Liputan6.com, Jakarta - Bank of England (BoE) kembali memperingatkan bahwa Inggris akan menghadapi resesi terpanjang sejak pencatatan pada tahun 1920-an, setelah kenaikan suku bunga terbesar dalam 33 tahun.
Dilansir dari laman BBC, Jumat (4/11/2022) BoE memperingatkan bahwa Inggris akan menghadapi kemerosotan ekonomi selama dua tahun yang "sangat menantang" dengan angka pengangguran diprediksi mencapai hampir dua kali lipat pada tahun 2025.
Baca Juga
Bos Bank of England Andrew Bailey pun menyuarakan tantangan di masa mendatang bagi rumah tangga.
Advertisement
Pekan ini, Bank Sentral Inggris itu menaikan mengangkat suku bunga menjadi 3 persen dari 2,25 persen, lompatan terbesar sejak 1989.
Dengan menaikkan suku bunga, BoE berusaha menurunkan inflasi yang melonjak pada tingkat tercepat dalam 40 tahun.
Harga pangan dan energi di Inggris juga melonjak, yang sebagian didorong oleh dampak perang Rusia-Ukraina.
Seperti diketahui, BoE sebelumnya sudah memperkirakan Inggris akan jatuh ke dalam resesi pada akhir tahun ini dan mengatakan bahwa krisis itu akan berlangsung sepanjang tahun depan.
Tetapi sekarang BoE semakin yakin bahwa ekonomi Inggris sudah memasuki penurunan yang menantang musim panas ini, dan bakal berlanjut tahun depan hingga memasuki paruh pertama 2024 - kemungkinan tahun pemilihan umum.
Meskipun ini bukan penurunan ekonomi terdalam di Inggris, ini akan menjadi yang terpanjang sejak pencatatan dimulai pada 1920-an, kata BoE.
Tingkat pengangguran saat ini berada pada titik terendah selama 50 tahun, tetapi diperkirakan akan meningkat menjadi hampir 6,5 persen.
Bank of England Sudah Lakukan Kenaikan Suku Bunga Kedelapan dalam Setahun
Kenaikan suku bunga Bank of England kali ini menandai langkah pertama sejak mantan Perdana Menteri Liz Truss dan mantan Kanselir Kwasi Kwarteng meluncurkan program anggaran mereka yang menuai pro dan kontra pada September 2022.
Rencana mereka untuk pemotongan pajak senilai 45 miiar poundsterling mendorong jatuhnya nilai mata uang Inggris dan memicu gejolak pasar.
"Hal terpenting yang dapat dilakukan pemerintah Inggris saat ini adalah memulihkan stabilitas, memilah keuangan publik kita, dan mengurangi utang sehingga kenaikan suku bunga dijaga serendah mungkin," kata Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt.
Kenaikan suku bunga terbaru - kedelapan Bank sejak Desember 2021-, mendorong biaya pinjaman Inggris ke level tertinggi sejak 2008, ketika sistem perbankan negara itu menghadapi keruntuhan.
Bank of England percaya bahwa, dengan menaikkan suku bunga akan membuat pinjaman menjadi lebih mahal dan mendorong masyarakat untuk tidak membelanjakan uang, serta mengurangi tekanan pada harga.
Advertisement
JK Sebut ASEAN dan Indonesia Aman dari Resesi Dunia, Ini Buktinya
Wakil Presiden ke-10 dan 12 Indonesia, Jusuf Kalla (JK) menyatakan pertemuan G20 nanti adalah pertemuan yang paling dilematis dan mungkin yang paling ribet. Kemungkinan adanya banyak kendala karena adanya perang Rusia-Ukarina.
Pertentangan Amerika, Rusia dan terakhir dengan Saudi. Adanya saling embargo Rusia dengan negara-negara Eropa hingga terjadilah krisis ekonomi di Eropa.
Hal tersebut disampaikan JK dalam diskusi panel dengan tajuk Global Economy: Reflections and Challenges for Indonesia post G20 Presidency pada Rabu (2/22/2022) bertempat di Hotel JS Luwansa, Jakarta.
"Kita bersyukur dihadiri seluruh pemimpin negara-negara G20, kita berharap agar Indonesia bisa mendamaikan pimpinan-pimpinan negara, Putin-Biden dsb. Walaupun saya yakin ini bukan pekerjaan mudah," ujar JK.
Namun akibat konflik-konflik antar negara ini dan kebijakan-kebijakan bukan hanya di Rusia dan Ukraina juga China, Jepang, Amerika, Korea Selatan dan utara itu juga bagian di Asia Timur yang memberi dampak kepada ekonomi kewilayahan.
“Namun di Asia Tenggara relatif jauh termasuk indonesia. Karena itu kalau kita lihat ramalan World Bank, Vietnam bisa tumbuh 7,5 persen, Filipina 6,5-7 persen, Malaysia 6,4 persen, Indonesia 5 persen. Jadi di ASEAN kita nomor 4, artinya kita mempunyai peluang lebih baik lagi. Itu Artinya ada peluang dari krisis energi, krisis pangan di dunia justru memberikan suatu kebutuhan yang dapat kita berikan.” Imbuhnya.
Menurut JK, dimanapun terjadi suatu krisis di suatu wilayah itu bisa memberikan manfaat apabila negara itu mampu mengisi kebutuhan itu.
"Jadi jangan dianggap krisis dunia itu merupakan krisis keseluruhan, ada yang mengambil manfaat, Vietnam mengambil manfaat, Filipina, kenapa kita tidak? Berarti ada harus evaluasi kebijakan kita sehingga kita bisa dapat," ungkapnya.
"Saya yakin resesi dunia tidak banyak menyentuh Asia Tenggara. Karena kita cukup listrik berlebih untuk PLN, harga batubara naik. Kita baru swasembada pangan beras diberi penghargaan. Itu artinya kita tidak memiliki 2 masalah yang menyebabkan resesi negara-negara Eropa," jelas JK.
"Pengalaman krisis keuangan perekonomian Amerika jatuh. tapi kita masih tumbuh 4,5 persen turun dari 6, tapi dalam 1 tahun kembali naik. Jadi ekonomi dunia tidak berarti semua ekonomi tersambung. Karena itu saya mengatakan jangan pesismis, mari kita optimis. Justru dari krisis itu kita mengambil manfaat mendukung dunia dengan mengambil manfaat ekonominya," papar JK.
Lebih lanjut JK menyarankan bahwa Indonesia harus mempunyai hubungan baik dengan bangsa lain, perjanjian perdagangan harus cepat, jangan ketinggalan mengambil manfaatnya seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, karena Indonesia jauh lebih baik Sumber Daya Alam kita jauh lebih baik.
"Berarti kebijakan kita, kebijakan keungan, moneter, investasi, energi, harus kita perbaiki. Hukum yang menyebabkan orang khawatir untuk investasi harus serius kita perbaiki," pungkasnya.