Liputan6.com, Jakarta - Dunia sedang tidak baik-baik saja. Presiden Joko Widodo beserta seluruh menteri telah mewanti-wanti semua agar bersiap menghadapi kemungkinan terburuk di 2023, salah satunya adalah resesi global.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah melihat ancaman resesi global di 2023 pasti akan berdampak ke sektor ketenagakerjaan di Indonesia. Salah satunya terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK).
Baca Juga
"Ancaman resesi ekonomi global dapat berdampak pada sektor ketenagakerjaan, seperti terjadinya pemutusan hubungan kerja secara massal," kata Menaker Ida Fauziyah saat acara Festival Job Fair Nasional di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (30/10/2022).
Advertisement
Terlebih, sektor ketenagakerjaan di Indonesia masih merasakan dampak dari pandemi Covid-19. Di sisi lain, sektor ketenagakerjaan juga sedang menghadapi revolusi industri yang melahirkan otomasi dan disrupsi di berbagai bidang yang secara sangat signifikan mengubah lanskap pasar kerja di Indonesia.
"Memang kondisi kita kini sudah mulai pulih, tetapi permasalahan lainnya juga bermunculan, termasuk ancaman resesi ekonomi," ujarnya.
Untuk menjawab tantangan dan peluang di atas, Kemnaker terus mendorong peningkatan sumberdaya manusia. Terutama mengenai kompetensi dan daya saing tenaga kerja.
Dalam konteks ini pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi menjadi solusi untuk meningkatkan daya saing angkatan kerja dan mengurangi angka pengangguran. Hal ini diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi.
"Sejalan dengan kebijakan Bapak Presiden, kami juga telah mencetuskan transformasi dalam sektor ketenagakerjaan. Langkah-langkah transformasi itu kami tuangkan dalam 9 lompatan Kementerian Ketenagakerjaan," kata dia.Â
Sembilan lompatan tersebut adalah Transformasi BLK, Link and Match Ketenagakerjaan, Reformasi Perluasan Kesempatan Kerja, Pengembangan Talenta Muda, Perluasan Pasar Kerja Luar Negeri, Visi Baru Hubungan Industrial, Reformasi Pengawasan Ketenagakerjaan, Pengembangan Ekosistem Digital Ketenagakerjaan, dan Reformasi Birokrasi.
Wamenkeu: Pasca Pandemi, Situasi Parah Dunia Saat Ini di Luar Dugaan
Publik dunia tidak ada yang menyangka, situasi ekonomi global pasca pandemi Covid-19 akan dibalut banyak ketidakpastian yang menyebabkan krisis ekonomi. Diawali dengan konflik geopolitik Rusia dan Ukraina, ditambah gejolak inflasi, yang berimbas terhadap kenaikan harga komoditas.
Hal itu diungkapkan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam acara tahunan The Indonesia 2023 Summit, Rebuild The Economy 2023: Tackling Uncertainity Challenges through Stronger Economic and Industry Policy, yang digelar MUFG, Danamon dan Adira Finance, Kamis (27/10/2022).
Berkaca ke belakang, Suahasil mengatakan, pemerintah sudah memprediksi, geliat ekonomi akan kembali berjalan seusai wabah pandemi. Sehingga itu akan meningkatkan kepercayaan diri pasar.
"Dari awal kita sudah membayangkan, kalau pandeminya mau selesai, maka ekonomi akan muncul, permintaan/demand akan muncul, tetapi supply side-nya mungkin belum bisa langsung memproduksi barang dan jasa seperti sebelum pandemi," ungkapnya.
"Maka akan ada missmatch. Akibatnya, harga naik, inflasi. Jadi kita membayangkan inflasinya akan terjadi kalau pandeminya berakhir," kata Suahasil.
Â
Advertisement
Perang Rusia vs Ukraina Sumber Masalah Baru
Namun memasuki tahun ini ketika penyebaran Covid-19 perlahan mereda, dunia justru dikejutkan atas serangan Rusia terhadap Ukraina. Itu berimbas terhadap kenaikan harga komoditas dunia.
"Yang kita tidak bayangkan awal 2022 ini, Rusia nyerang Ukraina, yang kemudian menyebabkan keseluruhan konstelasi dunia menjadi volatile secara serius. Kita bisa lihat harga gas, batu bara, minyak, CPO, ada beberapa komoditas pangan lainnya, luar biasa," bebernya.
"Saya yakin, pelaku usaha harus membuat perencanaan dengan situasi harga seperti ini, dan ini bukan sesuatu yang mudah," ujar Suahasil.
Tak hanya hari ini, situasi sulit diprediksi bakal terus terjadi ke depannya. Oleh karena itu, pemerintah dan pelaku usaha harus bersiap menghadapi ketidakpastian ekonomi di masa mendatang.
"Karena itu lah, di perekonomian dunia terus sepanjang tahun outlook terus turun. Itu menjadi sesuatu yang harus kita antisipasi," tegas Suahasil.