Sukses

Kontribusi 61 Persen ke PDB, UMKM Perlu Sentuhan Digital

UMKM telah memberikan kontribusi sebesar 61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan memiliki kemampuan untuk menyerap 97 persen dari total tenaga kerja.

Liputan6.com, Jakarta Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan roda penggerak perekonomian nasional, terutama di masa pemulihan pasca pandemi. Saat ini, UMKM telah memberikan kontribusi sebesar 61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan memiliki kemampuan untuk menyerap 97 persen dari total tenaga kerja.

Namun, tingginya jumlah dan potensi UMKM ini tidak terlepas dari berbagai tantangan, salah satunya adalah akses pasar atau pemasaran. 

Tantangan tersebut bisa diatasi melalui peningkatan inklusi ekonomi yang didukung oleh pemanfaatan digitalisasi. Tujuannya ialah menciptakan peluang baru dan mendorong pertumbuhan UMKM di tengah perkembangan zaman agar dapat terus memiliki daya saing. 

Dalam side event B20 Indonesia “Digitalisasi UMKM: Tempatkan UMKM Indonesia di Rantai Pasok Global” yang diselenggarakan di Jakarta, Jumat (28/10/2022) lalu, Ketua Forum B20 Indonesia Shinta Widjaja Kamdani menyatakan bahwa peningkatan inklusi ekonomi merupakan salah satu rekomendasi strategis dari tiga isu prioritas yang akan disampaikan oleh forum B20 kepada Presidensi G20 pada November mendatang.  

Rekomendasi strategis tersebut merupakan upaya nyata Indonesia untuk mendorong inklusi UMKM dalam ekonomi global untuk peningkatan kesejahteraan dan ketahanan ekonomi. 

“Penciptaan dukungan untuk ekonomi yang inklusif dan pemberdayaan UMKM serta kelompok ekonomi marginal merupakan breakthrough tersendiri dari B20 Indonesia. Pemberdayaan UMKM belum pernah ditonjolkan karena situasi dan keterwakilan yang sangat terbatas terhadap kepentingan dan perspektif pelaku usaha dari negara berkembang dalam B20 sebelumnya,” terang Shinta. 

Ia juga menekankan pada pentingnya kolaborasi multipihak yang dapat berperan nyata dalam mendorong pemberdayaan UMKM.

“Kami sungguh-sungguh secara konkret menciptakan dan mendukung aksi nyata untuk mewujudkan hal-hal yang kami rekomendasikan kepada para pemimpin G20. Salah satunya melalui model kerja sama pemberdayaan UMKM dalam rantai pasok yang bersifat multistakeholder, holistik, dan berkelanjutan,” ujar Shinta.  

 

 

2 dari 3 halaman

Forum B20

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia itu menyebutkan forum B20 Indonesia mengajak pelaku usaha dan seluruh dunia untuk meningkatkan dukungan yang berkesinambungan dan berkelanjutan untuk UMKM melalui Inclusive Closed Loop Pledge yang hingga saat ini sudah didukung lebih dari 40 perusahaan multinasional di B20, termasuk PT HM Sampoerna Tbk. melalui induk perusahaannya, Philip Morris International (PMI).

Lebih lanjut, Shinta menyampaikan apresiasinya kepada Sampoerna sebagai salah satu best practice kolaborasi swasta dengan sektor UMKM.

“Saya sangat bersyukur dan bangga karena Sampoerna bisa menjadi panutan dan turut membantu B20 mewujudkan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif seperti yang kami perjuangkan,” sambut Shinta. 

Side event B20 yang digelar secara hybrid tersebut juga merupakan kolaborasi antara B20 Indonesia, KADIN Indonesia, Bisnis Indonesia, dan Sampoerna. Sebelumnya, Sampoerna telah menyelenggarakan rangkaian pelatihan daring bertajuk “UMKM Untuk Indonesia: Usaha Maju Kian Makmur” yang diikuti oleh lebih dari 9.000 peserta. 

 

3 dari 3 halaman

Transformasi Digital

Pada kesempatan yang sama, Direktur PT HM Sampoerna Tbk. Elvira Lianita menyampaikan bahwa pihaknya berkomitmen untuk berperan nyata untuk mendorong transformasi digital, memperluas akses UMKM agar dapat bersaing, serta menjadi bagian dari rantai pasok global melalui Inclusive Closed Loop Ecosystem yang digagas oleh B20. 

“Kami percaya rekomendasi B20 dapat menjadi salah satu legacy kolaborasi multipihak ke depannya agar UMKM Indonesia semakin maju dan berperan pada rantai pasok global. Dengan dukungan pemerintah, swasta, dan masyarakat maka UMKM bisa naik kelas dan go global,” ujar Elvira. 

Lebih lanjut, Elvira menuturkan bahwa Sampoerna juga telah melakukan inisiatif untuk membantu UMKM pada umumnya dan digitalisasi khususnya.

Selama perjalanan Sampoerna yang sudah 109 tahun hadir di Indonesia, pihaknya telah menjalankan dua program untuk mendukung UMKM, termasuk memfasilitasi digitalisasi UMKM.

Kedua program ini, yakni Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) yang dibangun sejak 2007 dan Sampoerna Ritel Community (SRC) yang dilakukan sejak 2008. 

“Melalui dua program ini, kami berharap UMKM bisa lebih produktif, mandiri, dan berdaya saing. Kami percaya digitalisasi menjadi peluang baru bagi UMKM nasional saat ini. Akan tetapi, dibutuhkan pendampingan yang berkelanjutan dan dukungan berbagai pihak,” pungkas Elvira. Menurutnya, UMKM menjadi sektor yang paling cepat pulih dan tumbuh pasca pandemi. “Melalui digitalisasi, kami yakin UMKM bisa ambil bagian dari rantai pasok global,” tutup Elvira.