.

Penguatan dolar AS menyusul dugaan intervensi valuta asing oleh Jepang, juga menimbulkan masalah bagi harga minyak dunia. Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pembeli non-AS.

"Penguatan dolar lebih lanjut akan membebani harga minyak WTI dengan menguji penurunan yang kami harapkan di USD 79,50 per barel kemungkinan pada akhir minggu," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.

 

2 dari 3 halaman

Sinyal Positif

S&P Global menunjukkan data Indeks Output IMP Komposit AS, yang menghitung sektor manufaktur dan jasa turun menjadi 47,3 bulan ini dari 49,5 pada September.

Pelemahan itu dapat menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga Federal Reserve AS (the Fed) untuk melawan inflasi telah berhasil dan bisa memberikan pilihan untuk memperlambat kebijakan kenaikan suku bunga. Hal ini menurut Phil Flynn, analis di grup Price Futures, adalah sinyal positif untuk permintaan bahan bakar.

“Kehilangan angka PMI adalah tanda bahwa ekonomi mungkin sedikit melambat, yang ternyata menjadi bullish,” kata Flynn.

Harga minyak Brent naik pekan lalu meskipun Presiden AS Joe Biden mengumumkan penjualan sisa 15 juta barel minyak dari Cadangan Minyak Strategis, bagian dari rekor pelepasan 180 juta barel yang dimulai pada Mei.

Biden menambahkan bahwa tujuannya adalah untuk mengisi kembali stok ketika minyak mentah AS berada di sekitar USD 70 per barel.

3 dari 3 halaman

Awal Perdagangan

Harga minyak mentah berjangka naik di awal perdagangan Asia pada Senin pagi, karena ekspektasi pasokan yang lebih ketat secara global menjelang sanksi Uni Eropa terhadap minyak Rusia mendukung harga.

Dikutip dari Antara, Senin (24/10/2022), harga minyak mentah berjangka Brent terangkat 54 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di USD 94,04 per barel pada pukul 01.25 GMT.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 51 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di USD 85,56 per barel,

Brent membukukan kenaikan 2,0 persen minggu lalu karena dolar yang lebih lemah dan harapan pelonggaran pembatasan COVID-19 di China yang akan memungkinkan permintaan di konsumen minyak nomor dua dunia itu akan pulih.

Gangguan pasokan minyak global diperkirakan terjadi ketika larangan Uni Eropa atas impor Rusia mulai berlaku pada 5 Desember. Kelompok ini juga berencana untuk memblokir impor produk minyak Rusia pada Februari.

Sentimen sedang dibangun di dalam Federal Reserve (Fed) untuk kemungkinan mengurangi kecepatan atau ukuran kenaikan suku bunga di masa depan bahkan saat bersiap untuk menaikkan suku pada awal November.

Perlambatan kenaikan suku bunga Fed dapat mengurangi kekuatan dolar AS yang telah membebani harga-harga komoditas. Dolar yang lebih lemah membuat komoditas berdenominasi dolar seperti minyak lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.