Liputan6.com, Jakarta Delapan bulan lalu, Wawan Poedji Santoso gamang di antara dua pilihan. Perusahaan teknologi transportasi yang telah bermitra dengannya sejak 2015, baru saja meminjamkan sepeda motor listrik.
Baca Juga
Di satu sisi, pria 46 tahun itu senang karena tidak lagi perlu menggunakan sepeda motor bensin milik pribadi yang telah ditungganginya untuk mengojek dalam lima tahun terakhir.
Advertisement
Namun di sisi lain, terselip kekhawatiran karena Wawan tak paham seluk beluk tunggangan baru itu. Ia khawatir jika perawatan motor listrik bakal merogoh koceknya lebih dalam, sementara ia kudu menyisihkan penghasilan dari mengojek untuk istri dan empat anaknya. Terlebih, perusahaan mematok bea sewa sebesar Rp40 ribu per hari jika menerima tawaran pinjaman.
“Saya buta sama sekali. Berapa biaya perawatannya? Apakah konsumen juga bakal suka?,” kata Wawan saat ditemui di daerah Jakarta Selatan, Senin (31/10/2022). Akhirnya ia memutuskan mengambil tawaran itu setelah melalui beberapa pertimbangan.
Berselang sebulan, kegamangan itu hilang. Memasuki bulan kedua, ia memantapkan pilihan untuk terus mengojek dengan sepeda motor listrik.
Alih-alih tekor, Wawan malah bisa menabung lebih banyak. Pengeluaran bensin sebesar Rp50 ribu per hari serta ongkos perawatan sekitar Rp200 ribu saban dua-tiga minggu, tak ada lagi.
Selepas berbincang, Wawan mengajak menggunakan sepeda motor listriknya menuju daerah berjarak sekitar lima kilometer. Sekilas, perawakan motor yang dikemudikan Wawan tidak jauh berbeda dengan sepeda motor konvensional. Satu pembeda yang paling terlihat jelas: tak ada knalpot di motor tersebut.
Bahkan saat ditunggangi, motor listrik dalam beberapa hal terasa lebih nyaman ketimbang sepeda motor konvensional. Sepeda motor Wawan tak berisik dan tak berasap. Stop and go di jalanan macet pun dilalui dengan lancar. Perjalanan singkat nan menyenangkan, sehingga saat berpisah, Wawan sedikit meledek sembari tersenyum, "Enak kan?."
Dorong Mobil Listrik
Cerita Wawan itu adalah sekelumit kisah sukses penggunaan kendaraan listrik. Pemerintah punya komitmen besar mendorong pengembangan dan penggunaan kendaraan listrik yang merupakan bagian dari upaya mengurangi emisi karbon hingga 29 persen pada 2023 dan net zero emission pada 2060. Kendaraan listrik merupakan salah satu upaya terus menggaungkan penggunaan energi terbarukan di tengah masyarakat.
Pada September lalu, Presiden Joko Widodo meneken Inpres Nomor 7 Tahun 2022 tentang instruksi penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk kendaraan operasional pemerintah pusat dan daerah.
Komitmen itu bahkan diteruskan dengan membawa isu energi terbarukan dan berkelanjutan sebagai satu dari tiga isu utama di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 2022 --selain transformasi digital dan arsitektur kesehatan global.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Arilangga Hartarto dalam pembukaan GIIAS 2022 di Tangerang pada 11 Agustus lalu mengatakan, pelaksanaan KTT G20 juga akan menggunakan kendaraan listrik, sejalan dengan visi misi pertemuan.
Sejumlah pabrikan besar seperti Hyundai, Wuling, dan Toyota juga berkomitmen untuk menyediakan mobil listrik flagship mereka guna mengangkut delegasi. Adapula bus listrik Merah Putih (BLMP) yang merupakan buatan Indonesia.
Dalam sejumlah kesempatan, Presiden Jokowi mengutarakan programnya untuk menciptakan ekosistem mobil listrik di Indonesia. "Kami menginginkan mobil listrik itu dibuat di Indonesia, bukan hanya baterainya," kata Jokowi. Pernyataan itu sejauh ini telah dipenuhi Hyundai kala merilis Ioniq 5 yang dirakit di Indonesia. Untuk KTT G20, Hyundai menyiapkan 226 unit.
Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), total kendaraan listrik di Indonesia per September 2022 mencapai 21.987 unit, dengan penjualan terbanyak adalah sepeda motor yakni mencapai 19.024 unit.
Advertisement
Peran Indonesia
Pengamat otomotif Fitra Eri mengatakan penggunaan kendaraan listrik di Indonesia memang belum sebanyak di negara-negara maju.
Namun ia optimis hal itu bakal membaik setelah melihat animo masyarakat terhadap kendaraan listrik kian membesar seperti kisah Wawan, serta keseriusan pemerintah dalam mengembangkan ekosistemnya.
Fitra menambahkan penggunaan kendaraan listrik pada ajang G20 dapat menjadi momentum bagi Indonesia untuk berperan lebih besar di industri kendaraan listrik di masa mendatang. Tidak hanya negara perakit, tapi betul-betul menjadi negara produsen kendaraan listrik.
"G20 ini adalah saat yang tepat untuk berbicara karena selama ini kita sudah berjalan ke arah yang baik dalam industri kendaraan listrik," ujar Fitra yang memiliki dua mobil listrik.
Berdasarkan pengalaman, lanjut Fitra, kendaraan listrik memiliki sejumlah keunggulan dibanding kendaraan konvensional. Selain lebih ramah lingkungan, kendaraan listrik lebih praktis karena bisa di-charge di rumah dan lebih.
"Tidak ada suara, getaran, dan tenaga pun instan. Tiga tujuan pabrikan mobil itu kini sudah ada di mobil listrik," pungkasnya.