Sukses

Rupiah Melorot ke 15.743 per Dolar AS Jelang Akhir Pekan

Kurs rupiah pagi ini melemah 48 poin atau 0,31 persen ke posisi 15.743 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.695 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi melemah seiring pelaku pasar yang menantikan data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS).

Kurs rupiah pagi ini melemah 48 poin atau 0,31 persen ke posisi 15.743 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.695 per dolar AS.

"Rupiah masih terus tertekan karena lebih terpengaruh oleh sentimen global," kata Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubrotosaat dikutip dari Antara, Jumat (4/11/2022).

Menurut Rully, pasca-pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) kemarin dolar AS cenderung naik. Saat ini Indeks Dolar AS masih di kisaran 112 hingga 113.

"Hal ini terutama karena terminal rate dari The Fed, dimana puncak yang akan terjadi kemungkinan lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya," ujar Rully.

Selain itu, lanjut Rully, pelaku pasar kini juga tengah menunggu rilis data tenaga kerja AS nanti malam.

"Kalau ternyata Non Farm Payroll (NFP)-nya lebih tinggi dari perkiraan dan tingkat pengangguran AS lebih rendah dari perkiraan, saya rasa berpotensi untuk kembali menekan rupiah," kata Rully.

 

 

2 dari 3 halaman

PDB

Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar menanti rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia untuk kuartal III 2022.

"Saya rasa angka GDP pada hari Senin bisa lebih baik dibanding kuartal II 2022," ujar Rully.

Rully memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level 15.640 per dolar AS hingga 15.715 per dolar AS.

Pada Kamis (3/11) rupiah ditutup melemah 48 poin atau 0,31 persen ke posisi 15.695 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.647 per dolar AS.

3 dari 3 halaman

Depresiasi Rupiah Cuma 8,62 Persen, Lebih Baik dari India hingga Malaysia

Stabilitas sistem keuangan (SSK) pada kuartal III 2022 masih tetap berada dalam kondisi yang resilien. Hal tersebut dibuktikan dengan kondisi nilai tukar rupiah yang masih lebih baik dibanding dengan beberapa negara tetangga. 

Dalam Rapat Komite Stabilitas sistem keuangan (KSSK) yang dihadiri oleh Menteri Keuangan Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terungkap bahwa stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga di tengah tren menguatnya Dolar AS.

Dikutip dari keterangan tertulis KSSK, Kamis 3/11/2022), Indeks nilai tukar Dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) mencapai level tertinggi dalam dua dekade terakhir yaitu 114,76 pada tanggal 28 September 2022.

Sementara itu, nilai tukar rupiah sampai dengan 31 Oktober 2022 terDepresiasi 8,62 persen (ytd), relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya. 

Contohnya India  yang terdepresiasi 10,20 persen, Malaysia terdepresiasi 11,86 persen, dan Thailand terdepresiasi 12,23 persen.

Depresiasi ini sejalan dengan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif.

Tren depresiasi nilai tukar negara berkembang tersebut didorong oleh menguatnya Dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara, terutama AS.