Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan Indonesia merupakan salah satu penghasil nikel terbesar di dunia. Hal ini berpotensi untuk membangun Organization of the Petroleum Exporting Countries atau OPEC nikel.
Dikutip dari Instagram pribadi @erickthohir, Sabtu (5/11/2022). Indonesia berkontribusi pada produksi nikel dunia sebanyak 52 persen.
Baca Juga
Selain itu, negara Filipina juga merupakan negara penghasil nikel seperti Indonesia. Artinya, ada peluang untuk kerjasama memperkuat dan meningkatkan produksi nikel dengan cara mendirikan OPEC bersama.
Advertisement
"Kita coba bedah nikel kita itu 52 persen dari total produksi di dunia, kemarin bapak presiden kedatangan presiden Filipina Bongbong Marco. Salah satunya Filipina bisa jadi aliansi kita karena dia punya nikel juga," kata Erick.
Sebagai informasi, Indonesia sebelumnya pernah menjadi anggota OPEC. Keanggotaan Indonesia di OPEC bahkan sudah dimulai sejak tahun 1962.
Namun, Indonesia mengajukan surat untuk keluar dari OPEC pada akhir 2008 mengingat Indonesia saat itu telah menjadi importir minyak (sejak 2003) atau net importer dan tidak mampu memenuhi kuota produksi yang telah ditetapkan. Tetapi setelah dilakukan rapat, Indonesia hanya disuspensi dari keanggotaan OPEC.
Indonesia kembali menjadi anggota OPEC secara resmi pada tahun 2014. Namun, Indonesia keluar kembali pada tanggal 30 November 2016, hal ini terjadi karena kebijakan OPEC untuk menurunkan produksi minyak Indonesia sebanyak 37.000 barel perhari, untuk menghentikan penurunan harga minyak.
"Kalau sekarang kita sudah di luar OPEC, kita kenapa nggak bikin OPEC baru buat nikel ini potensi yang luar biasa. Turunan nikel banyak kita bicara mobil listrik EV battery, dulunya yang namanya mau bikin pabrik mobil mesti bisa bikin mesin hari ini cuma perlu baterainya industri karoseri atau perakitan akan jadi potensi," ungkap Erick.
Era Mobil Listrik
Menurut dia, kini kita telah memasuki era baru transisi energi. Dari mobil berbahan bakar minyak, perlahan namun pasti, kita akan menjajaki era mobil listrik.
Sebagai penghasil nikel nomor satu di dunia, Indonesia perlu mendorong percepatan transisi ini. Salah satunya dengan membangun pabrik baterai kendaraan listrik, yang bahan baku utamanya berupa nikel.
Peningkatan nilai tambah komoditas nikel ke depan, akan menjadikan Indonesia sebagai pengekspor utama baterai di dunia.
Advertisement
Kebijakan Jokowi Hilirisasi Nikel Dinilai Dapat Ciptakan Daya Tambah Ekonomi
Sebelumnya, kebijakan Presiden Joko Widodo atau Jokowi melakukan hilirisasi nikel dinilai mampu menciptakan daya tambah ekonomi. Langkah Jokowi tersebut memberikan dampak positif bagi perekonomian negara.
Pengamat Ekonomi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Anang Kristyanto mendukung penuh kebijakan hilirisasi nikel yang digagas Jokowi. Dengan kebijakan tersebut, Indonesia nantinya diharapkan tidak hanya menjadi penonton dalam industri nikel, sehingga dapat mendongkrak ekonomi nasional.
“Program-program Pak Jokowi soal hilirasi nikel harus kita dukung bersama, karena kita tidak ingin menjadi penonton. Kita harus menjadi pemain. Sehingga dapat menciptakan daya tambah ekonomi,” ujar Anang dalam keterangan tertulis, Senin (24/10/2022).
Anang mengatakan bahwa peran pemuda sangat dibutuhkan untuk menyuksesan kebijakan hilirisasi nikel. Menurutnya, dibutuhkan generasi-generasi muda yang memiliki sumber daya manusia (SDM) mumpuni untuk merealisasikan Indonesia menjadi pemain utama dalam industri manufaktur.
“Anak-anak muda untuk semakin tertantang dan tangguh dalam menjadi pemain di Indonesia terutama di sektor manufaktur makro,” katanya berharap.
Terakhir Anang menilai setiap kebijakan yang diambil oleh Jokowi terkait hilirisasi nikel sudah sangat tepat. Ia melihat, kebijakan tersebut direalisasikan melalui hasil analisa dan pemikiran yang sangat matang.
“Kebijakan Pak Jokowi saya kira semuanya tepat karena itu juga dipertimbangkan pada hasil analisis dan masukan dari seluruh stakeholder,” ujar Anang memungkasi.
Jokowi Pastikan RI Tetap Suplai Nikel, tapi Bukan Bahan Mentah
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memastikan Indonesia akan mensuplai nikel, bauksit, timah hingga tembaga untuk kebutuhan dunia. Namun, kata dia, bahan-bahan tersebut akan dikirim dalam bentuk jadi atau setengah jadi.
"Kami kaya akan nikel, bauksit, timah, dan tembaga. Kami memastikan akan mensuplai cukup bahan-bahan tersebut untuk kebutuhan dunia," kata Jokowi saat menyampaikan pidato dalam Peresmian Pembukaan B20 Inception Meeting secara virtual, Kamis (27/1/2022).
"Namun bukan dalam bentuk bahan mentah, tetapi dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi yang bernilai tambah tinggi," sambungnya.
Menurut dia, hilirisasi nikel yang dilakukan Indonesia sejak 2015 telah memberikan dampak positif untuk masyarakat dan negara. Mulai dari terciptanya lapangan pekerjaan dan berdampak positif pada ekspor maupun neraca perdagangan Indonesia.
Jokowi menyampaikan nilai ekspor Indonesia mencapai USD 230 miliar, dimana peningkatan terbesar berasal dari besi baja. Nilai ekspor besi baja Indonesia mencapai USD 20,9 miliar pada 2021, meningkat dari sebelumnya yang hanya USD 1,1 miliar di 2014.
"Tahun 2022 ini saya kira bisa mencapai USD 28 hingga USD 30 miliar," ucapnya.
Advertisement