Sukses

KSSK: Inflasi Lebih Rendah dari Prakiraan Awal

inflasi inti tetap terjaga rendah, yaitu sebesar 3,31 persen (yoy), sejalan dengan lebih rendahnya dampak rambatan dari penyesuaian harga BBM

Liputan6.com, Jakarta - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melihat bahwa realisasi angka inflasi lebih rendah dari prakiraan awal. Dalam laporan Rapat Berkala KSSK IV 2022, Kamis (3/11/2022), inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Oktober 2022 tercatat 5,71 persen (yoy).

Angka tersebut lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat 5,95 persen (yoy) maupun prakiraan awal. Penurunan ini sejalan dengan dampak penyesuaian harga BBM terhadap inflasi kelompok pangan bergejolak (volatile food) dan kelompok harga yang diatur Pemerintah (administered prices) yang tidak sebesar prakiraan awal.

Inflasi volatile food turun menjadi 7,19 persen (yoy) sejalan dengan sinergi dan koordinasi langkah-langkah nyata yang ditempuh oleh Pemerintah, Pusat dan Daerah, BI, serta mitra strategis lainnya melalui TPIP-TPID dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Inflasi administered prices juga tidak setinggi yang diprakirakan yaitu 13,28 persen (yoy) sebagai dampak penyesuaian harga BBM terhadap tarif angkutan yang lebih rendah.

Sementara itu, inflasi inti tetap terjaga rendah, yaitu sebesar 3,31 persen (yoy), sejalan dengan lebih rendahnya dampak rambatan dari penyesuaian harga BBM tersebut di atas dan belum kuatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan.

2 dari 2 halaman

Pemerintah Optimistis Inflasi 2022 di Bawah 6 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis tingkat inflasi bulan Oktober 2022 sebesar 5,71 persen. Mengalami deflasi dari bulan sebelumnya 5,95 persen di bulan September.

"Seperti yang kita ekspektasi beberapa waktu yang lalu kan ya inflasi kita itu diumumkan 5,1 persen (mtm) terjadi deflasi," kata Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, saat ditemui di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa (1/11).

Pemerintah meyakini sepanjang tahun 2022 tingkat inflasi Indonesia masih bisa terkendali di bawah 6 persen. Walaupun menjelang akhir tahun, berpotensi terjadi kenaikan inflasi karena ada momentum natal dan tahun baru.

"Desember ini ada nataru, tapi kita usahakan seperti yang sudah kita bilang kalau kembali normal level," kata dia.

Demi meredam kenaikan inflasi, Suahasil mengatakan semua pihak telah bekerja sama dengan membentuk tim pengendalian inflasi hingga ke tingkat daerah. Utamanya inflasi dari kelompok volatile food yang memberikan andil besar pada tingkat inflasi nasional.

"Volatile food ini perlu diperhatikan untuk produk pangannya. Ada beras, hortikultura agar bisa sampai ke pasar," kata Suahasil.

Hasil produksi pangan juga perlu dijaga ketersediaannya dengan jumlah permintaan. "Kalau produksi cukup dan konsumsinya cukup, harusnya harganya bisa cukup stabil," ungkapnya.