Sukses

Tidak Sekebal Itu, Bisnis Google Ikut Terpukul Dibayangi Resesi

Google mungkin menjadi raksasa di dunia periklanan digital, namun sayangnya tidak kebal terhadap dampak penurunan ekonomi dan ketakutan resesi yang terjadi di pasar iklan online.

Liputan6.com, Jakarta Ancaman resesi global ternyata berimbas ke bisnis salah satu perusahaan multinasional asal Amerika Serikat Google yang melambat.

Google mungkin menjadi raksasa di dunia periklanan digital, namun sayangnya tidak kebal terhadap dampak penurunan ekonomi dan ketakutan resesi yang terjadi di pasar iklan online.

Dilansir dari CNN, Sabtu (29/10/2022), perusahaan induk Google Alphabet (GOOGL) pada hari Selasa melaporkan hasil pendapatan untuk kuartal ketiga yang jauh dari perkiraan analis Wall Street untuk penjualan dan keuntungan, sebagian besar karena perlambatan tajam dalam pertumbuhan bisnis periklanan intinya .

Pendapatan dilaporkan hampir USD 69,1 miliar, naik hanya 6 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Sementara pendapatan iklan Google tumbuh hanya 2,5 persen dari tahun-ke-tahun, dibandingkan dengan pertumbuhan 43 persen yang diposting tahun lalu.

Bahkan bisnis iklan YouTube, yang bersaing dengan TikTok, juga sangat terpukul, dengan pendapatan menurun hampir 2 persen dari kuartal tahun lalu.

Laba bersih Google, sementara ini, mencapai USD 13,9 miliar, turun lebih dari 26 persen dari tahun sebelumnya dan jauh di bawah proyeksi analis USD 16,6 miliar. Saham perusahaan turun hingga 6 persen dalam perdagangan setelah jam kerja pada Selasa kemarin.

Sebagai CEO Alphabet dan Google, Sundar Pichai menyetujui bahwa itu karena iklim ekonomi yang lebih keras.

"Kami mempertajam fokus kami pada serangkaian produk dan prioritas bisnis yang jelas," kata Pichai. “Kami fokus pada investasi yang bertanggung jawab untuk jangka panjang dan responsif terhadap lingkungan ekonomi.”

Alhasil perusahaan teknologi termasuk Google sendiri melaporkan bahwa mulai merasakan dampak penurunan belanja iklan online pada kuartal sebelumnya.

Inflasi yang tinggi, ketakutan resesi yang menjulang dan perang yang sedang berlangsung di Ukraina semuanya terus membebani industri.

 

2 dari 2 halaman

Perlambatan di bisnis lain

Tidak hanya itu, perlambatan di bidang lain dari bisnis Google pun tampak melambat. Pendapatan Google Cloud tumbuh 37 persen dari tahun ke tahun, melambat dari pertumbuhan hampir 45 persen yang dibukukan pada kuartal tahun lalu, dan kerugian bersih segmen meningkat menjadi USD 699 juta dari USD 644 juta pada kuartal yang sama tahun lalu.

Rugi bersih dari segmen “Other Bets” Google, yang mencakup upaya bisnis seperti unit mobil self-driving Waymo, juga meningkat dari tahun ke tahun selama kuartal tersebut menjadi USD 1,6 miliar.

“Google memberikan kuartal yang mengecewakan dengan raksasa pencarian yang kinerjanya di bawah ekspektasi kami di hampir semua unit bisnis, yang terpenting segmen pencarian iklan intinya,” kata Analis Senior Investing.com Jesse Cohen.

Pada Selasa kemarin Pichai juga mengatakan, perusahaan telah mulai "menyelaraskan kembali sumber daya untuk berinvestasi dalam peluang pertumbuhan terbesar kami”.

"Selama kuartal terakhir, kami telah membuat beberapa perubahan dari upaya prioritas yang lebih rendah untuk mendorong prioritas pertumbuhan tertinggi," tuturnya.

Dia menambahkan bahwa perusahaan berencana untuk mengurangi penambahan jumlah karyawan selama tiga bulan terakhir tahun ini.

Di sisi lain, CFO Google Ruth Porat mengatakan bahwa pertumbuhan yang kuat pada kuartal keempat tahun 2021 akan membuat perbandingan pertumbuhan pendapatan iklan tahun-ke-tahun dengan kuartal saat ini menjadi sulit dan kekuatan dolar AS diperkirakan akan semakin membebani kinerja perusahaan. Jadi, perusahaan tidak memberikan prospek keuangan rinci untuk kuartal saat ini.