Liputan6.com, Jakarta - Presidensi G20 Indonesia memiliki corak tersendiri jika dibandingkan dengan sebelumnya. Khususnya pada bahasan inti dalam gelaran tersebut.
Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri melihat, bahasan dalam forum G20 kerap menyinggung isu-isu aktual global. Misalnya, kali ini yang membahas tiga agenda prioritas. Yakni, aksitektur kesehatan global, transformasi digital, serta transisi energi.
Baca Juga
Ketiga isu aktual ini merespons kondisi global saat ini. Bahkan ditambah dengan bahasan mengenai respons dunia terhadap memanasnya geopolitik beserta dampaknya.
Advertisement
"Itu cukup berbeda dengan agenda-agenda G20 tahun sebelumnya, kenapa? karena agenda-agenda yang Indonesia angkat itu lebih to the point, mengena ke kondisi yang dirasakan selama 2,5 tahun," kata dia dalam Inspirato Sharing Session Liputan6.com bertajuk Sherpa Track G20: Mampukah Percepat Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Indonesia, Jumat (28/10/2022).
Dari kacamata Yose, forum G20 sering mendapat kritik karena agenda yang tak mencakup berbagai hal fokus. Sehingga dinilai menjadi tidak relevan dalam tahun berjalan forum tersebut.
"Misalnya di 2020, pandemi, butuh waktu bagi G20 pada saat itu di bawah Arab Saudi untuk ikut merespons secara tepat terhadap pandemi yang sedang berjalan," ungkapnya.
"Di sini, di Indonesia sekarang ini dengan 3 prioritas, sangat menyentuh persoalan yang dihadapi terkait juga dengan pandemi yang kemarin kita masih terus lalui saat ini," tambah dia.
Â
Hasil Konkret
Pada kesempatan yang sama, Akademisi Universitas Gadjah Mada Eddy Junarsin menyebut, ada tantangan baru saat gelaran Presidensi G20 Indonesia. Yakni, proses transisi pandemi ke pasca pandemi.
Maka, isu pemulihan ekonomi pasca pandemi, ditambah isu konektivitas menjadi satu topik yang baik untuk dibahas. Kemudian, ketahanan ekonomi, ekonomi yang inklusif, dan ekonomi berkelanjutan juga jadi topik yang tak kalah penting.
"Dengan adanya Sherpa Track ini harapannya berbagai aspek seperti edukasi dan 11 Working Group dan 10 engagement group bisa hasilkan banyak hal," kata dia.
"Sherpa ini seperti pengantar untuk mencapai berbagai kesepakatan dan isu lain yang akan disampaikan di leaders declare," imbuhnya.
Advertisement
Tak Cuma Agenda Pemerintah, Presidensi G20 Juga Bantu Kerja Sama Sektor Bisnis
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani mengungkap, Presidensi G20 Indonesia bukan hanya mengakselerasi agenda pemerintah, tapi juga agenda bisnis. Salah satu tujuannya adalah membawa investasi ke dalam negeri.
"Keterlibatan pelaku usaha akan membantu pemerintah yang lebih supportif terhadap ekonomi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ekonomi," kata dia dalam Inspirato Sharing Session Liputan6.com bertajuk Sherpa Track G20: Mampukah Percepat Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Indonesia, Jumat (28/10/2022).Â
Dari sudut pandangnya, Shinta melihat ada berbagai tantangan ekonomi global. Dalah satunya soal model ekonomi yang perlu diadaptasi seperti ekonomi berkelanjutan dan digitalisasi.
"Kami bisa melihat tantangan ke depan tak hanya dalam membangun ekonomi ke depan tapi juga membangun lebih baik dan pertumbuhan lebih inklusif dan berklanjutan. Kami lihat keterlibatan yang selamaa ini diperlihatkan masih banyak yang harus dilakukan, butuh investasi dan kerja sama yang signifikan," paparnya.
Dari sudut pandangnya, Shinta melihat ada berbagai tantangan ekonomi global. Salah satunya soal model ekonomi yang perlu diadaptasi seperti ekonomi berkelanjutan dan digitalisasi.
"Kami bisa melihat tantangan ke depan tak hanya dalam membangun ekonomi ke depan tapi juga membangun lebih baik dan pertumbuhan lebih inklusif dan berklanjutan. Kami lihat keterlibatan yang selama ini diperlihatkan masih banyak yang harus dilakukan, butuh investasi dan kerja sama yang signifikan," paparnya.
Â
Â
Â
Bawa Investasi
Shinta yang juga menjabat sebagai Chair B20, forum bisnis di G20, menggandeng Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Ini berkaitan dengan investasi yang disebut akan masuk ke Indonesia, salah satu 'buah' dari safari yang dilakukannya ke berbagai negara.
"Jadi disini kami kerja smaa dengan Kementerian Investasi, kami advokasi project di Indonesia yang kami bawa saat keliling ke beberapa negara. Kami roadshow ke 16 negara bawa project untuk investor yang tertarik ke indonesia," kata dia.
"Selain manfaat multilateral, kita juga bawa kesempatan indonesia bisa menjadi promotor project yang ada," tambahnya.
Advertisement