Sukses

Garap Teknologi Konstruksi 3D Printing, Bakrie Bidik Pasar Perumahan

Teknologi Konstruksi 3D Printing saat ini masih terbilang baru di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta COBOD International S/A (COBOD) baru saja menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan PT Modula Sustainability Indonesia (Modula), anak usaha PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) yang bergerak di bidang teknologi konstruksi pencetakan 3-dimensi (3-dimensional construction printing technology atau kerap disebut sebagai teknologi 3DCP).

Penandatanganan dilakukan oleh CEO Modula, Indra Ginting dan Co-Founder & Head of Asia-Pacific COBOD International, Simon Klint Bergh.

Direktur PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) Roy Hendrajanto M. Sakti mengatakan, kesepakatan ini dilakukan untuk mematangkan kerja sama antara Modula dengan COBOD untuk fokus mengembangkan usaha di industri konstruksi dengan teknologi 3DCP di Indonesia. Kerja sama ini akan diwujudkan dalam wadah pendirian sebuah perusahaan bernama PT Modula Tiga Dimensi.

“Perusahaan patungan ini akan menjalankan peran pemasaran dan pengembangan pasar di Indonesia, dan seluruh aktivitas bisnis yang terkait dengan teknologi 3DCP ini,” kata Roy.

Lebih jauh, Roy juga menjelaskan bahwa teknologi 3DCP saat ini masih terbilang baru di Indonesia. Pihaknya berharap Modula dapat menjadi salah satu perusahaan pelopor teknologi 3DCP di Indonesia, khususnya di segmen konstruksi bangunan dan perumahan.

“Kami melihat bahwa potensi pertumbuhan industri ini di Indonesia amat besar. Ini peluang bisnis yang patut dijajaki dan dikembangkan. Efisiensi yang didapat dari penerapan 3D-printing di industri ini juga amat signifikan dengan penggunaan energi yang ramah lingkungan,” ujar Roy.

 

2 dari 3 halaman

Kembangkan Pasar Indonesia

Simon Klint Bergh mengatakan, dengan kerja sama ini, pihaknya memiliki peluang besar untuk berkembang dan menunjukkan kepada pasar Indonesia tentang bagaimana teknologi kami dapat diterapkan untuk membangun dengan lebih cepat, lebih baik, lebih murah dan tentunya ramah lingkungan.

"Kami bangga dapat bermitra dengan Grup Bakrie dan menghadirkan teknologi 3DCP kami di Indonesia. Kami yakin ini akan membantu memantapkan posisi kami sebagai salah satu penyedia teknologi 3DCP terkemuka di dunia," tuturnya.

Saat ini, COBOD merupakan salah satu penyedia terkemuka di dunia di industri 3DCP, dan telah mendisrupsi teknologi industri konstruksi global. Penerapan teknologi ini menghasilkan proses pembangunan yang jauh lebih efektif, cepat, murah dan berkualitas.

Perusahaan ini membangun gedung di Eropa dengan teknologi 3-dimensi pertama kali di tahun 2017. Gedung tiga lantai di Belgia dan Jerman juga telah dibangun dengan menggunakan teknologi mereka, selain beberapa bangunan di Dubai dan di benua Afrika.

COBOD memiliki strategi open-source, bermitra dengan pelaku industri, institusi akademik, dan jaringan pemasok di seluruh dunia dengan sejumlah investor dan mitra strategis seperti GE Renewable Energy (Amerika Serikat), PERI (Jerman), CEMEX (Meksiko), Holcim (Swiss), Dar Al-Arkan (Arab Saudi), L&T Construction (India), dan JGC (Jepang). Berkantor pusat di Denmark, COBOD hadir secara global termasuk di Amerika Utara dan Amerika Latin, Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Asia-Pasifik.

3 dari 3 halaman

Bangun Rumah Pakai 3D Printing, Kementerian PUPR Bisa Ciptakan 46 Juta Pekerjaan Baru

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) menerapkan pembangunan rumah khusus (rusus) dengan metode digital 3D guna pada 2022. Langkah penggunaan metode digital 3D ini untuk melaksanakan teknologi Industri 4.0.

"Pada 2022 ini kami akan menerapkan teknologi 3D Printing dalam pembangunan rumah khusus," ujar Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Iwan Suprijanto dalam keterangan tertulis, Selasa (25/1/2022).

Iwan menerangkan, pada 2021 lalu Kementerian PUPR bersama mitra terkait telah melakukan uji coba pembangunan uji coba 3D printing rumah tapak di Yogyakarta mulai 12-31 Januari 2021.

Berdasarkan data yang dimilikinya, memasuki era Industri 4.0 di Indonesia akan ada sekitar 23 juta pekerjaan yang ada saat ini akan digantikan secara otomasi pada 2030 mendatang. Namun, akan ada 27 hingga 46 juta pekerjaan baru dan 10 juta diantaranya merupakan jenis pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya.

Menurut dia, situasi ini tidak berarti kehadiran AI, Drones, dan Robotics akan menggantikan peran manusia seluruhnya. Justru akan menjadi tantangan agar para insinyur dan pekerja konstruksi terus meningkatkan kompetensinya.

"Industri konstruksi merupakan industri yang masih rendah dalam proses digitalisasinya (smart contrusction). Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor terutama kemampuan digital yang masih rendah," kata Iwan.